3. Tidur bersama

8K 912 30
                                    


Aku lagi produktif nih.
Apalagi suka banget sama ide cerita ini.

Yuk dikomentar bun

***

Winwin cuma istirahat sebentar, setelah itu pergi ke masjid buat salat zuhur berjamaah. Dia gak bilang apa-apa pas pergi, makanya Neva sampai kelimpungan nyariin kemana perginya, Winwin.

Neva berkacak pinggang setelah lama mencari, ternyata pria itu sedang ada didepan rumah, mengobrol dengan para bapak-bapak yang sangat asing menurut Neva.

"Mas." Panggil Neva.

Winwin menengok kebelakang, Neva menyipitkan matanya tajam. Seolah mengerti, si bapak-bapak pamit pulang. Kangen istri dirumah katanya, Winwin balas cengiran kemudian masuk kedalam rumah.

"Kok gak bilang pergi ke masjid?" Tanya Neva garang.

Winwin mengendikan bahunya acuh, "Saya rasa kamu gak perlu tau. Lagipula kamu lagi ganti baju didalam kamar. Saya gak enak mau ganggu." Jawabnya jujur.

Neva menghela nafas, "Kan bisa teriak bilang, Aku pergi ke masjid dulu ya. Kan enak, aku jadi gak khawatir tau." Winwin mengernyit bingung.

Bukan karena gak suka di khawatirin. Tapi ini pertama kalinya Winwin merasa ada orang yang mau meluangkan waktunya cuma buat mikirin Winwin.

Winwin merasa aneh, kemudian menggelengkan kepalanya. Membuat Neva berjengit melihah Winwin. Neva menarik tangan Winwin untuk masuk kedalam rumah. Gak peduli wudhunya Winwin yang batal karena ulahnya, toh juga udah selesai.

"Kenapa?" Tanya Winwin.

Jujur ini pertama kalinya dia pegang perempuan. Winwin agak kaku sekaligus tegang, beda sama Neva yang terlihat biasa saja.

"Habis ini kerja lagi?" Tanya Neva memastikan.

Winwin mengangguk kecil, "Harus kerja, supaya uang tabungan yang sempet diambil. Terisi kembali." Jawan Winwin dengan tenang.

Neva mendengus sebal, "Padahal aku pengen jalan-jalan. Sekiranya kalau mas pulang sore, kita jalan yuk." Ajak Neva.

Winwin segera menggeleng, "Sore kerjaan saya banyak. Lagipula, kamu diem-diem aja dirumah. Jangan kemana-mana, kalau kamu hilang saya juga yang repot." Neva cemberut.

Winwin sama sekali tidak memiliki perasaan romantis sama sekali. Untung pria yang baru aja beberapa jam yang lalu resmi jadi suaminya ini, punya wajah yang gantengnya diatas rata-rata. Neva bisa meredakan amarahnya cukup dengan melihat Winwin saja.

"Yaudah, kamu mau berangkat sekarang mas?" Winwin mengangguk.

Neva kembali ke dapur, mengambil kotak bekal berbentuk persegi panjang, bergambar kartun bis berwarna biru. Neva memang sengaja membuatkan Winwin bekal. Dia bisa menebak kalau Winwin orangnya pekerja keras, jadi Neva yakin dia bakalan kerja sampai larut.

"Ini, kalau kamu laper makan ini aja. Lumayan hemat uang jajan, beliin aku daster lagi." Neva tersenyum kecil.

Winwin menerima kotak bekal itu dengan perasaan canggung. Agak aneh juga sih, dia ngerasa ada yang ngurusin dia sekarang. Apalagi Neva terus-terusan memberikannya senyum memikat.

Sungguh, Winwin jadi bingung sama kondisi hati dan pikirannya. Tanpa basa-basi Winwin langsung pamit pergi. Takut gak bisa kontrol perasaan, seenggaknya dia gak mau kebablasan.

Aneh tapi nyata, Winwin cukup terhibur melihat Neva yang berdiri didepan pintu pagar, melambaikan tangannya dengan senyuman.

Winwin bergidik kemudian menyalakan mesin motornya. Melihat Winwin yang mulai menjauh, Neva segera masuk.

Ketika Neva amati lebih dalam. Rumah Winwin cukup luas, hanya saja ada beberapa tata letak yang gak sesuai.

Daripada Neva gabut gak tau mau ngapain, perempuan berambut panjang yang sengaja dikucir kuda itu mulai tersenyum dan mengangkat barang-barang yang sekiranya merusak pemandangan.

Posisi kursinya juga terlalu tengah. Neva sengaja meminggirkan supaya nanti kursinya tidak menghalangi jalan.

Begitulah kegiatan yang Neva lakukan sampai menanti kedatangan Winwin kerumahnya.

***

Hari ini rejekinya lumayan ngalir. Kayanya bener kata orang tua dulu. Kalau Nikah itu juga bisa memperlancar rejeki. Winwin menghitung pendapatannya yang lumayan.

Malam semakin larut, sebenarnya Winwin harusnya sudah pulang sebelum maghrib. Tapi karena ada pekerjaan tambahan, dia akhirnya pulang larut.

Winwin memarkirkan motornya didepan rumah. Kembali setelah benar-benar menutup pintu gerbang. Tak disangka, setelah kakinya melangkah masuk.

Neva duduk selonjoran diatas kursi kayu, menatapnya dengan ekspresi ngantuk. Gimana gak ngantuk, kalau Winwin aja pulangnya mau hampir tengah malam.

Hati Winwin menghangat, belum pernah dia merasakan perasaan ini sebelumnya. Dia sungguh-sungguh baru dengan perasaan ini.

"Waalaikumussalam." Sindir Neva, walaupun udah setengah sadar dia masih sempet-sempetnya menyindir Winwin yang pulang-pulang bukannya salam, malah bengong.

"Assalamualaikum." Ucap Winwin yang tersadar.

Dia segera duduk di kursi single, sebelahan sama Neva. "Kamu ngapain tidur disini?" Tanya Winwin.

"Nungguin mas lah, takut aja mas nanti lari dari tanggung jawab." Ujarnya cuek kemudian mengucek matanya.

Walaupun cuma memejamkan mata sebentar. Neva merasakan kalau ada kotoran mata yang menempel saat ini dimatanya.

"Yaudah, kamu masuk aja sana kedalam. Biar saya yang tidur di luar." Tukas Winwin.

Neva menggeleng, "Kamu baru aja pulang. Kalau tidur disini nanti badannya sakit."

"Gak mungkin kita tidur berdua. Kamu nurut aja, saya gak mau--"

"Kita udah nikah ulang, kalau mas lupa. Jadi gak usah banyak bicara, ikut aja tidur didalam kamar. Kasurnya juga muat kalau berdua." Ujar Neva santai.

Winwin malah kaget. Dia benar-benar gak bisa terus-terusan begini. Dia harus bicara sama Neva yang sebenarnya.

"Kamu ini sebenarnya siapa sih?"

"Manusia, lebih tepatnya wanita cantik yang berjodoh sama mas." Jawab Neva enteng.

Winwin segera menggeleng, "Kamu inget pertemuan kita kan?" Neva mendadak berpikir.

"Emang kenapa sih, kamu kayanya ragu banget sama aku. Tenang aja mas, aku gak bakalan selingkuh. Walaupun tadi sore sempat digodain perjaka yang lagi jaga pos ronda."

Winwin tak berkata apapun setelah itu. Dia bangkit buat masuk kedalam kamar. Neva memperhatikan gerak-gerik Winwin yang menurutnya aneh.

Keluarnya Winwin dari kamar, ternyata pria itu membawa satu bantal dan juga selimut. Hal itu lantas mengundang tanda tanya, Neva.

"Mas ngapain?"

"Terserah kamu mau bilang apa, yang jelas saya belum terbiasa sama kamu. Alasan kita menikah juga masih belum saya ketahui. Saya gak mau tiba-tiba khilaf. Mau bagaimanapun juga saya ini laki-laki normal."

Neva cukup terkejut mendengar ucapan Winwin. Begitu juga Winwin yang tampak menanti apa yang mungkin akan Neva katakan kepadanya.

Perempuan dengan rambut panjang tergerai indah berwarna hitam legam itu, menghela nafas.

"Kamu aneh banget tau gak sih, mas."

"Gak ada suami istri yang pisah ranjang. Lagian kamu ini habis dari mana, pulang kok larut malam. Jadi gigolo ya?"

"Hus! Jangan sembarangan. Saya cari nafkah untuk makan. Kamu tau kan bagaimana kehidupan saya. Semoga kamu betah sama kehidupan saya yang jauh dari kata mampu ini."

Neva tak menjawab, dia memilih untuk menarik Winwin agar ikut dengannya. Winwin yang udah terlanjur rebahan jadi terpaksa ikut, karena gak mau tangannya patah gara-gata ditarik perempuan yang berstatus sebagai istrinya itu.

"Tidur disini, TITIK!"

Innocent Husband [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang