26.

80.6K 13.7K 1.4K
                                    

"Kampret!"

Rutukan itu terus saja keluar dari mulut Lamera. Sejak turun dari angkot sampai sekarang sedang berlari di jalanan sekolah. Mulutnya sengaja ia buka agar lebih mudah menghirup oksigen. Karena berlari sambil mengutuk kesialan itu butuh banyak udara.

Sialnya, hari ini Lamera telat datang ke sekolah. Masalahnya hanya satu. Ia lupa membuat alarm. Alhasil sudah dipastikan kalau ia akan terkena hukuman. Menerima imajenya yang juga akan terseret semakin buruk. Lama-lama Lamera terkenal bukan karena menjadi korban bullying. Melainkan sebagai badgirl pencari masalah.

"Yah! Pak!" Melasnya ketika menyaksikan gerbang sudah tertutup. Di hadapannya berdiri Pak Satpam yang terhalang pintu gerbang.

"Telat kamu." Kata pak Satpam menunjuk Lamera.

"Buka kek Pak. Cuma telat beberapa menit doang ini sih." Rayu Lamera.

"Nggak bisa. Kalo telat, ya telat. Harus menerima hukuman."

Lamera mendengus. Ia menoleh ke belakang. Berharap ada orang lain selain dirinya. Na'asnya tidak ada. Ia pandang lagi Pak Satpam dengan sorot mata memelas. "Pak kasihanin saya Pak. Rumah saya jauh."

"Alasan aja kamu. Kalo jauh harusnya dateng dari pagi."

"Saya anak yatim piatu loh, Pak. Bapak nggak kasihan? Baik sama anak yatim dapat pahala, Pak." Agak nyesek juga saat Lamera harus mengobral kehidupan malangnya demi dikasihani. Ini ia termasuk bohong apa jujur, ya? Sebenarnya ia masih punya orang tua. Namun sekarang ia sedang memerankan Lami yang yatim piatu.

Terlihat wajah Pak Satpam yang merasa bersalah. Sedikit ibah setelah Lamera membawa embel-embel anak yatim. Kita memang diajarkan untuk berbuat baik terhadap anak yatim. Masalahnya Lamera juga salah. Pak Satpam hanya menjalankan tugasnya.

"Ya, Pak? Biarin saya masuk?" Lamera tidak menyerah untuk merayu Pak Satpam.

"Kalo telat dihukum." Ezhar tahu-tahu berjalan mendekati pagar. Mendengar rayuan Lamera ke Pak Satpam.

Kehadiran Ezhar berhasil membuat bola mata Lamera membesar. Kenapa Ezhar ikut campur?

"Jangan lembek, Pak. Murid yang telat harus dihukum. Nggak nerima alasan apalagi rayuan." Ezhar menepuk pundak Pak Satpam sembari melirik sinis Lamera.

Lamera berdecak sebal. Dugaannya benar. Ia sudah punya firasat sejak awal pertemuan kalau Ezhar punya sisi menyebalkan. Harapannya untuk tidak lagi terlibat dengan Ezhar harus pupus.

"Urusan kamu saya serahin ke Ketua OSIS." Pak Satpam menunjuk Ezhar.

"Hah? Ketos?" Lamera menatap cengo Ezhar.

🍂🍂🍂

Lamera tidak akan pernah menyangka kalau Ezhar adalah Ketua OSIS. Terlebih lagi sebelumnya terjadi pertemuan konyol antara ia dan Ezhar di toko buku dan di perpustakaan. Rasanya Lamera ingin mengubur diri karena berurusan dengan Ketua OSIS. Jika tahu sejak awal pasti Lamera akan cari perhatian. Setidaknya akan bersikap lebih sopan.

"Cepet larinya! Lama!"

Lamera mendengus. Enak, ya jadi Ketos? Kerjaannya cuma memerintah murid yang telat untuk lari mengelilingi lapangan. Tidak tahu apa? Lamera rasanya ingin pingsan. Matahari yang terik menjadi musuh bagi Lamera yang mencintai kulit putih.

"Gua nggak mau item." Rengek Lamera, memperhatikan punggung tangannya. Walaupun sudah memakai sweater tetap saja wajahnya terekspos di tengah sinar matahari. Kulit belang adalah musuh kaum hawa.

Ezhar menggeleng memperhatikan Lamera dari pinggir lapangan. Apa Lamera tidak panas lari memakai sweater?

Lamera berlari pelan dengan langkah mundur agar bisa melihat Ezhar. "Zhar, kita seangkatan, kan? Kasih bonus lah. Gua capek nih lari dari tadi." Lamera berusaha membuat kesapakatan.

Back to School (TAMAT dan SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang