7. Mas, jangan jauh-jauh

6K 808 13
                                    

Akutuh kangen mas Winwin.
Kalian kangen juga gak?

Yuk Komentarnya di gaskan bun💚

***

Neva bener-bener dalam keadaan mood yang bagus. Pulangnya emang capek, karena kaki rasanya pegel dan kesemutan. Tapi dia gak berhenti senyum pas kulkas yang dia tunggu-tunggu akhirnya di anterin.

Winwin gak bisa lihat kulkas itu dateng, karena setelah zuhur tadi, dia langsung pamit buat kerja. Neva awalnya gak setuju, karena dia pengen ngajak Winwin buat unboxing paketnya barengan.

Berhubung Winwin orangnya pekerja keras dan baik hati. Neva gak tega menghalangi, dia membiarkan Winwin pergi bekerja, meninggalkan Neva yang akan membuka paket itu sendiri.

Neva malah kerepotan pas mas-masnya letakin kulkas yang masih terbungkus kardus itu, di teras rumah. Lah, nanti bagaimana cara Neva masukin ke dalem?

Mana mas-masnya udah main pergi aja. Neva berdecak sebal, nanti kalau dia masuk, kulkasnya hilang kan berabe. Gak tau aja Neva benar-benar berharap dapet kulkas.

Mbak Mina yang baru pulang beli sayur, gak sengaja lewat di depan rumah Winwin. Dia menyapa Neva yang terlihat murung dan duduk di tangga teras.

Mbak Mina yang kepo akhirnya mendekat, siapa tau aja Neva butuh bantuan. Neva mendengus ketika dia harus memikirkan topik yang cocok untuk mengobrol, karena kedatangan Mbak Mina.

"Nev, kamu ngapain duduk dengan murung, kaya anak tiri yang gak dikasi makan." Neva mendengus.

"Ini mbak, aku kesel sama mas-mas gak bertanggung jawab yang nganterin paket. Masa paketnya diletakkan disini. Gimana caranya aky mau angkut kedalem, jadi bingung mau masuk apa nggak? Nanti kalau aku masuk terus kulkasnya hilang, kan berabe." Mbak Mina mengangguk kecil membenarkan.

"Tunggu mbak masukin belanjaan dulu, supaya gak digondol kucing." Neva mengangguk.

Dia kembali duduk kemudian termenung karena menanti Mbak Mina yang lama sekali. Neva jadi penasaran kayanya Mbak Mina mandi dulu baru kesini.

Baru aja di pikirin, orangnya udah nongol aja dengan senyum khas. "Maaf ya lama, suami minta jatah dulu bentar." Neva yang emang udah paham maksudnya menggeleng kecil.

"Kenapa gak sekalian suaminya aja diajak mbak, biar kuat ini ngangkatnya," tukas Neva.

Mbak Mina tampak berpikir, "Gak usah, nanti dia jelalatan. Apalagi kamu cantik, emang mau jadi istri kedua dia." Neva segera menggeleng dengan tatapan bergidik ngeri.

"Mbak ya ada-ada aja, suami sendiri juga. Nanti kalau didenger sama Allah gimana?" Mbak Mina hanya tertawa kecil menanggapinya.

"Kamu buka aja dulu kardusnya, biar enak." Neva mengangguk.

Kemudian mengambil gunting dari dalam dan menggunting tali-tali rafia yang memang digunakan untuk mengikat kardus tersebut. Setelah terbuka baru deh, Neva dengan ganas merobek kardus tersebut.

"Wah, bagus ya kulkasnya, dua pintu atas bawah. Mbak juga punya sih, tapi gak dua pintu begini." Neva tersenyum puas.

"Bagus sih kulkasnya, agak mahal juga kelihatannya."

Neva terkejut saat melihat Mbak Mina mendorong kulkasnya masuk dengan santai. "Astagfirullahaladzhim! Mbak kok di dorong sih?" Protes Neva.

Mbak Mina terdiam, kemudian menunduk untuk memberitahu Neva kalau ada alat yang buat dorong gitu. Kaya biar gak susah diangkat, tinggal di dorong aja.

Dari situ Neva merasa dirinya benar-benar bodoh. Kalau dia tau si kulkas tinggal di dorong doang, dia gak perlu nungguin Mbak Mina nununina sama suaminya dulu.

Mana nunggunya lama lagi! Astaga, Neva ketularan bego kayanya.

***

Banyak yang suka sama hasil pekerjaan Winwin. Gak heran dia banyak dapet job gitu daritadi. Entah itu nganterin tempe, entah itu jadi tukang kebun, sampe jadi tukang pel di sebuah kantor.

Banyak dari mereka yang mengatakan Winwin itu multifungsi. Udah kerjanya bener, dia bisa apa aja, walaupun Winwin keliatan emang lemot tapi percayalah, itu otaknya lagi proses untuk mencerna setiap pekerjaan yang disuruh atau diberikan.

Gak sadar aja Winwin pulang hampir maghrib, itupun di stop dulu sama Pak Royan, karena ngobrol sebentar mengenai gajinya.

"Saya lihat kerjaan kamu bagus win, besok-besok kesini aja lagi." Winwin tersenyum.

"Ya gitu pak, namanya juga kerja, jadi harus memberikan yang terbaik untuk pekerjaannya." Pak Royan tersenyum lebar.

"Kamu memang orang yang tekun dan disiplin, saya salut sama kamu."

Pak Royan memberikan amplop putih kepada Winwin. Pria itu menerimanya dengan senang hati, lumayan buat kasi makan Neva di rumah.

"Oh iya dengar-dengar, kamu sudah menikah. Betul ya win?" Tanya Pak Royan memastikan.

Winwin mengangguk canggung, dia benet-bener gak tau kalau berita mengenai pernikahannya tersebar luas. Memangnya Winwin siapa? Sampai pernikahannnya menjadi topik pembicaraan.

Winwin gak tau kalau banyak perawan yang putus harapan mendengar kabar Winwin sudah jadi suami orang.

"Ya sudah, salam sama istrimu."

Winwin mengangguk, walau dia tidak mengerti kenapa Pak Royan minta disalamin ke istrinya.

Istri?

Winwin boleh ralat gak sih? Kalau Neva itu istri tapi bukan istri. Winwin juga bingung bagaimana mengatakannya.

Winwin pulang ke rumah saat maghrib. Dia lihat Neva sudah duduk diruang tamu menantinya, tidak ada senyuman hanya sebuah tatapan datar.

"Darimana aja?"

"Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam." Neva berdecak setelah menjawab salam suaminya.

Padahal Neva lagi bete parah karena Winwin perginya lama. Dia khawatir Winwin kenapa-napa dijalan. Apalagi Winwin orangnya terlalu baik.

"Kerja." Jawab Winwin enteng, hendak masuk namun Neva menahan.

"Mas ih! Belum selesai di interogasi juga." Neva menghentakkan kakinya kesal.

Winwin berbalik, "Saya emang habis kerja," ucap Winwin jujur.

"Jadi untuk apa kamu interogasi lagi?"

Neva terdiam, "Mas kenapa ngeselin banget sih? Aku kan cuma khawatir mas. Dari siang pergi terus gak balik-balik sampe maghrib. Aku takut Mas kenapa-napa." Neva mengatakannya dengan sungguh-sungguh.

Hal itu membuat Winwin terdiam cukup lama. Boleh Winwin tarik ucapan Winwin yang tadi? Kalau sekarang Neva memang sudah seperti istri yang menghkawatirkan suaminya.

"Mas." Panggil Neva dengan raut wajah kesal.

"Salat dulu, nanti lanjut lagi."

Winwin benar-benar ... Neva tidak habis pikir. Kenapa dia bisa menikah dengan pria seperti Winwin. Kalau Neva kesel, beda lagi sama Winwin yang sekarang bingung sama perasaannya sendiri.

Kamarnya itu berhadapan sama dapur, jadi kalau mau masuk ke kamar dia pasti lewat dapur. Diliriknya kulkas yang dia dapatkan dari jalan santai tadi.

"Siapa yang masukin?" Tanya Winwin.

Menghentikan langkah Neva yang mengikutinya dari belakang. Mau salat bareng soalnya.

"Aku."

"Sama Mbak Mina sih." Tambah Neva.

Winwin mengangguk setelah itu masuk untuk menunaikan kewajiban mereka sebagai umat muslim.

"Mas, aku udah masak," tukas Neva yang melihat Winwin siap dengan jaketnya.

"Oh iya?"

Neva mengangguk, "Gak usah pergi, sini aja."

Setelah makan malam dan mereka hendak tidur. Winwin sengaja memberikan jarak diantara mereka, walau mereka tidur seranjang.

Neva tidak terima, kemudian mendekat dan memeluk Winwin layaknya guling, "Diem mas, jangan jauh-jauh."

Winwin merinding.

Innocent Husband [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang