44| TERKUAKNYA KASUS

2.2K 229 573
                                    

Happy reading guys awali hari dengan bahagia ❣️

500 komen untuk chapter ini aku bakalan next cepet, pengen tau seberapa penasaran kalian sama cerita ini❣️

====

Damara menghempaskan tubuhnya ke atas kasur. Piyama kotak-kotak yang sekarang terpasang di tubuhnya juga rambut yang masih terlihat basah, sangat menunjukkan kalau dirinya baru saja selesai mandi. Kemudian, gadis itu mengambil ponselnya yang berada di atas nakas tanpa mempedulikan bantalnya yang mulai basah karena rambutnya belum mengering sepenuhnya.

Ia mengecek aplikasi berwarna hijau tersebut, tadi sebelum mandi Damara sempat mengirimkan pesan kepada Rafa. Tapi, hingga detik ini Rafa sama sekali belum menjawabnya. Jika ditanya sakit atau tidak, tentu jawabannya sakit. Lebih tepatnya kecewa.

Damara menghela napas panjang, ia membanting ponselnya keatas kasur lalu memejamkan matanya, tidak lama dari itu bunyi notifikasi dari ponselnya membuat mata Damara terbuka sepenuhnya, dengan cepat ia membuka ponselnya tapi Damara harus menelan rasa kecewa. Ternyata pesan tersebut hanya dari grup kelasnya.

Damara lagi-lagi menghela napasnya. "Mungkin Rafa sibuk Raa," ucap Damara menyakinkan dirinya sendiri.

TOK TOK TOK!

"Raa, makan malam dulu yuk!" Ajak Rossa—Bundanya yang berada di depan pintu Damara.

"Iya Bun, nanti Ara turun kebawah!" Balas Damara berteriak. Damara bangun dari kasur dengan ogah-ogahan.

Memakai sendal rumahannya lalu bergegas turun kebawah, sesampainya di meja makan Damara hanya melihat Rossa seorang diri tengah duduk sambil melamun.

Dengan pelan Damara pengusap pundak Rossa. "Bun, kok ngelamun?" Tanya Damara.

"E—eh, enggak kok Bunda cuma lagi mikirin masa depan kamu," ucap Rossa memasang senyumannya, ah senyuman Rossa memang penyemangat untuk Damara.

"Masa depan Ara?"

"Iya, kamu udah punya rencana lulus mau lanjut kemana?" Tanya Rossa sambil mengambilkan nasi dan lauk pauk untuk Damara.

Damara diam sejenak. "Damara pengen ambil jurusan FK, tapi masih pikir-pikir dulu. Kata Bunda Ara harus gimana?"

Rossa memberikan piring yang tadi di isi oleh lauk pauk kepada Damara. "Bunda gak bakal maksa kamu untuk ikut apa yang Bunda mau, tentuin pilihan yang kamu mau Raa. Bunda cuma bisa bantu doa selebihnya kamu yang menjalankan, apapun pilihan kamu Bunda pasti dukung asal kamu nyaman aja sama yang kamu pilih."

Damara memejamkan matanya kala tangan Rossa hinggap di pucuk kepalanya, lalu ia membuka matanya. "Bun, Ayah kemana? Akhir-akhir ini Ayah jarang ikut makan malam sama kita."

Rossa terdiam sebentar, kemudian Rossa memasang senyum tipisnya. "Ayah kamu lagi sibuk Raa, gak apa-apa kan kita makan berdua dulu?"

Damara menganggukkan kepalanya. "Gak apa-apa dong Bun, yang penting Damara gak mau makan di meja makan sendirian. Bunda gak bakal pergi tinggalin Ara sendiri kan?" Tanya Damara tiba-tiba.

"Gimana bisa Bunda tinggalin putri kecil Bunda sendiri, Bunda akan terus di samping Araa," ucap Rossa dengan senyum manis yang tidak hilang dari wajahnya.

Damara mengangkat jari kelingkingnya. "Janji yaa Bundaa?" Rossa langsung mencantelkan jari kelingkingnya. "Janji."

Damara langsung tersenyum, Rossa yang melihat itu gemas sendiri ia menjawil hidung Damara. "Makannya di habiskan ya Raa."

"Siap ibu negara!" Damara memperagakan gaya hormatnya, kemudian mulai melahap makanannya.

"Oh iya Bunda, Ara boleh tanya sesuatu gak?" Tanya Damara setelah menelan nasinya.

RAFAEL (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang