Fino memukul setir mobil ketika lampu merah tiba. Rasanya begitu lama di saat darurat seperti ini. Hatinya tidak tenang mengetahui gadisnya berada di kantor polisi.
Laki-laki itu menancap gas saat lampu sudah hijau menyalip kendaraan seolah menantang maut. Toh ia sudah ahli jika masalah balapan.
"Tunggu aku sayang" gumam Fino semakin menambah kecepatan. Tiba di kantor polisi Fino langsung masuk terburu-buru menengok kesana-kemari mencari gadisnya. Hingga telinganya tak sengaja mendengar suara gadisnya.
Fino mengamati dari belakang sosok gadis di depannya sebelum hatinya yakin kalo itu adalah Freya. Namun sepertinya gadisnya tengah berdebat.
"Kan saya udah bilang semua kartu itu milik pacar saya kenapa bapak gak percaya sih" sentak Freya emosi
"Apa anda bisa membuktikannya?" tanya polisi tersebut
Freya menggaruk-garuk tengkuknya bingung mau membuktikan bagaimana. Berdoa dalam hati kekasihnya segera datang. Walau sebenarnya dia ingin berteriak sekeras-kerasnya kalo kekasihnya keturunan sultan. Enak aja nuduh orang sembarang.
"Saya bisa membuktikannya" ujar Fino tiba-tiba membuat Freya menoleh. Dan tanpa aba-aba gadis itu memeluk erat leher kekasihnya.
Fino melingkarkan tangannya di pinggang gadisnya begitu erat menyalurkan ketenangan. Hatinya mencelos mendengar Freya menangis sesenggukan di lehernya.
Fino merasa gagal mendengar tangisan pilu Freya begitu menyayat hatinya. Dia sudah berjanji pada sang papah untuk terus membahagiakan Freya tapi dalam sekejap janji itu hancur karena tindakan bodohnya.
"Aku nggak mau di penjara" lirih Freya mengeratkan pelukannya
Fino berusaha melepas pelukan gadisnya susah payah lalu menangkup kedua pipi Freya. Ibu jarinya menghapus sisa air mata Freya.
"Don't cry by! I can't stand to see it" balas Fino sendu. Andai papah nya tahu bisa di pastikan Alex akan bertindak menjauhkan Freya darinya.
Freya mengangguk singkat, "Sorry to trouble you"
"It's okay, as long as it's you"
Kasihan polisi yang melihat adegan itu. Dia hanya mampu mengelus dada sembari berdoa dalam hati agar segera dipertemukan dengan jodohnya.
Fino tersenyum menggenggam tangan Freya mendekat ke arah polisi. Tatapannya berubah datar saat berdiri di depan polisi.
"Semua kartu itu milik saya" ujar Fino dingin
Polisi tersebut menegakkan tubuhnya tampak terkejut mengetahui beberapa card ternama di atas mejanya milik Fino. Tak menyangka kalo gadis yang di tuduh mencuri adalah calon menantu Alex Fernando.
"Tapi nona ta-"
"Hanya kesalah-pahaman saja" potong Fino cepat
Polisi tersebut manggut-manggut, "ok cuma salah paham dan ini barang-barang nona"
Freya mengambil cepat tas dan ponselnya. Fino juga mengambil semua card unlimited miliknya menyerahkan benda tersebut pada Freya.
"Daritadi kek giliran kak Axel datang aja langsung selesai" cibir Freya kesal membuat polisi tersebut terkekeh.
"Permisi" pamit Fino dingin menggandeng tangan Freya keluar dari kantor polisi. Laki-laki itu membukakan pintu mobil untuk Freya lalu ikut masuk ke dalam mobil membelah jalanan.
"Em maaf" Fino mengalihkan pandangan ke arah Freya saat gadis itu meminta maaf. Sang ketua menggenggam tangan Freya sembari tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
FINO |Sudah Terbit|
Teen FictionPART TIDAK LENGKAP. Fino Axelian Fernando Cowok dengan wajah tampan bak dewa Yunani memiliki tubuh tegap,rahang tegas,hidung mancung seperti porosotan jangan lupakan mata tajam nya yang membuat siapa saja takut melihatnya. Cowok dingin tak tersentuh...