28. Winwin Insecure

4.5K 546 22
                                    

Hey! Do you miss me?

Wkwkwk WARNING YA PART BAHAYA💚

SYARAT BACA!

FOLLOW AKUN WP INI
FOLLOW IG : im_yourput

Semoga setelah membaca ini kalian mimpi indah😘

***

Neva sedang duduk di depan televisi yang baru dibeli tadi pagi. Faisal dan Reza membantunya membawa televisi berukuran sedang itu masuk kedalam rumah. Mereka sekarang sudah pulang, gak mungkin juga Neva menahan mereka lama-lama. Nanti Mbak Mina curiga dan bertanya yang aneh-aneh.

Mengenai pekerjaan Neva, wanita itu harus segera menyelesaikan tugasnya dan melaporkan terkait bukti dari pelaku bandar narkoba. Hanya saja, Neva belum sempat keluar dari rumah. Namun dia terus memantau pergerakan dari si bandar yang berada di daerah ini.

"Assalamualaikum."

Kalau gak inget lagi melipat baju, mungkin saja Neva sudah melempar benda yang ada di sekitarnya. Dia terkejut karena suaminya cepat sekali pulang dari bekerja.

"Waalaikumussalam, Eh mas, kok cepet banget pulangnya?" Tanya Neva yang langsung berdiri dan mencium punggung tangan suaminya itu.

"Iya, besok kan tanggal merah. Kantor cepet pulang buat nyiapin hari raya untuk yang merayakan."

Winwin melepaskan jaketnya, tatapan lelaki itu mengarah pada sebuah televisi berukuran sedang. Televisi dengan keluaran terbaru, mengapa tiba-tiba ada di rumahnya.

"Nev, setau saya, saya gak punya televisi. Darimana kamu dapat televisi ini?"

Neva menggerutu dalam hati, kenapa dia sampai lupa menyiapkan alasan atau alibi tentang televisi ini. Lagipula salahkan Winwin, kenapa lelaki itu cepat sekali pulang.

"Aa, televisi ini tadi ... Aku be-beli," cicitnya pelan kemudian menunduk, yang Neva inginkan sekarang, otaknya segera bekerja dan memberikannya solusi dari ucapannya sendiri.

Jangan tanya bagaimana ekspresi Winwin. Kaget lah, orang dia aja ngasi uang belanja ke Neva gak pernah lebih dari seratus ribu, kok bisa dipake beli televisi.

Winwin sempat melirik sebuah kardus berukuran lebih besar, yang dia duga sebagai kardus bekas televisi tersebut.

Neva udah ketar-ketir dalam hati. Berharap semoga Winwin gak ngamuk dan ngusir dia dari rumah, entah kenapa Neva berpikir kalau dia itu dibeliin Televisi sama Faisal. Tapi gak mungkin juga, nanti Winwin malah makin marah.

"Kok bisa? Dapat uang darimana?"

Nah kan, beneran ditanyain sama Mas Suami. Tatapan polos dan penuh bingung itu Neva lihat dengan jelas. Dia kira Winwin mungkin aja marah, tapi ternyata malah kelihatan kaya anak hilang.

"Eum ... A-aku takut Mas marah."

Winwin menghela nafas, "Aku gak marah kalau asal-usul uangnya jelas," balas Winwin.

Neva menyengir sebelum akhirnya berkata, "A-aku bantuin Bu RT cuci baju sama ngurus rumah dia. Jadi dapat uang tambahan, aku lihat kita juga butuh Televisi Mas. Supaya aku atau kamu gak bosen kalau bingung mau ngerjain apa."

Winwin spechlees dia sempat terdiam. Entah kenapa dia merasa sedikit buruk, walaupun Neva ini datang entah darimana dan mengaku sebagai istrinya, tapi tetap saja, Winwin gak habis pikir. Kenapa Neva malah harus kerja begini?

"Kamu kerja di rumahnya Bu RT?" Tanya Winwin lagi sekali.

Neva menggigit bawah bibirnya, kemudian menganggukan kepalanya dengan pelan. Sedikit takut kalau Winwin mungkin saja marah.

Dalam hati Neva udah pasrah, semoga gak ketahuan aja kalau Neva ini dapet beli Televisi karena emang Neva mampu buat beli. Andai aja Neva bisa membongkar semuanya kepada Winwin dan mengajak pria itu tinggal bersama di istananya yang megah.

Grep!

Deg!

Neva membulatkan matanya terkejut, jantungnya berdebar, pipinya merona. Apa yang terjadi? Kenapa tiba-tiba Winwin malah memeluk tubuhnya, Kenapa reaksi tubuhnya juga seperti ini.

Satu hal yang pasti, sekarang Neva cukup terkejut untuk yang kedua kalinya ketika Winwin berkata, "Maaf, maaf karena belum bisa memberikan apa yang kamu inginkan."

Neva gugup, dia tidak pernah merasakan reaksi dari perasaan yang seperti ini sebelumnya.

"M-mas?"

Winwin melepaskan pelukannya kemudian menatap Neva. Tatapan itu terlihat sedih, dan penuh penyesalan. Neva jadi bertanya-tanya sebenarnya apa yang sudah dia lakukan, kenapa rasanya seperti telah membohongi anak kecil?

"Seharusnya waktu itu kamu ngaku aja kalau kamu istri dari direktur rumah sakit, atau pengusaha kaya. Jangan ke saya, orang susah begini."

"Mas!"

Bukan maksud buat membentak, tapi Neva gak suka kalau Winwin mengatakan hal itu.

"Ini kenyataannya, saya tau saya bukan orang berada. Maaf karena membuat kamu berada di dalam kesusahan ketika bersama sa---"

Neva menarik tengkuk Winwin kemudian menyatukan bibirnya dengan bibir pria itu. Winwin berdiri dengan kaku. Emang gak bisa berkutik kalau Neva udah ngeluarin jurus andalannya.

***

"Kenapa si Setyo gak mau ngalah aja. Nyerahin diri sendiri, seenggaknya dia gak akan dikejar hutang melulu dan menjual narkoba sialan itu!" Keluh Gadis berambut yang dicat pink pudar tersebut.

"Bia ngomel mulu, mending kamu deketin aja si Satyo terus kamu jebak buat masuk penjara," celetuk Reza, membalas ucapan Bia yang daritadi tidak berhenti mengoceh.

Mereka berlima sedang sibuk mengurus kasus bandar Narkoba yang enam bulan terakhir ini sangat susah didapatkan.

"Gak bisa di undur-undur terus. Pak Kepala minta bukti secepatnya, kalau gak dikasi dalam waktu dekat, Tim kita bisa dimakzulkan," ucap Faisal menakut-nakuti mereka.

Reza berdecak, "Alasan dan ancaman yang klise, buktinya kita masih tetap bertahan."

Jevan datang dari ruangan rahasianya   kemudian membawakan mereka sampel. Kemarin Faisal nonjok mukanya Setyo dan berhasil dapat giginya Setyo karena rontok di tonjok Faisal. Jevan membawakan hasil DNA Setyo kepada mereka.

"Aku heran, kenapa DNA kaya gini selalu dibutuhin? Padahal kita lagi ngusut kasus narkoba, bukan anak hilang atau tertukar."

Bia mendengus, "Udah deh Rez, gak usah nambah beban pikiran."

"DNA dibutuhkan, untuk penguatan bukti. Kita cuma serahin pada pihak yang berwenang, karena memang tugas kita mengumpulkan bukti," celetuk Neva yang sedaritadi diam memperhatikan strategi anak buahnya.

Faisal refleks menoleh, dilihatnya Neva yang berubah serius. Padahal pas dia jemput tadi gak berhenti senyum-senyum.

"Nah, Mbak Neva emang terhebat! Jadi dalam waktu tiga hari mungkin aja kita bisa menemukan bukti tempat dimana Setyo melakukan transaksi sabu secepatnya!"

Setelah selesai mengurus urusan kerjaan. Mereka berkumpul untuk makan siang bersama, Neva juga ikut duduk.

"Mbak Neva, aku penasaran deh. Kok bisa Mbak Neva kepincut sama suami Mbak Neva yang sekarang? Padahal aku dulu ship Kak Neva sama Kak Faisal lho!" Tanya Bia antusias.

Reza berdehem, kemudian melirik Jevan dan memberi kode untuk menarik Bia keluar dari pembahasan masa lalu.

"Bia, kamu bisa gak ambilin paket diluar?"

Bia merenggut kesal, namun tetap berdiri untuk melakukan apa yang Jevan suruh. Bia gak tau, kalau ucapannya tadi membuat Neva jadi gak enak hati, apalagi ketika Faisal menatap dirinya dengan tatapan sendu.

Neva tentu sudah ingat, kalau dia sama Faisal itu pernah hampir pacaran.

***

Panik gak?

Panik gak?

Panik gak?

Paniklah masa enggak!

Innocent Husband [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang