45. Merindu

3.2K 442 65
                                    

Hoamm aku update lagi...
Selamat menanti bab selamjutnya
Sama jangan lupa woy di follow wkwkw
Gas komen sampe pol

****

"Mas sayang kita dapet kulkas!"

"Huh!"

Winwin terbangun dengan keringat membasahi tubuhnya. Suara itu, bahkan kalimatnya benar-benar membuat Winwin merasa dejavu akan sesuatu.

Dia terbangun ketika jam menunjuk pukul 11 malam. Dia segera bangkit dari tempat tidurnya, berjalan pelan menelusuri keadaan rumah yang sudah gelap dan minim penerangan dikarenakan malam tiba.

Winwin mengambil gelas berisi air kemudian keluar dari rumah. Lebih tepatnya pergi menghampiri pos satpam rumah ibunya.

"Tuan muda? Astaga! Kenapa belum tidur jam segini?" Tanya salah satu satpam yang duduknya paling pinggir.

Satpam di rumah Bu Sanika lumayan banyak. Ada sekitar lima orang. Tentu saja karena memang harus diberi pengawalan yang ketat.

"Terbangun karena sesuatu. Di dalam rumah sepi, Ibu pasti sudah tidur karena dari kemarin dia dinas diluar daerah. Jadi saya tidak enak untuk membangunkan beliau."

Pria tua baya yang lebih kurus dari pria yang berbicara sebelumnya, menoleh dengan takjub. Tutur kata yang begitu sopan, bahkan Tuan muda tidak angkuh seperti orang kaya pada umumnya.

"Tuan muda mau apa? Saya buatkan saja bagaimana? Kalau malam memang sudah tidak ada pembantu. Tapi kalau masak saya bisa kok."

Winwin tersenyum dan menggeleng kecil. Senyumannya membuat ketiga orang disana cukup merasa damai dan senang melihatnya.

"Tidak perlu, saya juga bisa masak ... Sepertinya," gumam Winwin tidak yakin.

"Kalau gak bisa tidur, coba jalan-jalan aja sekitar sini den."

Winwin menganggukan kepalanya. Kemudian menikmati taman kecil di samping rumah sampai ke belakang. Hanya saja Winwin merasa heran saat ini, karena sesuatu seakan tengah mengintainya.

Winwin berjalan-jalan sendiri, karena tidak ingin ditemani. Dia mau menikmati waktu sendiri, tapi sekarang kenapa dia merasa ada seseorang yang mengikutinya.

Tuk!

Suara kerikil kecil berjatuhan, ketika dia mendongak, Winwin tidak melihat apapun. Rasa penasaran di dalam dirinya lebih kuat dari perasaan takut.

Ketika Winwin melangkah lebih dekat ke arah suara grasak-grusuk, seseorang menepuk bahunya. Winwin sempat terkejut ketika melihat salah satu satpam menegurnya.

"Ngapain den?"

"Mari masuk saja, kalau aden kenapa-napa nanti kami berlima kena omel dari Bu Sanika. Beliau sudah begitu menanti kehadiran aden, jadi bisa dipastikan khawatir jika aden kenapa-napa."

Winwin menganggukkan kepalanya dengan senyum tipis. Dia mengikuti si satpam dari belakang, walau tetap merasa penasaran dan sesekali menoleh kembali, siapa tau ada yang sempat dia lewatkan.

Sementara itu seorang wanita tengah bersembunyi dibalik tembok penghalang antara kolam renang dan juga rerumputan.

"Mbak!"

Suara melengking itu membuat Neva terkejut bukan main dan menatap tajam ke arah wanita yang memanggilnya. Neva segera mendekat dan bertanya.

"Kamu ngapain kesini?"

Bia, wanita yang sengaja mengikuti langkah Neva, menggeleng pelan. Memang benar kata Faisal, Mbak Neva tidak bisa ditinggalkan begitu saja.

"Mbak sumpah ya! Jangan keluar diem-diem lagi. Apalagi sampai menyelinap masuk ke rumah bu menteri. Nanti kalau ketahuan, Bu Menteri bisa salah paham lho!"

Innocent Husband [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang