19. Laporan tetangga

4.5K 619 12
                                    

Nih yang kemarin minta update mas menang.
Btw Jangan lupa streaming MV Kick Back ya kawan!
Mas Menang sama Yasa ganteng banget disana hiks...

Yang minta update Yasa harap bersabar, apalagi yang minta update SP. Sabar ya, aku lagi masa sibuk.

***

"Win, kamu lagi bahagia ya? Gak biasanya nih, kamu ngerjain tugas se rajin ini."

Winwin yang merasa tak enak hati malah menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Kemudian melirik Dodit yang baru saja datang setelah selesai berganti pakaian.

"Eh, iya nih, kebetulan mood saya sedang bagus."

Dodit terkekeh, "Mood bagus atau udah tau, kalau sebenarnya kamu itu mencintai istri kamu?"

Winwin tampak terkejut, perlahan tubuhnya seakan bereaksi kalau dia sekarang sedang cukup gugup.

"B-bukan, Saya hanya sedang bersyukur."

"Bersyukur punya istri cantik dan pintar kaya istrimu?" Dodit terkekeh melihat raut wajah Winwin yang berubah malu karena ucapannya.

"Santai saja, Win. Saya tau kok, kamu itu cuma belum memahami perasaan kamu aja. Kapan-kapan, kamu ajak lah saya ikut ketemu sama istri kamu itu. Gak pernah lihat, makanya saya penasaran dan menduga-duga."

Winwin mengernyit, "Kalau memang kamu belum lihat, kenapa kamu tau kalau istri saya pintar dan cantik?"

Dodit tersenyum, "Nebak aja, soalnya dengan sikap dan perilaku kamu yang seperti ini. Sudah pasti orang yang mendampingi kamu adalah wanita cantik, yang pintar mengatur hatinya."

Percakapan mereka harus berhenti sejenak karena tugas yang mereka harus kerjakan dengan segera. Mereka berdua memang kedapatan shift lebih siang dari biasanya, karena kantor ini akan mengadakan acara besar.

"Alamat bakalan lembur lagi ini, aduh mana tugas Kuliahku juga numpuk gak ketulungan." Mendengar keluhan Chana, Winwin tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

"Heran ya, ada gitu orang yang kerjaannya ngeluh terus kaya kamu. Bersyukur dong, Winwin aja gak bisa kuliah kaya kamu." Bukan Winwin, tapi Dodit yang lebih dulu menegur Chana.

Lelaki itu hanya diam dan sesekali mendengus ketika mengepel lantai dengan hati-hati. Mereka bertiga office boy yang ada di lantai tiga, kalau di lantai dua sama lantai satu, beda lagi.

Gak tau lah sama sistem kantor ini, saking besar dan penuh sama karyawan yang bekerja. Tak lama Sonia datang menghampiri mereka.

"Selamat siang." Sapa Mbak Sonia.

Dodit tersenyum lebar, pucuk dicinta ulam pun tiba, maklum aja kalau Dodit agak klepek-klepek sama sosok Mbak Sonia. Gak mungkin gak klepek kalau Mbak Sonia itu, tipe idamannya  dodit.

"Siang mbak." Jawab Chana dengan senyum mansi, hal itu segera mendapat pelototan tajam dari, Dodit.

Sonia tersenyum kemudian melirik satu persatu diantara merek, "Tadi atasan bilang ke saya, kalau kalian gak perlu lembur. Karena ada pekerja yang memang bertugas dari awal akan mengurus pesta penyambutan direktur baru."

"Alhamdulillah! Akhirnya Chana bisa pulang kos dan langsung kerjain tugas!" Tukas Chana gembira kemudian memeluk Winwin yang memang berada di sampingnya.

"Astagfirullahaladzhim, sadar Chan, kamu jangan maho gitu ke Winwin." Chana mendengus sementara Winwin terkekeh.

Karena dalam hati dia juga cukup senang mendengarnya. Dia bisa sedikit lebih lama dirumah dan gak harus pulang larut. Maklum, Neva pernah protes karena Winwin akhir-akhir ini selalu pulang telat.

Winwin gak sadar, kalau gak langsung dia mulai peduli sama Neva. Entah, kapan dia sadar kalau dia suka sama, Neva.

"Ekhem, manfaatkan kesempatan ini untuk bikin Winwin junior, win." Dodit berjalan pelan kesamping Winwin dan menepuk bahu, pria itu.

