28.

80K 13.8K 1.8K
                                    

Pelayan cafe mendatangi Lamera yang sedang duduk di salah satu meja bersama Dion. Pelayan itu menaruh nampan di atas meja. Mulai menurunkan pesanan Lamera ke meja. Kentang, burger dan es teh manis.

"Makasih Mbak." Kata Lamera ramah.

"Sama-sama. Silahkan dinikmati." Pelayan itu pergi meninggalkan Lamera.

Cafe yang saat ini Lamera duduki adalah milik Dion. Jadi Lamera yang mengaku sebagai keponakannya Dion merasa punya hak atas restoran ini. Bisa datang kapan pun dan makan gratis. Tadinya ada niat mau tinggal di cafe saja. Biar bisa makan gratis terus. Cuma si Dion sialan ini memasang photo Lamera di depan pintu cafe dengan kata-kata peringatan agar orang yang ada di dalam photo cuma boleh duduk di restoran selama satu jam dan wajib bayar.

Emang sialan Dion! Tidak mau rugi!

"Enak ya jadi ponakan lo. Makan di cafe aja gratis." Kata Lamera bangga sembari menyemili kentang.

"Nyusahin lo! Besok-besok kerja lo di sini jangan maunya enak doang."

"Ion, lo tega sama ponakan lo yang imut ini?" Lamera memanyunkan bibirnya.

"Bukan apa-apa. Harusnya lo tuh berubah. Lo bukan Lamera Charlotte lagi, tapi lo Lami. Dari kehidupan sekarang lo harus belajar gimana yang namanya usaha. Jangan kayak kehidupan lo sebelumnya yang apa-apa serba gampang, terpenuhi. Sekarang lo harus belajar berjuang dari nol. Mungkin ini saatnya lo berubah jadi lebih baik dan lebih mandiri lagi."

Lamera memanyunkan bibirnya. Mau angkat bicara. Cuma perkataan Dion kali ini terlalu bijak. Lamera jadi merasa diceramahi langsung oleh Mario Teguh.

"Iya, besok gua kerja di cafe lo." Kata Lamera mengalah. Dapat hidayah setelah diceramahi.

"Mau jadi pelayan apa kasir?"

"Satpam."

"Hah?" Dion sontak memajukan kepalanya. Terkejut oleh perkataan Lamera.

"Gua mau jadi satpam yang jaga pintu. Soalnya gua nggak suka ngomong sama pengunjung atau jalan-jalan. Capek."

"Satpam juga capek harus berdiri."

"Bisa duduk. Ntar gua bawa kursi." Kata Lamera acuh. Memainkan ponselnya.

Dion melotot. Sudah melirik gelas berisi es teh manis untuk ia siram ke kepala Lamera agar otaknya agak benar. Namun cuma rencana di dalam hati saja. Kalau beneran Dion bisa digigit.

"Ion, gua sekarang udah pensiun minum susu kotak. Beralih ke es teh manis. Ternyata es teh manis rasanya mantep banget gila!" Lamera mengacungkan jempol.

"Nggak penting cerita lo." Dion menyedot jus alpukat pesanannya. Memainkan ponsel, membalas chat dari Calista.

"Ion, nggak enak ya tinggal di kosan?" Keluh Lamera.

"Disuruh tinggal di apart bareng Calista nggak mau."

"Jauh ah dari sekolah. Ntar makin sering telat. Gua nggak mau dihukum ngepel atau lari di lapangan. No, no, no!"

"Lo seret aja apartnya Calista. Dempetin ke sekolahan lo."

"Ion, beliin gua apart kek. Yang deket sekolahan." Rayu Lamera tidak tahu diri.

"Matiin gua aja sekalian, Mir. Bunuh gua, Mir, cekik gua. Lo jual kek gua ke Tante girang jadiin gua gigolo. Sue emang lo nyusahin banget jadi ponakan."

Lamera berdecak. "Yelah baper. Om nggak berguna lo!"

"Jadiin gua pengemis, Mir! Duitnya buat lo." Kata Dion emosi.

Lamera mengabaikan Dion. Sesaat fokusnya hanya menatap layar ponsel. "Ion, kayaknya sekolah sambil jualan online gitu untung juga ya? Lumayan ada penghasilan."

Back to School (TAMAT dan SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang