51| CINTA SELESAI

2.8K 231 167
                                    

RAMAIKAN PART INI, OKEY?🍭🌈

"Jika kesabaran tak cukup menyadarkan, mungkin kehilangan yang akan menyadarkan."

_______________

Acara pemakaman Rossa sudah selesai sejak satu jam yang lalu, rumah Damara masih terlihat ramai banyak guru-guru dan temen sekolahnya yang berdatangan. Dan Damara baru saja menyadari bahwa semua anggota geng WARLOCKS sedang berkumpul di rumahnya, bukan hanya itu saja, Jovan dkk serta Artha dkk turut hadir di rumah Damara.

Tapi dari penglihatannya, Damara sama sekali tidak melihat Rafa di antara mereka semua.

Damara menghela napas panjang, kemudian ia memilih masuk ke dalam kamarnya. Ia tersenyum tipis saat melihat bingkai foto yang berisi foto dirinya, Bunda dan Ayah yang sedang merayakan malam tahun baru di teras rumahnya dengan membakar jagung.

Tanpa Damara sadari air mata mulai jatuh dengan sendirinya, banyak kenangan yang ia lewati di kamarnya dengan Bunda.

Ia mengambil bingkai tersebut dengan tangan yang bergetar. "Bundaa," gumam Damara pelan, ia mengusap wajah Bunda yang terlihat bahagia di foto tersebut.

Lalu pandangan Damara tidak sengaja menatap kotak yang sangat asing di matanya, kotak tersebut bukan milik Damara. Ia mengambil kotak tersebut membukanya ternyata isinya adalah sebuah kertas berwarna putih.

Kertas tersebut di lipat sangat kecil membuat Damara penasaran. Ia membaca tulisan tersebut, tulisan tangan yang Damara hapal betul pemiliknya siapa. Bunda.

Damara mengusap air mata yang jatuh di kedua pipinya, tulisan tersebut seakan tulisan yang di tulis Bunda untuk perpisahan mereka.

"Jaga diri baik-baik ya cantik, janji sama Bunda harus sukses walaupun Bunda gak bisa di samping kamu, maaf Bunda gak bisa nepatin janji Bunda."

"Sakit hati Ara baca ini Bundaa," ucap Damara di sela-sela tangisannya, ia meremas kertas kecil itu. Di tatapnya foto Bunda yang berada di bingkainya. Di situ Bunda tampak bahagia dengan senyuman yang menghiasi bibirnya, ah— Damara tidak bisa mendeskripsikannya, Bundanya adalah Bunda yang paling tercantik.

Tok tok tok

"Ara kamu baik-baik aja?" Suara ketukan pintu membuat Damara menahan tangisnya.

Damara menarik napasnya dalam-dalam, menetralkan agar suaranya tidak bergetar. "A-Ara baik-baik aja, Yah." Ah— sial suara Damara masih saja tetap bergetar.

"Buka dulu pintunya Ayah mau ngomong sama kamu." Damara menatap pintunya dengan ragu, kemudian tidak lama ia membukakan pintu untuk Ayahnya masuk.

"Kamu gak cape nangis terus Raa? Mata kamu udah kaya di sengat lebah gitu." Damara tidak menanggapi godaan Ayah, justru ia malah beranjak ke kasurnya.

Fahmi menghela napas berat, ia menatap putri satu-satunya dengan tatapan sedih, kemudian tidak lama Fahmi mendengar suara tangis yang berasal dari anak gadisnya.

"Ara gak bisa Yah, A-Ara gak bisa ta-tanpa Bunda," isak tangis yang keluar dari bibir Damara dengan pilu.

"Ara Bunda pasti sedih liat kamu nangis terus," ucap Fahmi mengelus surai hitam milik Damara.

RAFAEL (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang