"Lam, main yuk? Ke mall kek gitu." ajak Jiana. Sudah selesai membereskan barang-barangnya untuk pulang, tinggal menunggu Lamera yang sedang beberes.
"Nggak bisa, Jian. Gua sekarang ada kerja sampingan pas pulang sekolah." Lamera memasukan buku-buku ke tas. Ini kenapa barang-barangnya berserakan begini, ya? Sudah seperti anak kecil habis mainan.
"Mulung, ya?" ledek Jiana sudah tertawa.
"Lebih bagus dari mulung lah!" Lamera ngotot. "Penjaga perpustakaan."
"Penjaga perpustakaan?"
"Iya. Sebagai hukuman karena udah ketahuan bawa rokok dan bikin lecet hidungnya Mila."
Jiana tertawa. "Makanya hidung orang jangan dilecetin."
"Nggak nyesel dong." ujar Lamera, berlagak tidak bersalah dengan kedua tangan terangkat ke udara.
"Dulu waktu sekolah lo kayak gini juga? Preman?" maksud Jiana sewaktu Lamera bersekolah di kehidupan sebelumnya.
"Dulu gua primadona. Baik, ramah dan sopan lagi. Cuma karena banyak banget bocah sialan aja gua jadi bar-bar. Bocah sekarang jahat-jahat." Lamera menggelengkan kepala prihatin.
"Dulu dan sekarang beda. Anak sekolah jaman sekarang suka main kerajaan-kerajaan. Ada raja dan ada ratu. Ada juga rakyat jelata." kata Jiana. "Miris, kan?"
🍂🍂🍂
Gara-gara salah kasus, Lamera dijadikan penjaga perpustakaan. Yang harus merapihkan buku di perpustakaan setelah pulang sekolah. Kenapa disebut salah kasus? Pertama, soal rokok. Itu bukan milik Lamera. Ada orang jahat yang ingin menjadikannya kambing hitam. Kedua, soal dirinya yang melakukan kekerasan terhadap Mila. Ia sama sekali tidak menyesal. Penyesalannya cuma satu. Tidak bisa benar-benar mematahkan hidung Mila.
Selagi menaruh buku-buku di rak, ditemani oleh senandung lagu cinta dengan gumaman. Suasana hatinya sangat baik hari ini. Karena apa? Karena Dion baru saja mentransfernya uang. Enak juga jadi keponakan Dion.
"Gapapa dah Ion gua manggil lo om asal duit ngalir terus." Lamera tertawa sendiri, lucu saat mengingat dirinya chattan dengan Dion membawa embel-embel om Dion. Bodohnya Dion kemakan rayuannya.
"Tinggi. Nggak nyampe." Lamera berjinjit. Tangannya sudah mentok lurus ke atas. Namun belum juga sampai menggapai rak bagian atas.
Lamera menyerah. Ia turunkan tangannya. Menoleh kiri-kanan mencari benda ajaib yang bisa mempermudah pekerjaannya. Bukan benda ajaib yang ia temukan. Melainkan seseorang yang tingginya bisa ia manfaatkan.
"Dek, dek! Tolongin dong." Lamera mencolek belakang punggung murid cowok yang ada di dekatnya.
Cowok itu menoleh. Wajah datarnya mengernyit heran. "Dek?" tanyanya, memastikan kalau ia tidak salah dengar.
"Lah? Lo kan cowok yang gua kira gagu itu, kan?" Lamera menunjuk cowok di depannya. "Ternyata lo sekolah di sini? Inget gua, kan?" tanya Lamera percaya diri.
"Nggak." katanya datar.
Lamera berbatuk kecil. "Sorry manggil lo dek. Gua kira adek kelas." bohong Lamera. Padahal ia lupa diri, menganggap kalau dirinya masih wanita dewasa. Lupa kalau sekarang ia anak SMA. "Terus gua harus manggil lo kak....." Lamera melirik name tag cowok itu. "Ezhar? Kak Ezhar?"
"Lo anak baru?"
Lamera menggeleng. "Nggak." maunya sih jawab baru jadi Lami, tapi tidak mungkin. "Dari kelas 10 di sini kok."
Ezhar menggeleng. Dari wajahnya terbaca kalau ia mengasihani Lamera yang tidak tahu apa-apa. Termasuk soal dirinya.
"Kenapa emangnya?" tanya Lamera penasaran.
"Lo mau apa manggil gua?" Ezhar kembali ke awal topik.
"Oh, iya!" Lamera hampir saja lupa. "Tolong dong taruhin buku ini di atas." Lamera menunjuk rak atas.
Ezhar tidak menjawab. Hanya menunjuk bangku kayu yang ada di ujung. Mengisyaratkan agar lebih baik Lamera memakai bangku dibandingkan menyusahkan orang lain.
"Yaelah kan ada lo. Kenapa harus yang jauh? Tolongin sih elah. Nanti lo dapat pahala loh." Lamera tersenyum, mengedipkan sebelah matanya untuk merayu.
Ezhar menghela napas. Mengambil buku yang ada di genggaman Lamera. Lalu menaruhnya. Cukup mudah. Tidak seperti Lamera yang sudah berjinjit pun masih tidak sampai.
"Makasih ya." ujar Lamera. "Jadi lo itu di bawah, seangkatan atau di atas gua?" tanya Lamera, basa-basi.
Ezhar berdiri tepat di depan Lamera. Wajahnya sangat datar. "Selama 2 tahun sekolah di sini, kemana aja? Di goa?"
"Ya maaf kalo gua nggak kenal sama murid-murid di sekolah sekalipun mereka populer."
Jangankan mengenal murid biasa. Mengenal murid populer pun tidak. Lamera bahkan baru tahu kalau Dinar dan Akthar adalah dua cowok Most Wanted yang sangat sangat populer. Bagaimana bisa mengenal semua murid di sekolah? Sedangkan Lamera saja baru ada di sekolah ini selama satu bulan.
"Nggak ada perlu lagi, kan?" tanya Ezhar tidak minat.
"Nggak ada." Lamera menggelengkan kepala.
Ezhar berbalik badan. Melangkah menjauh dari Lamera.
Lamera menatap sinis belakang punggung Ezhar. "Anak sekarang kenapa pada aneh-aneh sih? Iih merinding gua!" Lamera menghentakkan bahunya. Kembali menaruh buku-buku di rak.
"Jangan sampai gua terlibat lagi sama tuh cowok irit."
Iya irit. Irit ekspresi. Irit ngomong.
Cast of #Ezhar Gardapati
Gimana chapter kali ini?
Gimana, gimana ketemu coolboy? Puas nggak?
Udah bisa nentuin mau shipper siapa?
Besok ketemu coolboy lagi nih hihihi
Jangan lupa spam komen sebanyak-banyaknya dan votenya.
Makasih❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Back to School (TAMAT dan SUDAH TERBIT)
Teen Fiction*SUDAH TERBIT, TERSEDIA DI GRAMEDIA ATAU TOKO BUKU ONLINE* (FOLLOW SEBELUM MEMBACA. TINGGALKAN JEJAK KOMEN DAN VOTE) *Mulai 6 oktober 2020 *Selesai 17 juli 2021 Rank 1 in #youth tgl 15/11-2020 Rank 1 in #bar-bar tgl 25/11-2020 Rank 1 in #lucu tgl 19...