53. Lingkungan lama rasa baru

3.6K 467 16
                                    


Setelah sekian lama akhirnya Winwin kembali lagi ke rumah yang menjadi saksi bisu dimana perjuangannya dari nol dimulai. Winwin menatap rumah yang tampak depannya tidak berubah, namun ketika mereka masuk, banyak dekorasi baru dan perabotan baru yang tentunya sangat mahal.

Mulai dari sofa, meja, tirai, televisi bahkan banyak lagi. Kamar merekapun memiliki kasur peer yang mewah.

"Kata ibu, dekorasi depan rumahnya gak usah direnovasi aneh-aneh sesuaiin aja sama bentuk awal. Tapi yang di dalam diubah. Bagaimana mas bagus gak? Aku ngerasa sih ini rumah yang sama tapi ngerasa berbeda."

Neva menggandeng tangan Winwin untuk melihat-lihat suasana di rumah yang akan mereka tempati ini. Winwin menarik kedua sudut bibirnya ke atas ketika menemukan foto Bapak dan Ibunya, sepertinya hal itu sengaja diletakkan oleh Ibunya.

"Ah foto itu ya, kemarin aku yang mintain. Soalnya aku pengen, Mas gak galau lagi kalau kangen Bapak atau Ibu, maklum Ibu kan pejabat penting jadi sering sibuk."

Winwin menoleh kemudian terkekeh pelan ketika menatap Neva, tangannya mengacak pelan rambut istrinya.

"Ih! Jangan diacak-acak kebiasaan sekarang suka ngacak rambut."

"ASSALAMUALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH! MBAK NEVA, MAS WINWIN. CESAR DATENG NIH SAMA ANDI!"

Winwin menggeleng pelan setelah menghela nafas. Dua bocil itu kembali lagi ke sini, darimana mereka tau kalau Winwin dan Neva kembali datang kemari.

"Kok dia bisa tau sih?" Tanya Winwin pada Neva.

Neva menahan untuk tidak tertawa. Jelas mereka berdua tau, orang kemarin Neva yang memberitahukan kepadanya.

"Waalaikumussalam."

"Kalian apa kabar berdua?"

"Andi baik kok Mbak Neva. Eh, baru sadar udah isi," balas Andi seraya tersenyum dengan ekspresi yang benar-benar polos seakan tidak punya dosa sama sekali.

Winwin tersenyum kemudian menggenggam tangan Neva di depan kedua bocil jomblo di depannya, "iya, doain ya semoga anak Mas sama Mbak sehat-sehat."

Andi mendengus sebal karena mendapat tatapan sindiran dari Winwin. Namun dia tetap tidak peduli malah semakin duduk lebih dekat.

"Sofa rumahnya empuk ya mbak."

"Sofanya yang empuk, kamunya jangan mepet ndi!" Tarik Cesar dengan cepat sebelum negara api menyerang.

Andi cuma cengengesan. Winwin yang melihat itu geleng kepala sendiri. Masuk rumah sakit bukannya makin sehat, malah makin sakit. Kaya gak ada betul-betulnya anak ini.

"Udah natapnya jangan kaya gitu, Andi masih anak-anak wajarin aja," tegur Neva.

Walaupun dalam hati Neva seneng banget lihat Winwin cemburu. Apalagi ketika pria itu akan sangat agresif saat terbakar api cemburu.

"Gak wajar ini namanya," bisik Winwin kemudian mengecup telinga Neva seakan sedang menggoda.

Cesar yang gak sengaja menatap ke arah pasutri tersebut segera menarik Andi agar tidak melihat pemandangan delapan belas plus itu.

Neva malah ngerasa heran sendiri, Winwin yang sepolos itu ketika pertama kali mereka bertemu. Sekarang sudah mulai ingin mendominasi.

"Bagaimana kabar kamu ndi, Mbak dengar nyeri pasca operasinya masih terasa?"

Winwin melirik Neva seakan mengatakan, "kamu ngapain nanyain dia? Nanti dia ge'er."

Jelas jawabannya karena Neva sengaja ingin menggoda Winwin, membuat dia sedikit cemburu karena kedatangan Andi.

Innocent Husband [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang