29. Harapan tidak pasti

3.8K 553 9
                                    


Maaf banget aku ngaret update wkwkkw tapi tenang aku akan rajin lah ya update sekarang mwehehe.

***

Neva terlihat masuk terburu kedalam rumah. Memastikan kalau Winwin belum pulang kerja, karena ini sudah lewat maghrib dan seharusnya Winwin sudah pulang.

Kalau soal televisi kemarin, Neva masih bisa mencari alasan. Tapi kalau soal pulang terlambat, Neva bisa berikan alasan apa?

Wanita itu menghela nafas lega karena suaminya belum pulang. Walaupun begitu, Neva tetap mengernyit bingung, karena tumben suaminya itu belum pulang. Biasanya sebelum maghrib Winwin sudah stay di depan pagar.

Grekkk

Neva menyunggingkan senyumnya ketika mendengar suara motor Winwin yang memasuki pekarangan. Neva langsung ngambil tempat di dekat pintu menanti kedatangan Winwin lalu menyambutnya.

"Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam, tumben telat pulang?" Tanya Neva.

Winwin menarik kedua sudut bibirnya keatas, membentuk sebuah senyuman tipis yang membuat Neva menelan ludah gugup karena terlihat sangat tampan. Gak apa hidup sederhana tapi dapetnya cowok tampan pekerja keras.

"Iya telat nih, Nunggunya lama ya? Maaf aku tadi ada pekerjaan tambahan sebentar," Ucap Winwin yang segera masuk dengan raut wajah lesu.

Neva Bertanya-tanya dong, ini suaminya kenapa? Gagal dikasi jatah atau emang lagi badmood urusan kerjaan? Neva mau tanya, tapi takut aja Winwin Ilfeel padahal Neva bisa langsung tanya aja kalau mau.

"Udah makan?" Tanya Winwin yang sepertinya melihat meja makan kosong tidak ada menu makan malam.

Neva menepuk pelan jidatnya, rapat dengan para anggota soal Setyo si pengedar. Rupanya dia lupa menyiapkan makan malam untuk sang suami.

"Aduh astaga, aku ketiduran tadi. Lupa masak. Pas aku mau masak, aku denger suara motornya mas. Jadi aku urung deh masaknya."

Neva menatap Winwin dengan raut tidak  enak hati. Tentu saja suaminya itu pasti lapar karena baru pulang kerja, tapi Neva belum menyiapkan apapun untuk suaminya itu.

Winwin tampak terdiam, kemudian kembali menarik sebuah senyum tipis di bibirnya, "Ya sudah, nanti kita makan di luar aja."

Neva ikut tersenyum dan mengangguk. Astaga, betapa beruntungnya Neva karena bisa punya suami seperti Winwin. Padahal Neva udah takut banget Winwin mengomel atau marah, walau dia juga tidak yakin Winwin akan marah padanya.

Malam itu Neva dan Winwin beneran pergi keluar mencari tempat untuk makan. Padahal Neva sudah menawarkan untuk masak, tapi Winwin menolak dan sekalian mengajak Neva jalan-jalan, katanya.

Sekaligus ada yang ingin dikatakan Winwin kepada Neva. Mencari suasana baru saja, bosan di rumah terus. Sementara Neva manut saja diajak pergi Winwin, kapan lagi pria itu mau mengajaknya pergi, disaat keadaan uang tidak terlalu banyak.

Mereka menepi di sebuah warung makan angkringan pinggir jalan. Yang biasanya menjual pecel lele dan nasi goreng, karena Neva tidak terlalu suka makan Lele, dia mengajak Winwin untuk pergi ke angkringan satunya.

Neva memperhatikan raut wajah Winwin dengan seksama. Suaminya itu sepertinya menyimpan sesuatu yang belum dia katakan pada Neva. Haruskah Neva menanti Winwin untuk mengatakan apa yang ingin dia sampaikan pada Neva?

"Kamu lagi pikirin apa sih Mas, aku penasaran lihat wajahmu yang sendu itu? Mikirin uang lagi ya?" Tebak Neva.

Winwin terkekeh kecil, kekehannya membuat Neva menjadi salah tingkah sendiri. Siapa suruh ganteng banget jadi suami? Neva berdehem pelan.

Innocent Husband [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang