9. Hajar!

6K 767 19
                                    


Janjinya sih kemarin, cuma kan ya maaf-maaf aja ketiduran.
Jangan Lupa Komentarnya ya Bun!

***

Setelah kejadian dimana Neva tiba-tiba ngecup bibirnya Winwin. Pria itu selalu terlihat was-was ketika bersama Neva. Bahkan, Winwin selalu menyuruh Neva untuk jauh-jauh dan ketika Neva bertanya apa alasannya, Winwin selalu menjawab, "Saya belum siap."

Sepertinya dunia memang sudah terbalik ketika Neva mulai berpikir. Bukankah seharusnya yang mengatakan hal itu adalah pihak perempuan? Kenapa dia mendadak jadi pria disini.

Neva tidak mau ambil pusing, melihat Winwin yang terkejut karena kelakuannya cukup menghibur. Ingatkan Neva untuk melakukannya lagi, Agar Winwin berhasil masuk jeratan pesonanya.

Masa gak cinta sama istri sendiri? Apa kata Mbak Mina. Bisa kalah dia sama wanita yang selalu bilang, suaminya sering minta jatah itu.

Hari ini Neva minta dianterin ke pasar sama Winwin. Sudah cukup lama dia berada di lingkungan rumah Winwin. Jadi ada banyak gang dan jalan yang bisa dia ingat.

Salah satunya adalah pasar. Awalnya Neva tidak bisa pergi sendiri dan harus ditemani Mbak Mina. Tapi lama kelamaan, Neva hafal sama jalan menuju pasar.

Cuma sekarang, Mbak Mina lagi pulang kampung. Kemarin juga nitipin kunci rumahnya ke, Neva. Jadi Neva gak ada temen buat pergi ke Pasar.

"Mas, berhentinya di depan gerbang pasar aja."

Winwin tidak menjawab dengan suara melainkan anggukan kepala. Setelah itu mengantar Neva sampai pada tujuan.

Neva tersenyum kearah Winwin kemudian mencium punggung tangan suaminya itu. Jujur, Winwin cukup nyaman sama kegiatan yang satu ini.

"Mas semangat ya! Kalau mau pulang makan siang, pulang aja." Winwin mengangguk canggung mendengar ucapan Neva.

Setelah memastikan Neva sudah masuk kedalam pasar, barulah Winwin mulai melajukan motornya menembus jalanan yang ramai.

Neva tampak sumringah melihat para pedagang yang mulai dipadati para pembeli. Neva rencananya mau beli sayur kangkung dan juga ayam. Udah lama mereka gak makan ayam. Kalau gak tahu, ya tempe. Kalau gak dua-duanya pasti masak sayur doang.

Pas lagi asyik milih-milih sayur, Neva tersentak karena ada seorang pria yang menabraknya setelah itu berlari. Awalnya Neva biasa aja dan hanya merenggut kesal, namun setelah mendengar suara teriakan ibu-ibu yang mengatakan, "JAMBRET!"

Neva segera berlari menyusul pria tadi dengan kekuatan penuh. Matanya sangat jeli dan berhasil menemukannya.

BUGH!

"Balikin gak tasnya?!" Neva segera memberikan pukulan yang ringan, membuat Jambret itu menyerah dan segera lari setelah memberikan tas itu kepada Neva.

"Ini bu, tasnya." Neva menyerahkannya sembari tersenyum.

"Makasih banyak Nak, aduh ibu gak bisa bayangin kalau tas ini sampe kebawa." Neva mengangguk kemudian pamit, namun sebelum pamit si ibu memberikan lembaran uang berwarna merah, yang tentu segera Neva tolak.

"Gak usah bu, saya bantuin juga karena sesama manusia."

Ibu tersebut menggeleng, "Tidak usah, kamu terima aja. Lagian ini bukan uang terimakasih, tapi lebih ke sedekah dari ibu." Neva tersenyum canggung dan akhirnya mengambil selebaran berwarna merah tadi.

"Alhamdulillah, terimakasih kalau begitu bu."

Setelah membeli banyak bahan dapur, dengan riang Neva mulai memasak. Neva benar-benar akan masak enak sekarang. Dia bikin kare daging, karena uangnya cukup banget buat dia.

"Pasti Mas Winwin bakalan suka!" Ujarnya semangat.

Ketik menunggu Kare yang dimasak itu matang. Neva sempat berpikir, bagaimana dia bisa berlari sekencang tadi? Jangan lupakan fakta kalau Neva bisa dengan mudah menghajar orang?

Namun karena tidak ingin terlalu peduli, Neva memutuskan untuk mengacuhkannya dan menanti Winwin datang.

***

Benar saja siang itu Winwin pulang kerumah. Dia beralasan ingin mengambil sesuatu yang tertinggal, padahal dia ingin pulang makan siang.

Kebetulan setelah salat zuhur tadi, Neva segera menyiapkan makanan diatas meja. Dia juga sudah menyiapkan bekal yang bisa dimakan oleh suaminya ketika sedang istirahat sejenak.

Bagaimana? Neva sudah menjadi istri idaman, bukan?

"Kamu masak sebanyak ini?" Tanya Winwin yang sedikit terkejut melihat meja makan yang hampir penuh.

Neva mengangguk, "Dengan uang yang kuberikan?" Ucapnya lagi, yang masih tidak percaya sama sekali.

"Iya, mas ih kok gak percayaan banget. Lagian ini tuh udah rejeki, harusnya di nikmati dan disyukuri bukan malah dipertanyakan!" Balas Neva yang membuat Winwin terlihat menarik kedua sudut bibirnya tipis.

Neva ikut tersenyum, "Mas lucu banget sih, ini aku baru masakin setengah. Bagaimana pas aku mau masakin yang versi full?"

Winwin terlihat bersemangat, "Alhamdulilah, ini aja udah bikin Mas bersyukur banget." Neva tersenyum dan memeluk Winwin dari belakang.

Winwin mendadak tegap dan membuat Neva segera menjauhkan dirinya, lalu terkekeh menyadari reaksi Winwin yang masih belum disentuh, "No Touch!"

"T-terimakasih ya." Winwin mendadak gugup.

"Sama-sama mas, kalau Mas Seneng, Aku juga senang banget."

Neva sengaja gak bilang kalau dia habis dapet uang kaget karena bantuin kejar jambret.

Mereka makan bersama dengan tenang. Neva terkekeh melihat Winwin yang makan dengan lahap. Winwin kelihatan gak pernah makan enak.

"Mas, suka banget ya sama karenya?" Tanya Neva iseng.

Winwin yang ketahuan makan lahap, jadi gelagapan namun tetap mengangguk dengan ekspresi polosnya.

"Iya, saya makan-makanan seperti ini kalau dibelikan atau diberikan. Saya suka mikir-mikir kalau mau beli, takut kebutuhan gak terpenuhi." Neva mendadak iba.

"Oh iya, bagaimana bisa uang yang saya berikan cukup?"

Neva terdiam, "Ada hamba Allah yang baik banget bagi sedikit rejekinya untuk kita."

Siang itu menjadi siang yang indah untuk Neva. Dia bisa melihat senyum polos Winwin yang mempesona. Rasanya Neva tuh kaya gak nyangka aja, punya suami modelan Winwin.

Suami modelan Winwin itu sudah dicari dan sukar dimengerti. Neva hanya bisa berharap hubungan mereka akan lebih baik kedepannya.

Neva punya niat untuk jalan-jalan disekitar sini. Dia mau sekalian nyapa warga sekitar. Kayanya semenjak menikah Neva kurang memperhatikan keadaan sekitar.

Tiba-tiba salah satu bocah mendekat kearahnya. Bocah tersebut datang dengan percaya dirinya dan tersenyum genit kearah Neva.

"Halo Mbak, boleh tanya namanya siapa?" Tanya Bocah tersebut.

Neva mengernyit, "Kamu yang siapa? Saya gak kenal sama kamu."

"Maka dari itu, mari kenalan mbak."

Neva menarik nafas dalam sebelum mengeluarkannya dengan pelan, "Nama saya Neva."

"Yes! Makasi banyak Mbak Neva, saya ditantang tuh sama orang yang disana." Tunjuk bocah tersebut.

Neva menggeleng pelan, "Kamu main truth or dare ternyata."

Bocah itu menyengir, "Saya Andi mbak, anaknya Bu Lurah."

"Oh." Setelah itu Neva pergi tanpa pamit.

"Lah cuma oh doang?"

"Eh lo ngapain bengong dijalan, mbak Neva udah pergi aja rupanya." Andi menoleh kearah Cesar dengan pandangan penuh tanda tanya.

"Lo udah tau namanya?"

"Udah lah, dia kan Mbak Neva, Istrinya Mas Winwin."

Andi cemberut, "Lah, udah jadi bini orang aja dia."

###

P.S : Andi - PJS, Cesar - ZC

Innocent Husband [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang