Berkat kerja kelompok, hubungan antara Risa dan Jiana semakin dekat. Bukan cuma Risa dan Jiana saja. Risa juga menjadi lebih dekat dengan Lamera dan Mila. Berkat kerja kelompok, Risa yang lebih memilih menyendiri menemukan kesenangan saat bersama mereka bertiga. Menurut Risa, mereka bertiga itu unik. Lamera yang bar-bar, Mila yang tukang ngegas, Jiana yang cuek dan paling dewasa. Bersama mereka bertiga membuat Risa bisa menjadi diri sendiri.
Risa pernah cerita ke mereka alasan dirinya selalu menyendiri. Karena dulu sewaktu SMP teman dekat yang ia anggap sahabat berkata jujur kalau dirinya membosankan karena terlalu pendiam, tidak asik. Perkataan teman dekatnya itu membuat Risa kehilangan kepercayaan diri. Memang begini lah dirinya, seorang introvert. Risa tidak bisa memaksa dirinya menjadi ceria dan banyak omong. Oleh karenanya Risa lebih memilih menyendiri semenjak itu. Risa takut akan mendapat penolakan lagi, takut kalau orang lain tidak bisa menerima dirinya apa adanya.
"Terus kenapa kalo lo introvert? Yang salah bukan lo. Yang harus berubah juga bukan lo. Kalo lo nggak bisa menjadi diri lo sendiri saat bareng mereka. Berarti mereka nggak pantes dianggap sahabat. Karena sahabat adalah yang menerima diri lo apa adanya." Begitu yang dikatakan Jiana ketika Risa menceritakan pengalaman SMP-nya.
"Benar banget. Mereka pikir, mereka siapa bisa ngatur lo harus kayak gimana? Harusnya lo bacotin aja mereka. Lo bilang, emang lo ngasih gua makan sampai ngatur hidup gua?" Mila juga menyuarakan pendapatnya dengan tidak santai.
"Mereka aja yang nggak asik. Sebenarnya orang pendiam itu asik kalo sama orang yang tepat. Udah jangan dengerin mereka. Lo itu asik kok, Ris. Lebih asik lagi karena sering traktir es teh manis Mang Uyat." Lamera juga menyemangatinya saat itu.
Bertemu mereka bertiga telah mengubah kehidupan Risa yang menoton menjadi ajaib. Mewarnai kehidupan Risa yang kelabu menjadi lebih cerah.
"Ini cuma kita berdua doang?" Risa yang sedang mengendalikan stir mobil menoleh ke samping, menatap Jiana yang memperhatikan jalan raya.
Jiana menoleh. "Mereka berdua udah gua ajak kemaren pada nggak mau. Gua mau makan sushi. BM. Jadi mau makan sekarang walaupun cuma berdua sama lo." Jiana tersenyum semangat. Kalau Jiana menginginkan sesuatu harus diturutin. Kalau tidak, nanti ia akan terus merengek.
"Iya, tapi siapa tau sekarang mereka lagi nggak sibuk, kan?"
Jiana diam. Memikirkan perkataan Risa yang ada benarnya juga. Harusnya kemaren ia lebih memaksa kedua orang itu agar ikut. "Coba deh gua telepon Lami." Jiana mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya.
"Rayu aja Lami pakai es teh manis." Risa tertawa kecil dengan idenya.
Jiana menempelkan ponsel di telinga. Mendengarkan nada dering yang sudah tersambung. "Halo? Lami!" Jiana tersenyum senang panggilan diangkat.
"Hm? Kenapa?" Tanya Lamera.
"Lam, lo lagi dimana? Rumah?"
"Iya."
"Gua jemput ya? Kita makan sushi sekarang bareng Risa."
"Duh, Jian....nggak bisa...." Terdengar suara rintihan Lamera.
"Kenapa?"
"Ini hari minggu, kan?"
"Iya."
"Kalo minggu badan gua udah nempel di kasur. Nggak bisa dipisahkan. Sekujur tubuh gua lumpuh total. Mau minum aja nggak bisa."
Jiana tertawa mendengar alasan tidak masuk Lamera.
"Sampai ngambil remot tv pun nggak bisa. Mager." Terdengar suara decakan di telepon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Back to School (TAMAT dan SUDAH TERBIT)
Fiksi Remaja*SUDAH TERBIT, TERSEDIA DI GRAMEDIA ATAU TOKO BUKU ONLINE* (FOLLOW SEBELUM MEMBACA. TINGGALKAN JEJAK KOMEN DAN VOTE) *Mulai 6 oktober 2020 *Selesai 17 juli 2021 Rank 1 in #youth tgl 15/11-2020 Rank 1 in #bar-bar tgl 25/11-2020 Rank 1 in #lucu tgl 19...