61| BELUM SIAP KEHILANGAN

3.1K 274 168
                                    

Ketemu lagi di malam minggu, sebelum membaca ada baiknya vote duluu😀

Sudah?

Selamat membaca 💖

____________

Pintu ruangan operasi masih tertutup, lampu indikator ruangan operasi pun masih menyala tanda operasi sedang berjalan. Damara meremas tangannya ketakutan, dengan baju yang masih penuh dengan darah dan luka di pelipis yang belum di obati, Damara tetap diam dengan pandangan kosong.

Liam dan Bimo di jebloskan ke dalam penjara dengan kasus penculikan, kekerasan dan pembunuhan. Mereka di penjara seumur hidup sedangkan Loli ... Dia di bawa ke rumah sakit jiwa, karena ternyata Loli mengalami gangguan kejiwaan pasca adiknya meninggal, ia harus buru-buru di beri penanganan khusus di rumah sakit jiwa.

Geng WARLOCKS, mereka sedang di landa kesedihan. Radit yang biasanya selalu menghibur dengan tingkah konyolnya sekarang hanya bisa bersandar di dinding dengan mata berkaca-kaca, di samping Radit ada Ferro yang sudah duduk di lantai dengan pandangan kosong, dan Saga ia duduk di ruang tunggu dengan gelisah sesekali memperhatikan pintu ruangan operasi yang sudah tujuh jam belum terbuka.

Orang tua Rafa sudah di beri kabar, katanya mereka sedang berada di perjalanan menuju rumah sakit.

Zara dan Ucup berlarian ke arahnya, Damara melihat jelas kekhawatiran tercetak di wajah Zara. Tubuh Damara di dekap oleh Zara dengan erat.

"Sumpah Raa, bisa gak sih jangan bikin gue khawatir teruss!! Mau mati rasanya pas dengan lo ilang Raa. Lo baik-baik aja kan? Luka-nya gak di obatin dulu?" Tanya Zara berturut-turut. Damara menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

Mata Damara fokus pada lampu yang berada di atas ruangan operasi. Lampu tersebut masih berwarna merah tanda operasi masih terus berjalan. Zara mengikuti arah pandangan Damara, lalu ia melirik ke arah Ucup yang sedari tadi diam.

"Raa, kita semua tahu Rafa itu kuat. Banyak alasan Rafa untuk bertahan salah satunya lo, Ra." Ujar Ucup menenangkan Damara.

"Bener kata Ucup Raa, lo jangan sedih ya karena kita semua yakin Rafa pasti selamat." Zara mengusap punggung Damara memberikan ketenangan untuknya.

Damara tersenyum singkat. "Makasih."

Zara dan Ucup saling pandang lalu mereka berdua menghela napas panjang.

Dari kejauhan terlihat orang tua Rafa yang berlarian dengan muka yang tak kalah panik. Berlian langsung mendekap Damara dengan erat.

"Kamu gak apa-apa kan sayang? Luka kamu kenapa gak di obatin dulu? Bilang ke Tante apa yang sakit Ra?" Berlian langsung memberi Damara dengan banyak pertanyaan, Damara tidak menjawab justru ia malah menangis di pelukan Berlian.

"Maafin Aku Tante," cicit Damara.

Berlian masih mengusap punggung Damara mencoba menenangkan. "Kamu gak salah, jangan pernah salahin diri kamu sendiri yaa, Raa."

"Tapi Rafa begini gara-gara selamatin Aku."

Berlian melepaskan pelukannya pada Damara, lalu menyampirkan rambut Damara kebelakang telinga.

"Everything will be fine, my son is strong." Kata Berlian dengan bibir yang melengkung ke atas.

"Tante ...," Panggil Damara pelan.

"Iya sayang kenapa??"

"Aku takut kehilangan Rafa."

Berlian tersenyum, lantas ia kembali memeluk Damara erat. "Tante juga sama, tapi Tante yakin Rafa pasti baik-baik saja."

RAFAEL (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang