53| RELEASE THE MEMORIES

2.4K 240 285
                                    

Siapkan hati kalian untuk baca part ini, inget yaa ini bukan salah Rafa, ini bukan salah Jovan, ini bukan salah Damara.

Salahin aja author hiksskrott!😤😭

Awalnya ku tak bermaksud apapun
Saat ku kenal dirimu
Kita hanya saling bercerita tentang
Ku dengannya kau dengan dia

Mengapa Tuhan pertemukan
Kita yang tak mungkin menyaatu
Aku yang t'lah terikat janji
Engkau pun begitu

Playlist : ku dengannya kau dengan dia - Afgan.

•setel playlistnya tunggu aku kasih tanda yaa, semoga kalian suka playlist nya🥰•

Menemukan typo? Inline yaks

________________

Rafa memandangi undangan pertunangannya dengan datar, setelah Rafa mengatakan menyetujui perjodohan tersebut Levin langsung menggelar makan malam dengan keluarga Rebecca, tentu saja hal tersebut membuat Rebecca merasa senang.

Sedari tadi Rebecca terus mengekorinya bak anak ayam yang mengikuti induknya, Rafa bisa bebas dari Rebecca saat bel pelajaran di mulai, bukan masuk kelas Rafa justru memilih untuk bolos ke warung Mpok Minah.

"Kasep geus sarapan?" Tanya Mpok Minah sambil menaruh gorengan yang baru saja di angkat dari wajan panas.

Rafa hanya membalas dengan senyum tipis, membuat Mpok Minah menggelengkan kepalanya. "Mpok bikinin nasi goreng ya, ulah ngarokok bae atuh kasepp!"

"Gak usah Mpok, makan gorengan juga kenyang," ucap Rafa. Ia tidak mau merepotkan Mpok Minah.

"Yakin gak mau di bikinin nasi goreng?" Tanya Mpok Minah memastikan. "Gak usah Mpok."

Rafa mencomot salah satu gorengan risol yang masih terasa panas, lalu kembali menatapi undangan pertunangannya, acara itu di gelar pada malam hari ini, berkat paksaan Rebecca. Rafa tidak menolak tidak juga menerima, ia hanya diam saja. Labil? Iya!

Rafa juga tidak mendengar betul obrolan yang terjadi saat makan malam, pikiran Rafa seolah melayang entah kemana. Rafa cuma mengingat bagaimana wajah berseri-seri Levin saat Rafa menerima perjodohan tersebut.

Rafa kembali menyeruput kopinya dengan pelan, di pandanginya ponsel yang terus bergetar, pesan dari Rebecca yang menanyakan keberadaan dirinya dia abaikan, Rafa hanya ingin sendiri.

"Bangsat!" Umpat Rafa yang sudah merasa kesal karena Rebecca terus menelpon dirinya tiada henti.

Baru saja Rafa menempelkan ponselnya pada telinga, suara Rebecca sudah terdengar sangat nyaring di balik teleponnya.

"Rafa kamu dimana sih? Aku dari tadi cariin kamu, tapi kamunya gak ada di kelas, sekarang kamu dimana? Biar aku samperin. Kamu jangan bikin aku khawatir dong!"

Rafa berdecak kesal. "Udah ngomongnya?"

"Ih kok kamu jawab gitu sih! Kamu inget ya aku ini calon tunangan kamu, harusnya kamu bersikap lembut dong sama aku!"

"Gue matiin."

"Rafa jang—"

Tut

RAFAEL (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang