*SUDAH TERBIT, TERSEDIA DI GRAMEDIA ATAU TOKO BUKU ONLINE*
(FOLLOW SEBELUM MEMBACA. TINGGALKAN JEJAK KOMEN DAN VOTE)
*Mulai 6 oktober 2020
*Selesai 17 juli 2021
Rank 1 in #youth tgl 15/11-2020
Rank 1 in #bar-bar tgl 25/11-2020
Rank 1 in #lucu tgl 19...
Murid tidak bisa mengubah keputusan guru. Tidak bisa menolak atau membantah. Kecuali kalau diadakan demo. Cuma kalau yang demo dua orang pasti tidak ditanggapi. Jadi lebih baik menerima keputusan saja.
Sama halnya dengan Lamera dan Mila yang tidak bisa mengatur atau menolak nasib mereka yang terpaksa satu kelompok. Bisa kalian bayangin bagaimana jadinya dua orang yang bermusuhan ada di satu kelompok? Ya, harus siap siaga seandainya terjadi pertumpahan darah.
Selain Lamera dan Mila. Ada dua orang lainnya, Jiana dan Risa. Risa salah satu siswi di kelas yang termasuk kalem dan tidak terlalu menonjol. Risa juga terkenal pintar dan rajin. Kehadiran Jiana dan Risa seolah melengkapi lobang di kelompok yang diciptakan oleh Lamera dan Mila.
"Bisa nggak sih kalian diem?" Tanya Jiana kesal. Sudah sejak tadi dia menahan diri dan berusaha sabar. Tapi tidak lagi bisa menahan emosi karena kedua musuh bebuyutan itu terus-menerus saling injak dan tendang di bawah meja. Membuat meja bergerak tak karuan hingga mengeluarkan bunyi gesekan kursi yang berisik.
"Ini ada kampret di bawah meja." Lamera masih menendang-nendang bawah meja. Berusaha menendang kaki Mila.
"Ada curut di kolong meja." Mila juga tak mau kalah. Ia injak asal lantai di kolong meja biar mengenai kaki Lamera.
Jiana menghela napas. Benar-benar merasa malu. Sekarang mereka berempat ada di cafe. Keributan yang diciptakan oleh Lamera dan Mila membuat pengunjung lain menoleh ke arah mereka. Jiana sampai terpaksa mengangkat kedua kakinya agar tidak masuk ke peperangan Lamera dan Mila di bawah meja. Risa juga sebenarnya merasa terganggu. Hanya saja ia tidak enak hati untuk bicara. Akhirnya Risa hanya duduk bersila di atas kursi.
"Mati lo kampret!" Lamera menendang gemes tanpa menunduk.
"Ke laut lo curut!" Mila menghentakkan kakinya hingga bunyi berisik.
"Terus aja lo berdua ribut. Nggak bakal gua catet nama lo berdua." Ancam Jiana.
"Apa-apaan sih lo, Jian? Enak aja! Gua juga kerja, ya!" Mila tidak terima. Tapi kakinya masih menghentak-hentakan lantai.
"Gua juga nggak terima, Jian! Gua juga kerja." Lamera mengangkat tangan keberatan. Kakinya masih menendang asal.
"Kerja ngapain? Main bola di kolong meja?" Cibir Jiana.
Seketika Lamera dan Mila langsung berhenti. Mereka merapihkan bangku dan meja yang sudah berantakan tak karuan. Langsung tutup mulut dan berlagak membuka buku. Memperhatikan Jiana.
Jiana menghela napas. Mendekatkan bangkunya ke meja. Risa juga sudah menurunkan kedua kakinya ke bawah.
"Padahal muka kalian masih luka loh." Risa menunjuk wajah Lamera dan Mila. Sontak membuat dua orang yang bermusuhan itu menyentuh wajah mereka.
Karena aksi peperangan mereka di depan kelas sewaktu dihukum. Mereka pun sama-sama babak belur. Rambut yang rontok, wajah yang penuh bekas cakaran. Sampai ada banyak ansaplas di wajah mereka. Namun tetap saja mereka tidak kapok dan tetap bertengkar tanpa henti.
"Nih siluman kampret kukunya tajem!" Mila menunjuk Lamera.
"Sadar diri ratu monyet!" Balas Lamera. "Bisa-bisa nih muka gua rabies kena kuku lo yang isinya upil semua itu."
"Heh! Yang ada kuku lo tuh yang sikilan! Bau!"
"Masih mau ribut?"
"Nggak!" Jawab Lamera dan Mila berbarengan. Takut nama mereka dicoret dari kelompok.
"Yaudah kita mulai aja kerja kelompoknya." Kata Jiana.
"Iya. Gua jua nggak bisa lama-lama. Udah mau magrib. Gua mau belajar." Ujar Risa menatap layar ponsel untuk melihat jam.
"Ris, lo kan udah pinter. Belajar mulu emang nggak bosen apa?" Tanya Lamera.
"Iya. Gua mah males belajar terus." Sambung Mila.
"Ulangan aja gua belajar pas H-1. Itu pun kalo ingat." Tutur Lamera.
"Sisanya tinggal nyontek." Mila menambahi.
"Yoman!" Lamera mengangkat tangan untuk mengajak tos. Mila pun juga sudah mengangkat tangan. Namun mereka justru mematung setelah baru sadar kalau mereka musuh bebuyutan. "Najis." Umpat Lamera, menurunkan tangannya.
"Haram." Umpat Mila ikut menurunkan tangannya.
Jiana menggelengkan kepala. "Risa tuh beda sama kalian. Dia emang rajin. Makanya rangking satu terus."
"Sebenarnya belajar itu enak. Kalian aja yang terlalu pesimis. Belum belajar udah bilang bosen." Kata Risa.
"Gua sujud syukur lihat orang yang bilang belajar itu enak." Lamera berdecak kagum sembari menggelengkan kepala. "Wah, wah, amazing." Lamera bertepuk tangan.
Mila tanpa sadar ikutan bertepuk tangan. "Wah."
"Udah. Kita diskusi serius." Putus Jiana. Kalau terus mengobrol tidak penting nanti tidak selesai-selesai.
"Kita bakal photo museum dan perpustakaan." Kata Risa melihat buku catatannya.
"Gua dan Risa yang pergi ke museum. Kalian berdua ke perpustakaan." Jiana menunjuk Lamera dan Mila.
"Jian, lo kan tau gua nggak bisa bahasa monyet. Kenapa lo malah satuin gua sama monyet?" Lamera berakting sedih.
Mila melotot. "Lo pikir gua ngerti bahasa babi?" Sewotnya tidak terima.
"Bukannya kalian satu marga? Milea Musaidin PIGgi?" Lamera pura-pura serius. Menekankan kata pig.
Mila berdecak. Mengambil pulpen dan melemparnya ke Lamera. "Monyet lo!" Pekiknya.
Jiana menopang dagu. Susah memang menyatukan Korea Selatan dan Utara. Cuma bikin kesal saja. "Keputusan udah bulet. Pokoknya kalian berdua yang photo perpustakaan dan bikin penelitiannya."
"Jiana, kok kejam banget sih?" Protes Lamera.
"Kita itu satu kelompok. Jadi harus kompak." Nasihat Jiana.
"Apalagi Bu Rini bilang kita kelompok permanen yang mau tugas apapun tetap satu kelompok." Risa ikut bicara.
"Gua rasa Bu Rini nyimpan dendam ke orang diantara kita deh." Lamera menunjuk dirinya dan Mila. "Mil, lo belum bayar utang ke Bu Rini sampai dendam gitu ke lo?" Tuduhnya asal.
"Yang ada Bu Rini dendam sama lo. Muka lo ingetin dia sama tikus got yang gigitin kebayanya."
"Bu Rini bukannya dendam. Tapi biar lo berdua akur." Tepis Jiana.
"Amit-amit." Cela Lamera dan Mila kompak.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gimana chapter ini?
Kalian bakal nemubanyak momen lami dan milanihkikikiki