23| COKLAT BIRU DARI RAFA

2.9K 242 528
                                    

Damara memasuki mobil Rafa dengan keadaan basah kuyup, di sampingnya sudah terdapat Rafa dengan keadaan shirtless, Damara menundukkan kepalanya saat tak sengaja menatap perut Rafa yang kotak-kotak, memainkan kuku jarinya sebagai pertanda ia gugup, tiba-tiba Rafa meletakan jaket yang masih kering di atas pangkuan Damara.

Damara menatap jaket dan Rafa secara bergantian. Rafa yang mengerti arti tatapan Damara pun langsung angkat bicara.

"Pake jaketnya, daleman lo keliatan." Ucap Rafa datar membuat muka Damara terlihat memerah karena menahan malu, Damara menundukkan kepalanya untuk melihat, dan benar-tercetak dengan jelas.

Damara buru-buru memakai jaket yang di berikan Rafa dengan cepat. "Lo nggak liat apa-apa kan?"

"Liat, warna merah."

Sialan.

Damara merutuki dirinya menggunakan dalaman dengan warna mencolok saat menggunakan baju putihnya.

"Pake seatbelt-nya Raa."

Damara dengan cepat memakai seatbelt-nya mengalihkan pandangannya ke arah kaca mobil, berusaha menghindari bertatapan dengan Rafa. Damara benar-benar sangat malu.

Mobil yang mereka tumpangi sudah sampai di perkarangan luas rumah Rafa, Damara di buat gelagapan saat Rafa membukakan pintu mobilnya untuk Damara, tidak mau berlama-lama Damara segera turun dari mobil Rafa. Membuntuti Rafa bak ekor kuda. Rafa berhenti berjalan, Damara yang tidak siap pun menabrak punggung kokoh Rafa yang sandar-able.

"Aduh." Damara meringis sambil mengusap keningnya.

Rafa dengan refleks ikut mengusap kening Damara, setelah itu langsung menoyor pelan kepala Damara, "Siapa suruh jalan di belakang gue!"

"Ii ... Ituu emm apaa ..."

"Gugup?" Tanya Rafa sambil mengangkat satu alisnya.

Seseorang bisa tolong Damara?

Damara masih senantiasa menundukkan kepalanya bingung untuk menjawab pertanyaan Rafa, dengan sedikit berbekal keberanian, Damara pun menganggukkan kepalanya samar.

Yang terdengar justru kekehan berat dari pria yang sedang berdiri di depannya ini, Damara refleks mendongakkan kepalanya.

"Ngapain ketawa?!!" Tanya Damara dengan suara yang ia buat seketus mungkin.

"Enggak, cuma mikirin hal yang bikin gue seneng aja."

Damara dan Rafa saling diam, setelah suara seorang wanita tiba-tiba memecahkan keheningan, suara merdu yang datang dari depan pintu pemilik rumah ini.

"Ara..." Panggil Berlian sambil berjalan dengan anggunnya menghampiri Damara.

"Kamu di apain sama Rafa sampai basah kuyup gini?" Tanya Berlian sambil melirik sebentar ke arah Rafa.

Damara melihat Rafa membuang mukanya, wajahnya berubah menjadi datar, dan matanya menatap dengan benci. Damara mengerjapkan matanya melihat Berlian masih berdiri menatap Damara dengan raut khawatir.

"Ara nggak di apa-apain sama Rafa kok Tante, kita cuma habis hujan-hujanan di sekolah," Jelas Damara sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Tante Berlian menatap Rafa, pandangannya seolah berharap anak satu-satunya ini bisa melihatnya tanpa ada rasa benci, tapi pandangannya itu berubah menjadi sedih, saat melihat Rafa melangkah masuk ke dalam rumah tanpa perlu susah-susah mengajak Damara terlebih dahulu.

"Sabar ya Tante, Rafa pasti berubah kok."

"Kesalahan Tante sama Rafa terlalu banyak, Ara. Tante nggak yakin Rafa bisa maafin Tante."

RAFAEL (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang