44.

76.3K 13.9K 7K
                                    

Lamera sedang mampir lagi ke restoran Dion. Biasa, numpang makan dan minum es teh manis gratis. Alasan Lamera sangat tergila-gila dengan es teh manis, terutama es teh manis Mang Uyat, karena di kehidupan sebelumnya ia belum pernah sekalipun minum es teh manis. Dan sekalinya nyobain es teh manis jadi norak.

"Eh, mulai minggu depan lo udah kerja di sini sebagai satpam." Dion mengingatkan Lamera yang suka pura-pura lupa.

"Eeehh minggu depan, ya? Gua kira tahun depan." Respon Lamera ogah-ogahan. Menyedot es teh manisnya.

"Lo harus tepatin janji lo buat belajar mandiri dan kerja keras."

Lamera melipat kedua tangannya di atas meja. "Jadi gini, Ion..." Ia menatap serius Dion. "Kemaren nih, Ion. Kelingking kaki gua nabrak meja. Beeehh Ion ngilunya sampai ke usus. Jadi rada sakit nih kaki gua. Perlu istirahat 3 tahun." Lamera meringis kesakitan biar mendapat simpati.

"Kan kelingking lo yang sakit. Badan lo sehat. Kaki lo masih bisa gerak."

"Tapi ngilunya bikin gua jadi kayak orang lumpuh. Nggak bisa gerakin kaki."

Dion tersenyum menahan tawa. "Terus lo bisa sampai ke restoran gua ngesot? Apa jalan pakai kepala?"

"Nah, itu karena gua lupa kalo kelingking gua bekas tabrakan. Terus sekarang ingat makanya sakitnya kambuh. Aduh...ngilu...nyut-nyuttan." Lamera membungkuk. Akting merintih kesakitan.

"Kaki lo sakit?"

"Iya." Lamera mengangguk semangat.

"Ntar gua beli kursi roda buat lo. Jadi enak, kan jagain pintu restorannya sambil duduk." Dion tersenyum licik.

Lamera kembali duduk normal. Menghela napas kesal rencananya gagal. Ah, tapi ia tidak menyerah. Ia putar otak mencari ide lainnya. Pokoknya ia malas kalau harus kerja.  Maunya hidup damai pakai uangnya Dion.

"Ion, kalo ada orang Jepang ke sini, ke restoran lo. Terus guanya nggak bisa bahasa Jepang gimana? Bisa kabur pengunjung lo. Jadi gua kerjanya tunggu sampai bisa bahasa Jepang dulu, ya?" Lamera tersenyum merayu.

"Ada google translate."

"Nggak ada kuota."

"Di sini ada wifi."

"Ion, google translate itu suka ngaco. Kalau misalkan gua mau ngomong selamat dateng. Terus gua artiin ke bahasa Jepang. Eh, tau-tau malah arti bahasa Jepangnya pulang sono lo kampret. Gimana? Bisa ngambek pengunjung Jepang lo itu."

"Di Jepang nggak ada bahasa kampret." Dion menggelengkan kepala. "Gua rasa bukan google translatenya yang eror. Lo yang eror."

"Makanya tunggu gua sampai bisa bahasa Jepang. Baru gua kerja jadi satpam di sini."

"Lagian pengunjung gua nggak ada yang orang Jepang. Adanya orang Malaysia. Lo nonton upin-ipin, kan? Nah berarti lo bisa bahasa Melayu." Dion tersenyum sambil menganggukkan kepala.

"Gua taunya ora iso doang."

"Itu bahasa Jawa, Markonah!"

🍂🍂🍂

Lamera menguap. Ini kesekian kalinya ia menguap sepanjang perjalanan menuju kelas. Gara-gara nungguin diskon tengah malam ia rela begadang. Sekarang jadi mengantuk. Mau cepat ke kelas biar bisa tidur.

"Lami!!"

Lamera tersentak. Cukup terkejut saat namanya dipanggil. Apalagi saat mendengar bukan hanya satu suara yang memanggilnya. Melainkan tiga suara yang berbeda. Ia pun memutar badan menghadap belakang. Dengan wajah datar Lamera menatap ketiga Most Wanted yang tadi memanggilnya.

Back to School (TAMAT dan SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang