Akhirnya bisa update ditengah kesibukan ini... Hiksss Putri tau kelean rindu, makanya jangan dianggurin sok digaskan komennya
***
"Menurut kalian, anak ibu menteri seharusnya sudah berusia berapa tahun? Aku curiga dia sudah sangat dewasa, apa dia gak pernah mencari tahu tentang keberadaan ibunya ya?" Pikir Reza yang saat ini mencoba membuat sketsa wajah dari ciri-ciri yang diberikan oleh ibu menteri.
Sebenarnya mereka minta foto, tapi kata Ibu menteri. Foto itu sudah sangat lama dan berada di tempat lembab, sehingga kualitasnya sangat buruk dan sulit dikenali.
Neva menghela nafas panjang, mencari seseorang yang sudah hilang cukup lama memang sangat sulit. Neva akui itu, dan sekarang dia benar-benar merasa frustasi.
"Bia sama Jevan, mereka udah pergi ke tempat mantan mertua ibu menteri kan?" Tanya Neva.
Faisal yang sedang berdiri di depan pantry sembari menyeduh dua cangkir kopi, menganggukan kepalanya. Baru tadi pagi Jevan pergi menggunakan mobil milik Faisal.
"Deadlinenya gak begitu mepet, lagipula tugas ini cukup mulia. Mempertemukan Ibu menteri dengn putra kandungnya."
Faisal kemudian datang menghampiri Neva dan memberikannya secangkir kopi untuk membuat dirinya kembali merasa segar.
"Terimakasih," Ujar Neva.
Faisal tersenyum, kemudian menganggukan kepalanya. Dia membaca kembali beberapa data tentang anak dari Ibu menteri.
"Curiga gak sih, kenapa ciri-ciri dari yang disebutkan oleh Ibu menteri. Mengarah pada seseorang yang kita kenal?"
Neva dan Reza sontak mengernyit, namun Reza segera menyetujuinya, karena dia merasa apa yang dikatakan oleh Faisal memang ada benarnya.
"Kemungkinan kita sudah pernah bertemu dengan anak dari Ibu menteri ini sebelumnya, cuma kita gak sadar dia siapa. Curiga gak sih? Kenapa rasanya sekarang jadi lupa ingatan, walaupun ngerasa udah tau siapa orangnya."
Neva tampak berpikir keras. Karena dia belum connect dengan ucapan Reza maupun analisis dari Faisal. Menurutnya tidak ada yang tampak begitu familiar dengan ciri yang disebutkan.
Tidak lama setelah itu, Neva mendengar suara telepon. Wanita itu segera bangkit dari kursinya dan mengangkat telepon tersebut.
"Jangan pernah mencari tahu tentang keberadaan anak Ibu menteri. Karena jika kamu berani mencarinya. Maka saya tidak akan membiarkan hidup kalian tenang."
Neva segera menekan tombol rekam dan menarik satu sudut bibirnya ke atas. Ternyata ada yang tidak ingin anak dari Ibu menteri ditemukan, Neva jadi penasaran apa yang akan terjadi jika anak Ibu menteri ditemukan.
"Dengarkan."
Neva kembali memutar perekam pada telepon genggam yang dia gunakan. Hal itu membuat Reza dan Faisal menganggukan kepalanya paham.
"Dia tidak ingin anak Ibu menteri ditemukan. Memangnya apa yang berkaitan tentangnya? Bukankah Ibu menteri tidak akan menyerahkan jabatannya kepada anaknya sendiri, lagipula hal itu tentu saja dilarang oleh negara."
Neva menganggukkan kepalanya paham, "tapi kalian gak lupa dong, kalau Ibu menteri juga punya bisnis maju yang cukup terkenal. Gak menutup kemungkinan jika Ibu menteri tiada, maka bisnis itu akan jatuh ke tangan... Ah, menurutmu siapa?"
"Tidak tau, aku tidak pernah melihat seorang penjilat disekitar Ibu menteri."
Faisal tampak berpikir, sepertinya dia kemarin bertemu dengan asisten Ibu menteri. Pria itu tampak muda dan sepertinya punya hubungan special, maksudnya Ibu menteri mungkin saja sudah menganggap pria itu sebagai anaknya.
"Asisten Ibu menteri?"
"Yang benar saja, dia bahkan terlihat seperti seseorang yang tidak begitu memperdulikan apapun yang ada disekitarnya."
"Jangan meremehkan seseorang hanya dari tampang nya. Walaupun tampangnya seperti orang yang tidak ingin bersaing, tapi ketahuilah dia adalah binatang yang paling buas."
Neva menghela nafas. Karena apa yang diucapkan Faisal memang ada benarnya. Pembicaraan ini membuatnya sedikit pusing.
***
"Mas Winwin, mau kopi gak?"
Winwin yang lagi ngepel koridor, menoleh ke arah wanita yang berseragam sama dengannya. Kemudian menggeleng dengan cepat.
"Saya gak suka kopi hitam, tapi kalau mau bikinin. Yaudah bikinin aja buat Mas Dodit, kebetulan dia tadi bilang pengen ngopi," Balas Winwin cepat kemudian membawa bak berisi sedikit air pel.
Wanita itu menghela nafas, ternyata Mas Winwin cukup susah di dekati. Tapi pertama kali lihat Mas Winwin bekerja disini, cukup membuatnya falling in love.
"Intan, kebetulan nih ada disini. Kamu gak mau bikin kopi? Saya pengen ngopi nih, cape juga daritadi nyapu di lantai dua."
Wanita dengan rambut panjang sebahu dan jepit rambut pita itu, menoleh dan melemparkan tatapan tajamnya. "Bikin aja sendiri! Punya tangan sama punya kaki kan?"
Winwin menoleh ke belakang dan menghela nafas panjang. Dia merasa geli sendiri saat wanita bernama Intan itu terus menerus memberikan perhatian padanya. Winwin tentu saja sadar, kalau Wanita itu mungkin saja sedang mendekatinya.
Cuma Winwin gak mau cepet ge-er dulu. Sebelum dia memastikan dengan benar siapa tau memang baik ke semua orang, cuma Winwin doang yang pede banget.
"Mas Dodit!" Panggil Winwin begitu melihat Dodit yang berjalan melawan arah.
"Ada apa Win?" Tanya Dodit begitu melihat Winwin.
"Mau kredit handphone dong. Yang murah aja, jangan mahal-mahal."
"Udah bicarain masalah ini sama istri kamu belum?" Tanya Dodit memastikan.
Winwin sendiri yang bilang mau tanya ke Istri dulu sebelum benar-benar mengambil ponsel itu dengan cicilan kredit.
"Mau kasih suprise, tapi kayanya istri saya akan sangat suka dengan handphone itu. Apalagi saya bisa menghubungi istri saya, tanpa harus menahan rindu seperti ini."
Dodit menggeleng seraya bergidik ngeri menatap ke arah Winwin. Sejak kapan setan bucin mulai merasuki dirinya? Benar-benar tidak habis pikir dengan pola pikir Winwin.
"Boleh deh, mau yang harga 1,5 juta kemarin?" Tanya Dodit.
Winwin menganggukan kepalanya, dia benar-benar tidak sabar untuk memberikan ponsel tersebut kepada Neva.
"Yang warnanya Biru sama Hitam ya bang, mau couple sama istri saya."
Dodit mendengus, "hitam sama biru gak couple dong Win, kamu gimana sih. Kalau mau couple warnanya harus sama!"
Langit berubah jingga ketika Winwin sampai di depan pekarangan rumahnya. Menggeser pagar kayu itu kemudian memasukan motor bututnya ke dalam pekarangan. Dilihatnya lampu luar yang belum menyala padahal hari sudah cukup gelap.
Winwin yang takut Neva kenapa-napa segera membuka pintu, namun saat dia mencoba membuka pintu. Ternyata Pintu rumah dalam keadaan terkunci.
Winwin panik sendiri, kemudian pergi ke rumah Mbak Mina untuk bertanya dimana keberadaan Neva.
"Lah, gak tau Win. Mbak daritadi gak keluar rumah sih, beres-beres kamar karena ada lemari baru. Tapi daritadi Mbak gak lihat Neva keluar dari rumah."
"Yaudah Mbak, kalau gitu terimakasih banyak ya."
Winwin balik lagi ke rumah, kebetulan banget dia lihat Neva yang ternyata pulang dengan Andi dan Cesar di belakangnya.
"Lho, Mas Winwin?" Ujar Neva kaget.
Winwin yang lihat Neva sekarang berdiri dalam keadaan sehat wal-afiat tanpa pikir panjang langsung lari dan peluk tubuhnya Neva erat banget.
Andi sama Cesar yang melihat adegan romantis itu, cuma bisa menghela nafas. Mau iri, tapi mereka masih kecil. Mau marah, emangnya mereka siapa?
Neva terkekeh dengan kelakuan Winwin yang datang-datang langsung memeluk tubuh Neva dengan erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Innocent Husband [END]
Romance"Kamu harus tanggung jawab!" "Kamu siapa?" "Aku istri kamu, masa kamu lupa?" "Buat makan aja saya susah, gimana mau punya istri?" Emang karena lagi apes, gak dapet setoran malah dapet istri dadakan. Imyourput present WARNING⚡ Inget ini Fiksi Start...