Sonia menggeleng kecil kemudian mengeluarkan sesuatu dari saku jasnya, sebuah amplop putih yang terlihat lumayan tebal.

"Ini bonus dari perusahaan, kalian semua melakukan pekerjaan dengan baik. Seharusnya kalian datang untuk pesta, tapi kalian tau sendiri kan, atasan tidak mungkin---"

"Iya mbak, kami mengerti kok. Sampaikan terimakasih kami pada Atasan." Potong Winwin dengan cepat, karena dia tau apa yang akan Sonia katakan selanjutnya.

Dodit menghela nafas, "Agak kejam sih, tapi ya gimana?"

Mereka semua akhirnya pulang dengan cepat, karena acara mungkin sedang di persiapkan. Acara ulang tahun perusahaan sih sebenarnya, maklum karena mereka cuma pekerja yang kastanya lebih rendah, dimata mereka. Jadi ya, mereka gak bisa ikut gabung.

"Saya sebenarnya gak masalah sih tentang pesta itu, tapi kalian mikir gak sih? Kalau mereka itu terlalu sombong. Padahal gaji kita sama kaya karyawan, cuma pekerjaan kita doang yang beda."

Chana mengangguk paham kemudian menepuk pelan bahu, Dodit, "Sabar bang, terima aja udah. Lagian acara gak guna, buang-buang waktu aja. Syukur sih gak disuruh dateng, bener gak Mas Win?" Chana kemudian menyenggol Winwin yang berjalan disampingnya.

"Dia mah pasti seneng, karena mau program Winwin Junior malam ini, iya gak win?"

Winwin yang memang lagi gak mikirin sesuatu, refleks mengangguk hal itu membuat Chana sama Dodit kesemsem bareng-bareng.

"Gak disangka, dibalik sifat polosnya Mas Winwin, ternyata ada maung juga di dalamnya."

Dodit tertawa, "Oh iya dong, namanya juga laki-laki normal."

Winwin yang lagi asyik digibahin malah gak terlalu mengerti dan fokus pada jalan menuju basemen parkiran kantor.

***

Winwin pulang ke rumah setelah isya, dia mampir buat beli martabak manis sama sholat isya di masjid dulu. Pas pulang ke rumah, dia malah gak lihat lampu nyala, alias rumah Winwin sekarang gelap.

Winwin yang kaget segera masuk kedalam rumah. Dia cuma lagi khawatir sama Neva, soalnya wanita itu hanya sendirian di rumah.

Pas masuk kedalam rumah, dia gak lihat apa-apa karena gelap, beruntung dia punya handphone novia yang ada senternya.

"Neva." Panggil Winwin berulang kali, sampai akhirnya dia masuk kedalam kamar dan menemukan wanita itu sedang tertidur diatas ranjang kapuk itu.

Winwin menghela nafas, kemudian kembali keluar dari kamar untuk mengambil martabak manis, serta mengecek token listrik.

"Ternyata bener, listrik habis dan lupa beli."

Pantesan dia lihat rumahnya gelap gulita. Mungkin uang yang dia berikan pada Neva tadi tidak cukup. Karena tidak mau mengganggu Neva yang sedang tidur, Winwin kembali keluar.

Mencari gerai terdekat untuk membeli pulsa listrik. "Misi Mbak, saya mau beli pulsa listrik."

"Eh Mas Winwin, boleh mas, yang berapaan?"

"Yang lima puluh ribuan aja, mbak."

"Nomer meternya mas."

Setelah Winwin menyebutkan angka meternya, barulah dia mendapatkan pulsa listrik dan membayar ke Mbak-mbak yang mengenalnya itu, tapi maaf aja, Winwin tidak mengenalnya.

"Eh mas, tadi saya lihat istri kamu ngobrol sama Faisal."

Winwin yang mau pergi jadi menghentikan langkah setelah mendengar ucapan dari wanita berambut panjang yang di cat merah itu.

"Hati-hati aja mas, coba ditanyain istrinya baik-baik kalau kalian ada masalah."

Winwin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, sedikit merasa agak ... Kesal dengan ucapan dari wanita itu.

"Terimakasih mbak, kalau gitu saya pamit pulang."

Niatnya Winwin gak mau masukin hati ucapan wanita tadi, tapi apa daya, sepanjang jalan menuju rumah dia malah mikirin itu terus.

Innocent Husband [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang