32. Bocah Ganjen

3.9K 556 17
                                    

Hehehe rencananya update kemarin malem. Cuma ya gitu, baru ngetik setengah udah ketiduran. Tapi tenang, sekarang aku update lagi wkwk.

***

"Lukanya tidak terlalu parah. Hanya benturan kecil di kepalanya membuat pasien mungkin akan mengalami pusing dan sakit kepala yang wajar. Sejauh ini tidak ada luka serius di seluruh tubuhnya."

Winwin mendengarkan dengan seksama. Winwin pergi ke rumah sakit sendiri, awalnya ditemani oleh Mbak Aletta, tapi putranya rewel minta nenen, jadi Aletta pamit pulang. Winwin disuruh ngabarin kalau nanti Neva sudah sadar.

Winwin menghela nafas, dia masih merasakan detak jantungnya yang kencang. Saat Mbak Aletta mengabarkan lewat telepon, kalau Neva kecelakaan. Jangan ditanya bagaimana paniknya Winwin.

Dia bahkan pinjam motor Mbak Aletta yang nangkring di rumah, itupun Mbak Aletta yang nyuruh Winwin pake karena gak ada kendaraan yang bisa digunakan.

Masih di ruang UGD, setelah menunggu beberapa lama akhirnya Neva sadar. Winwin menghela nafas lega seraya mengucap syukur.

Neva yang masih terlihat pusing, dibantu Winwin untuk bangun dari tempatnya berbaring. "Kamu siapa?" Pertanyaan Neva membuat Winwin membulatkan matanya terkejut.

"Neva, kamu beneran gak inget siapa aku?" Winwin langsung panik, sementara Neva menahan untuk tidak tertahan.

"Suamiku kan?"

Winwin yang tadinya mau keluar cari dokter, gak jadi setelah mendengar Neva mengatakan kalau dia itu ingat dengan Winwin.

"Neva saya lagi panik dan khawatir. Kamu jangan ajak saya bercanda."

Neva menyengir, walau begitu dia masih terasa pusing. "Kenapa kepalanya, masih sakit ya?"

Neva memanyunkan bibirnya, kemudian mengangguk. Neva gak bohong kalau dia emang lagi sakit kepala sekarang. Bahkan tadi pas kelopak matanya bergerak membuka, Neva ngerasa nyut-nyutan.

"Tadi, gimana caranya kamu bisa berakhir disini? Saya khawatir pas Mbak Aletta bilang kamu masuk rumah sakit karena kecelakaan."

Winwin gak bohong soal itu, dia beneran khawatir dan langsung tancap gas. Bahkan tadi pertama kalinya Winwin terobos lampu merah karena bawa motor kesetanan. Beruntung Tuhan masih menyelamatkannya dari marabahaya, tolong tindakan Winwin jangan ditiru.

"Tenang dulu mas, ambil minum gih. Kayanya kamu perlu minum supaya gak gemeteran gitu," Ucap Neva yang menatap tangan Winwin masih gemeteran.

Jujur, Neva cukup senang melihat Winwin yang begitu mengkhawatirkan dirinya. Ditambah saat ini Winwin sepertinya sudah mulai membuka hati pada Neva.

"Saya kalau khawatir memang begini, Tubuh saya merespon dengan getaran. Saya juga gak paham, kenapa bisa sampai gemetar. Tapi satu hal yang pasti, kamu adalah orang yang membuat tubuh saya gemetar."

Neva merespon dengan sebuah senyuman, telinganya memerah. Astaga, ini pertama kalinya Neva ngerasa malu-malu di depan lelaki.

"Ekhem." Neva berdehem pelan, kemudian menarik selimut.

Aktivitas Neva tidak pernah lepas dari pengamatan Winwin, pria itu segera membantu Neva menarik selimut dan saat ini duduk memandang Neva.

Gak tau aja, Neva lagi salah tingkah karena Winwin yang terus-terusan memandangnya tanpa lelah. Neva jadi semakin salah tingkah, saat Winwin tersenyum ketika melihatnya.

"Ke-kenapa? Mukaku kelihatan aneh ya mas?" Tanya Neva.

Winwin menggeleng kecil, "pipi kamu merah, lagi malu sama siapa?" Goda Winwin.

Neva mendengus sebal, walau begitu dia tetap tersenyum. Karena semakin malu dengan Winwin, dia menutup wajahnya dengan selimut.

"Jangan ditutup, biarkan saya memandang kamu. Hati saya daritadi khawatir, takut gak bisa mandang kamu lagi."

"Mas Winwin kenapa sih!"

Neva gak peduli, dia nutupin mukanya karena malu. Udah semerah tomat karena kulit Neva lumayan putih, tapi gak seputih tembok, masih ada buluknya kok.

Neva bisa mendengar Winwin tertawa. Ini pertama kalinya Neva mendengar Winwin tertawa, bahkan Neva gak bisa lihat bagaimana ekspresi Winwin karena dirinya terlalu malu dan menutup seluruh wajahnya dengan selimut.

***

Pada akhirnya Neva dan Winwin tidak bisa berlama-lama ria di rumah sakit. Mereka langsung pulang setelah infus Neva habis. Selain itu, Mbak Aletta katanya mau jenguk, cuma Winwin gak bolehin, bukannya menolak tamu atau rejeki. Tapi Mbak Aletta pasti punya banyak kesibukan, bisa juga jenguk besok.

Kebetulan pas masuk kedalam rumah, ada Andi dan Cesar yang baru pulang ngaji. Mereka terkejut melihat di kepala Neva ada perban. Andi yang lihat itu, langsung tancap gas mendekat ke arah Winwin dan Neva.

"Assalamu'alaikum, Mbak Neva! Mbak Neva kok kepalanya di perban!?" Tanya Andi panik, udah lari, ngos-ngosan lagi untuk bisa cepat menormalkan nafas.

Dibelakangnya ada Cesar yang terengah, kemudian menepuk pelan bahu Andi. Dengan wajah kesal dia berkata, "Ndi! Kamu habis minum extrajoss gandos ya? Larinya kenceng amat, kaya dikejer setan."

Winwin menggeleng pelan, "Waalaikumsalam, kalian berdua bukannya langsung pulang, malah gangguin istri orang. Pulang gih, nanti dicari."

Andi menatap kesal ke arah Winwin, kemudian mencebikkan bibirnya, "Siapa yang gangguin, orang kita nanya, Itu kepala Mbak Neva kenapa bisa diperban? Kalau godain mah beda lagi," Ucap Andi yang menatap Neva, lalu melayangkan kedipan sebelah mata untuknya.

Neva hanya tertawa pelan, dan balas menggoda Andi. Cesar yang lihat seketika Syok ditempat, Winwin yang ikut mengamati, segera mengajak Neva masuk ke dalam rumah.

"Udah sana pulang, nanti Bapak sama Ibu kalian nyariin. Istri saya habis kecelakaan, makanya kepala dia diperban."

"Innalillahi WA inna ilaihi Rojiun! Mbak Neva, mbak Neva gak apa-apa kan? Siapa yang berani nabrak Mbak Neva?! Huh cari mati dia, gak tau aja Andi anaknya Pak Kades bisa slepet!"

Pletak!

Andi meringis ketika Winwin melayangkan sentilan di dahinya. Remaja lelaki itu melipat tangan di dada, kemudian menggembungkan pipinya.

"Ini namanya kekerasan terhadap anak di bawah umur!"

"Apaan, kamu kan lagi bentar punya KTP ndi," Celetuk Cesar.

Andi segera berbalik dan menatap tajam ke arah Andi. Neva tertawa, dan Winwin segera menarik tangan Neva untuk masuk. Pas mau masuk rumah, ketika Winwin berbalik, dia lihat Andi dan Cesar mengikutinya.

"Kalian mau ngapain?"

"Mau bertamu lah, mau ngejengukin Mbak Neva sekalian. Kenapa emangnya Mas? Marah ya kalau Andi sama Cesar bertamu, padahal niat kami baik Lho."

Neva yang udah lihat guratan kesal di wajah suaminya, kemudian menggeleng pelan.

"Besok aja ya, kepala Mbak lagi sakit nih. Kalian besok kalau bertamu jangan lupa bawa oleh-oleh, minimal buah apel sekilo."

Karena Neva yang sudah berbicara, mereka tidak bisa berkata apapun selain menerima kenyataan, kalau mereka gak bisa berlama-lama disini sekarang.

Setelah kedua bocah itu pulang, giliran Winwin yang menghela nafas dan mengajak Neva untuk segera istirahat.

"Bocah genit banget ke istri orang," Dumel Winwin.

Neva tertawa, entahlah daritadi perasaannya diliputi dengan kebahagiaan tak terkira. Neva jadi senang dengan hari ini. Walaupun sempat kecelakaan tadi.

"Mereka juga gak serius kok mas, jangan cepet cemburu," Sahut Neva.

"Mas gak cemburu."

"Dih ngelak, kelihatan padahal. Tumbenan cemburu, takut istrinya diambil orang ya?"

Winwin mengangguk cepat, tatapan nya bahkan jujur. Hal itu membuat jantung Neva berdebar dua kali lipat dari detak normal.

Innocent Husband [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang