80.

46.4K 10K 10.7K
                                    

Aku takut ada plot hole atau pertanyaan yang gak kalian temukan jawabannya sampai akhir cerita. Jadi spill apa aja pertanyaan tentang alur cerita yang jadi pertanyaan di benak kalian atau yang masih ganjel?

Btw jangan lupa vote

Siap komentar setiap paragraf?

Spam komen sebanyaknya diakhir cerita

Next chapter : 5K vote dan span komen 8K lebih

❤️❤️❤️❤️❤️❤️

Mengingat kejadian di sekolah membuat Reyza menghela napas berat. Bisa-bisanya ada kejutan yang tidak pernah Reyza pikirkan. Dinar menyukai Lamera. Sangat tidak masuk akal. Bagaimana mungkin Reyza bisa bersaing dengan Adiknya sendiri?

Belum selesai Reyza memikirkan Dinar. Benturan alas sepatu dengan lantai yang cukup kencang membuat Reyza berhenti melamun. Ia menoleh ke arah anak tangga. Dinar berjalan menuju arahnya. Memanggul tas di bahu dan jaket di lengannya. Ia mengenakan kaos putih dan celana abu.

"Kamu sekolah?" Tanya Reyza begitu Dinar mendekat.

"Iya, Bang. Ada pekan olahraga di sekolah." Dinar berhenti melangkah. Ia memakai jaket di tubuhnya.

"Nar, kita perlu bahas yang kemaren nggak?" Reyza masih tidak tenang, takut kalau akan berdampak ke hubungan mereka.

Dinar terkekeh kecil. "Bang, Dinar udah gede. Nggak mungkin lah marahan cuma karena cewek. Saingan Dinar nggak cuma Abang doang. Siapapun yang Mira pilih. Abang tetap Abang Dinar. Dan kayak yang Abang bilang, Dinar cuma perlu berjuang dengan cara Dinar sendiri. Abang juga harus berjuang, Bang. Dinar tau Abang sayang banget sama Mira." Dinar tersenyum simpul.

Dinar berhenti membahasnya. Ia salim pada Reyza. "Dinar ke sekolah, Bang. Assalamualaikum." Kemudian berlalu keluar rumah.

🍂🍂🍂

Pekan sekolah dimulai dari jam delapan pagi. Nama kelas yang tanding hari ini sudah tertulis di lembaran kertas yang dibagikan ke setiap kelas. Tidak lupa ditempel di mading agar lebih jelasnya.

Pertandingan basket dan bulu tangkis menjadi pembuka di hari pertama pekan olahraga. Lapangan basket sudah dipenuhi oleh murid yang mau menonton pertandingan. Begitu pun lapangan bulu tangkis. Sudah beberapa tim yang tanding dan menerima hasil siapa lawan mereka selanjutnya.

"Lawan kita anak kelas 3. Wah, parah sih nih yang ngatur pertandingan." Mila berdecak ketika memperhatikan jadwal tanding timnya hari ini.

"Itu udah diatur seadil mungkin. Kan nggak mungkin juga kalo pertandingan harus kelas 1 sama kelas 1, 2 sama 2, 3 sama 3." Saut Jiana.

"Lebih adil kayak gitu."

"Umur nggak menentukan kemenangan dalam pertandingan. Yang menentukan itu kerja sama tim."

Setelah Jiana mengeluarkan kalimat bijaknya, Mila langsung diam. Tidak ada kesalahan dari kata-kata Jiana. Lagi pula tidak seharusnya ada perasaan pesimis sebelum berjuang.

Jika Mila sedang khawatir dengan lawan yang akan bertanding dengannya setelah ini. Beda lagi dengan Lamera yang sama-sama berdiri di pinggir lapangan, cuma ia sangat fokus melihat pertandingan basket perempuan antar kelas dua belas. Sangat sengit sampai sulit menebak siapa yang akan menang.

"Mir, lo bisa main basket?" Tanya Mila.

"Bisa lah. Lo lihat aja cara mereka main, terus lo ikutin deh cara mainnya. Lagian udah latihan dari sebelum ambil rapot." Jawab Lamera, anteng melihat pertandingan basket.

Back to School (TAMAT dan SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang