36. Masalah Lelaki

3.6K 513 58
                                    


Mereka berkumpul membahas mengenai anak dari Ibu Menteri. Masih gak paham, kenapa ibu menteri yang terkenal sebagai seorang wanita independen, namun ternyata memiliki anak.

"Beliau ada bilang sesuatu, sebagai petunjuk misalnya?" Tanya Jevan yang saat ini berdiri memandang papan berisi silsilah keluarga Ibu menteri.

Kalau memang punya anak, kenapa anaknya tidak di jaga dengan baik? Kenapa malah harus dibiarin gitu aja, terus setelah menghilang malah dicari-cari.

"Kalau emang gak siap punya anak, mending jangan punya anak. Alhasil gini kan, udah ditelantarin malah sekarang minta dicari," Keluhan Faisal.

Bia menatap aneh ke arah Faisal. Yang punya masalah siapa, yang marah siapa? Bia berkacak pinggang di hadapan Faisal.

"Roda kehidupan gak ada yang tau. Kemungkinan kan mereka memang sudah merencanakan, namun karena keadaan membuat mereka akhirnya berpisah."

Neva menarik kedua sudut bibirnya tipis, dan mengangguk setuju. Apa yang dikatakan Bia memang benar, bukan salah mereka yang gak siap punya anak, cuma mungkin mereka udah mempersiapkan sebelumnya, namun karena keadaan menjadi sulit, jadilah mereka terpisah.

"Gak masalah ibu menteri mau punya anak atau nggaknya, tapi yang jadi masalahnya. Kenapa Bu menteri gak mau kasi tau kita secara spesifik ciri-cirinya atau petunjuknya?" Reza menyela.

Mereka kembali memeriksa beberapa data yang diberikan oleh asisten ibu menteri. Neva membacanya dengan seksama, sekilas tidak ada yang aneh hanya saja, melihat data anak ibu menteri kemungkinan anaknya sudah dewasa.

"Ini mah udah seumuran Mbak Neva, eh malah udah diatas mbak Neva. Ini apa kita perlu telusuri tempat yang dimaksud sama Ibu menteri ya?" Tanya Bia.

"Coba deh, Bia sama Jevan pergi ke sana ya. Mbak gak bisa, soalnya gak mau Mas Winwin curiga."

Reza berdecak, "dikasi tau aja kali Mas Winwin nya, mbak Neva kerja apa? Supaya gak sembunyi-sembunyi begini. Bukannya mau ikut campur, cuma kerjaan Mbak Neva kan jadi gak maksimal karena inget gak mau ketahuan Mas Winwin," Ujar Reza salty.

Faisal sama Jevan segera memberikan tatapan tajamnya ke arah Reza. Menurut Reza, apa yang dikatakan olehnya tidak salah. Namun, raut wajah Neva langsung berubah tidak enak hati.

"Maaf banget kalau kalian harus ngerasa aku gak profesional, tapi belum saatnya aku memberitahu Mas Winwin soal pekerjaanku. Tolong pengertian, karena pertemuan kami juga tidak sengaja, dia pasti akan stok atau marah kalau tau siapa aku sebenarnya," Ungkap Neva tulus.

Bia melemparkan tatapan tajamnya pada Reza, "gara-gara kamu sih za, lagian kenapa sih? Gak mesti kan Mbak Neva yang handle semuanya. Apa gunanya kita sebagai anggota?" Balas Bia.

Reza menghela nafas, "maaf banget Mbak, aslinya bukan itu yang pengen aku katakan. Cuma yaudah, udah terlanjur."

Neva mengangguk, "makasih udah nyadarin supaya lebih profesional lagi."

Neva menghela nafas frustasi. Dia merebahkan tubuhnya diatas karpet. Baru pulang dari markas karena tau jam-jam ini Winwin sebentar lagi pulang.

Masih kepikiran sama ucapannya Reza. Neva gak mau bohong lama, soalnya kasihan rumah, mobil, sama semua barang-barang mahalnya gak pernah ke pakai.

Mau bawa motor kesini kan gak mungkin. Nanti kalau Winwin tanyain, Neva bisa mampus, gak tau mau jawab apa?

"Mas Winwin bakalan maafin aku gak ya?" Ujarnya frustasi.

Ini beneran Neva frustasi banget, gak tau harus bagaimana. Intinya dia mau seiring berjalannya waktu Winwin pasti tau.

***

Winwin udah siap-siap mau pulang ke rumah. Kangen banget sama Neva, dia sama Neva gak punya handphone buat saling hubungi kaya temennya sama dodit, namanya Sobri.

Sobri kalau lagi kerja kadang ditemenin sama pacarnya lewat video call. Winwin jadi pengen coba, soalnya dia pengen ngerasain ditemenin kerja sama istri tercinta.

Gak lama Dodit nahan dia pulang sebentar. Bilang ke Winwin kalau dia ada buka kredit handphone. Soalnya Dodit daritadi merhatiin Winwin yang lihat Sobri videocall sama pacarnya.

"Mau gak win? Murah kok, bayar 400rb untuk empat bulan. Handphone bagus dan masih segel."

Winwin tampak berpikir, "Mahal sekali mas. Gak mau korting? Soalnya kalau 400rb perbulan, nantinya uang keperluan rumah kurang."

Dodit memutar bolamatanya jengah, "ya harus segitu, biar cicilannya cepet lunas. Kalau mau beli yang cash bisa Win, ada yang sejuta dua ratus, ada yang sejuta enam ratus. Tergantung kualitas handphone, soalnya Harga menentukan kualitas. Eh kebalik ya?"

Winwin dilema, pengen ngambil kredit handphone. Cuma bingung aja dia, nanti kalau Neva gak izinin gimana? Dia juga harus konsultasi dulu sama Neva.

"Nanti deh Mas, Saya mau konsultasi dulu sama istri. Uangnya juga bukan punya saya sendiri, melainkan punya berdua sama istri."

Dodit menggumam, kalau udah bawa istri Winwin kok berubah menyebalkan? Entahlah, mungkin karena Dodit iri sama Winwin.

Begitu Winwin pulang, dia udah lihat makan malam tersaji di atas meja makan. Ditambah lagi ada beberapa hidangan pencuci mulut.

Winwin pas masuk tadi gak lihat Neva nyambut dia di depan rumah. Padahal biasanya Neva berdiri nungguin dia pulang, mungkin juga karena udah azan maghrib.

Gak lama setelah itu Neva keluar dari kamar mandi. Lagi habdukan terus menatap ke arah Winwin dengan ekspresi heran.

"Tumben telat pulang mas?" Tanya Neva.

Winwin yang lihat Neva handukan langsung istighfar dalam hati. Dzikir juga jangan lupa, karena kebayang waktu dia sama Neva malam pertama.

"Iya, tadi Mas Dodit ngajak bicara sebentar."

"Oh," Ujar Neva kemudian masuk kedalam kamar mendahuluinya.

Winwin Mengernyit heran, "kenapa gak ganti baju di dalam kamar mandi?" Tanya Winwin dari luar kamar.

"Lupa tadi, Mas siap-siap salat sana."

"Oh iya, gak mau ganti baju dulu?"

Winwin istighfar lagi. Kemudian menunggu Neva selesai menggunakan pakaian. Tapi pas Neva keluar dia cuma pake mukena dan nyuruh Winwin untuk cepat ganti pakaian.

Selesai mereka melaksanakan ibadah wajib. Neva membuka mukenahnya, disitu Winwin nyebut lagi dan gak mau noleh ke belakang.

Neva cuma pakai dalaman aja soalnya. Winwin kirain dia udah pake baju full. Tentu aja Neva nyadar sama sikap Winwin yang menurutnya lucu.

"Ngapain mas?" Tanya Neva, sengaja menggoda Winwin.

Winwin segera berdehem, "gak ada."

"Masih malu aja mas, padahal udah pernah lihat."

Winwin menggeleng dengan cepat, "udah belum?"

"Udah."

Pas Winwin berbalik dia nyebut lagi, soalnya Neva belum pake baju. Neva ketawa ngakak lihat ekspresi Winwin yang kaget kaya tadi.

"Santai aja kali mas, mas kutangan juga aku lihat."

"Kamu gak ngerti masalah lelaki."

Neva terkekeh pelan, "Masalah lelakinya apa mas?" Tanya Neva.

"Astagfirullah Neva, jangan mancing-mancing."

"Udah kok," Ujar Neva.

Winwin gak mau ketipu lagi, cuma diem di tempat gak bakal noleh ke belakang sebelum Neva pake baju. Sementara Neva cuma bisa ketawain Winwin di belakang.

Innocent Husband [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang