90.

32K 8.1K 3.2K
                                    

PO udah dibuka ya. Kalo mau yang beli bisa di Shopee atau Tokopedia toko buku online dibawah ini, atau bisa klik link yang ada di bio instagram Akad atau klik lin bio IG aku.

@novely.young
@bumifiksi.jakarta
@melstorebook
@zahrabook
@tokotmindo

Jangan sampai ketinggalan PO nya ya guys.

"Mir, tumben kamu berinisiatif mau ngadain makan malam kayak gini." Tutur Arsy.

Malam ini, Lami kembali ke dalam rumah Arsy yang hangat dan penuh kasih sayang. Ia duduk di ruang makan bersama kedua orang tua Mira, Dion, Calista, Reyza dan Jiana. Lami tahu tentang Reyza yang merupakan mantan Mira. Jadi, Reyza perlu ada di sini. Ia akan mengakhiri semua sandiwaranya saat ini juga. Setelah ini ia akan menyelesaikan permasalahannya dengan Laras dan ibu kandungnya. Setelah itu, setelah itu Lami tidak tahu apa yang akan terjadi kepadanya atau Mira. Semoga saja ada kebaikan setelah itu.

"Lo juga ngundang Reyza. Jangan bilang kalian mau bahas soal lamaran, ya?" Dion menunjuk Reyza dan Lami bergantian.

"Wow, seriusan, Mir? Kok gua nggak jadi orang pertama yang dikasih tau sih?" Calista menekuk wajahnya, ngambek.

"Pih, kita bisa punya cucu!" Arsy menggoyangkan bahu Alex.

"Senang Papi kalo beneran. Kalian cocok kok." Alex tersenyum kepada Reyza dan Mira.

"Aku juga senang kalo jadi kenyataan. Cuma sayangnya aku juga nggak tau kenapa diundang ke acara makan malam ini." Reyza melirik Lami, ia tersenyum malu.

Lami terkekeh. Ia melirik Jiana yang cuma menundukkan kepala memperhatikan piring. Jiana terlihat sama sekali tidak tertarik.

"Buka soal itu. Tapi ada hal lain yang mau Mira omongin setelah makan malam selesai." Lami tersenyum.

"Benar. Makan dulu sekarang. Ayo sendok yang banyak. Ayo." Arsy menyuruh yang lainnya nyendok nasi dan lauk-pauk.

Makan malam berjalan santai. Lami menghela napas memandang orang di sekitarnya. Padahal baru sebentar ia merasakan kehangatan keluarga meski harus berbohong. Namun meski sebentar ia merasa senang. Ia merasa dicintai dan dipedulikan. Bahkan setelah semua ini berakhir, Lami ingin tetap mengenal mereka dan kalau bisa mau makan bareng mereka sesekali. Tentu saja bukan sebagai Mira, melainkan sebagai Lami.

Ketika air matanya terjatuh, buru-buru Lami mengelap pipinya. Jangan sampai ada orang lain yang melihatnya menangis seperti ini.

Namun harapan Lami tidak menjadi kenyataan karena Jiana melihatnya meneteskan air mata. Ada perasaan ibah di hati Jiana. Ini memang bukan salah Lami. Justru Lami pasti merasa bingung dengan keajaiban yang terjadi di hidupnya. Cuma Jiana masih tidak rela jika harus kehilangan Mira. Sekarang ia merindukan Mira dan melihat wajah Lami sangat menyakitkan untuk dirinya.

🍂🍂🍂

Makan malam sudah selesai dua puluh menit lalu. Mereka sekarang asik mengobrol sambil menikmati hidangan ringan. Lami mengatur pernapasannya yang sesak. Mencari keberanian untuk membicarakan semuanya.

"Ada yang mau aku omongin." Katanya setelah beberapa lama terdiam menunduk.

"Oh, ya, tadi katanya kamu mau ngomong. Mau ngomong apa?" Tanya Arsy lembut.

Semua orang menatap ke arah Lami. Menunggu Lami berani untuk membuka suara. Sedangkan Lami sendiri justru ketakutan menjadi pusat perhatian seperti ini. Takut kalau ia adalah penyebab hancurnya senyuman mereka beberapa saat lalu.

"Aku bukan Mira." Lami berhenti bicara untuk melihat reaksi dari mereka. Seperti yang ia pikirkan, semua orang kecuali Jiana terlihat agak bingung.

Back to School (TAMAT dan SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang