56| SAYAP PELINDUNGMU

2.5K 250 209
                                    

Selamat membaca readers tersayang ❣️

Just enjoy it, okey?

Tipo komen aja yakk, belum revisi ulang

__________________

"Ternyata lo bego banget ya Ra?" Ucap Rebecca yang tiba-tiba muncul di sampingnya.

"Lo pikir gue bakalan diem aja liat Lo romantisan sama tunangan gue? Pake acara rangkul-rangkulan! Asal lo tau gue cemburu!!" Rebecca terus mendesak Damara  kebelakang, hingga Damara berhenti tepat tepi jurang.

"Becc lo jangan gila!"

"GUE EMANG GILA!" Rebecca terus maju membuat Damara mundur kebelakang, kaki Damara sudah tidak menapak tanah lagi, Damara memejamkan matanya menunggu rasa sakit itu tiba, tapi Rebecca dengan cepat menarik tangan Damara.

"Tarik gue Becc," mohon Damara dengan lirih.

"Gak segampang itu!"

BRUK!

====

"Say good bye, Damara!"

Tubuh Damara terguling-guling ke bawah dengan sangat keras, Damara memejamkan matanya saat di rasa ranting pohon terus menusuki tubuhnya, Damara memandang Rebecca yang tengah tersenyum kemenangan, Damara memejamkan matanya kala kepalanya terkena batu dengan cukup keras.

"Akh, sakit." Damara meringis ia memegang dahinya yang sudah berlumuran darah.

Jaket yang ia kenakan robek di bagian lengannya, mungkin akibat gesekan dari ranting pohon yang membuat tangan Damara juga ikut berdarah, tidak hanya tangan kaki Damara pun sulit di gerakan, Damara tidak punya tenaga untuk duduk, ia hanya bisa berbaring sambil menangis ingin teriak pun merasa percuma, tidak mungkin ada orang lain yang mendengar suaranya.

Damara menangis dalam diam, ia memandangi langit yang penuh bintang, Damara tau, Bundanya tidak akan membiarkan Damara seorang diri.

Damara memejamkan matanya kembali, kepalanya pusing, pandangan matanya berkunang-kunang, Damara terus memegang keningnya yang terus mengeluarkan darah, ia merasa tidak kuat.

Entah mengapa Damara tiba-tiba menyerukan nama seseorang yang terlintas di pikirannya.

"Rafa —tolongin gue."

Lalu Damara memejamkan matanya.

====

Rafa tidak bisa tidur, ia sedari tadi hanya diam menatap langit-langit tenda yang gelap. Ia melirik ke arah tiga sahabatnya yang sudah duluan menganyam bulu mata, bahkan Radit sudah sampai tahap ngorok.

Rafa menghela napas entah mengapa sedari tadi perasaan Rafa merasa tidak enak, atau mungkin karena perkataan terakhir Rafa yang tidak di jawab oleh Damara, membuat Rafa tidak bisa tidur.

"Gue kenapa sih?" Tanyanya pada diri sendiri.

Rafa melangkah keluar tenda, ia memilih untuk tidak tidur, duduk di depan tenda seorang diri sesekali ia memandangi api unggun yang sudah meninggalkan asapnya.

Matanya menyipit kala melihat seseorang yang berjalan dengan mengendap-endap keluar dari dalam hutan.

"Gue halu apa gimana nih? Mungkin kuntilanak cosplay jadi Rebecca kali ya?" 

RAFAEL (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang