40.

75.3K 13.4K 4.5K
                                    

"Kenapa sih semua orang selalu merhatiin gua kalo gua duduk di kantin. Mending liatinnya karena kagum. Lah ini kayak berasa liatin cacing, mukanya pada geli gitu!" Protes Lamera. Ia ambil gelas plastik berisi es teh manis dan menyeruputnya tak sabaran.

"Emang muka lo menjijikan dan bikin mau muntah, kan?" Saut Mila.

Kali ini Lamera tidak datang hanya berdua saja dengan Jiana. Ada Risa dan Mila yang ikut duduk satu meja bersamanya. Sebenarnya bukan karena mereka sudah akrab. Kalau sama Risa Lamera mau dibilang akrab. Tapi kalau sama Mila? Amit amit tujuh keliling!

Alasan mereka berempat bisa duduk bersama karena satu alasan. Mereka makan di kantin sambil diskusi tentang tugas kelompok yang belum selesai.

"Eh, Musaidin gua nggak ngomong sama lo!" Lamera menunjuk Mila yang sedang makan soto ayam. Mendengar namanya asal diganti membuat Mila melotot mau memaki.

"Kemaren bukannya lo manggil dia Milea? Sekarang Musaidin?" Tanya Jiana. Bukan karena Jiana mau ikutan menghina Mila. Tapi karena ia benar-benar ingin bertanya.

"Udah ganti nama dia. Kemaren tumpengan pakai jengkol." Jawab asal Lamera.

Mila yang sudah kehabisan stok kesabaran melempar Lamera pakai tissue yang sudah digulung-gulung. "Sialan emang lo! Nama gua Mila ya!" Protesnya.

"La....mi!" Dinar dengan khas dirinya kalau mau menyapa Lamera selalu berdiri di belakang Lamera dan mengagetkannya dengan bicara pas di telinga.

"Kampret! Kampret!" Lamera hampir berdiri dari bangku saking terkejutnya. "Suka ngagetin! Kebiasaan lo kampret!" Lamera yang gregetan memukul Dinar. Tapi yang dipukul justru cekikikan.

Dinar menarik kursi dari meja sebelah, duduk di samping Lamera. Karena kebetulan posisinya Lamera duduk sendirian. Mila di depannya bersama Risa dan Jiana di ujung. Meja berbentuk segi panjang.

Tanpa permisi Dinar langsung merebut es teh manis Lamera. Menyedotnya tanpa dosa. "Suka banget es teh manis sih?" Tanyanya setelah menaruh lagi es teh manis di atas meja.

"Karena gua suka yang manis." Saut Lamera kesal.

"Gua juga manis. Suka juga nggak sama gua?" Dinar menopang dagu menatap intens Lamera.

"Manisan gua lah!" Lamera memutar bola mata jengah.

"Masa? Coba sini gua cobain." Dinar meraih tangan Lamera dan memasukan ujung telunjuk Lamera ke dalam mulutnya.

Jangan tanya bagaimana reaksi keempat cewek itu. Tentu saja sangat shock. Sampai Mila yang lagi makan soto keselek daging ayam. Beruntung Risa sigap memberinya minum. Kalau terlambat bisa-bisa Mila meninggal gara-gara daging ayam. Jiana yang melihat adegan tersebut, yang tadinya lagi minum pop ice langsung keluar semua pop ice dari mulutnya sudah seperti aliran sungai.

"Lo....lo....lo sange, ya?" Lamera langsung menarik tangannya dari Dinar. Wajah Lamera sudah merah seperti tomat. Jantungnya berdebar kencang. Bisa kalian bayangkan? Dinar menghisap telunjuknya dengan smirk!

"Kenapa jadi sange?" Tanya Dinar tak habis pikir.

"Muka lo kayak artis bokep kampret!" Pekik Lamera. Memeluk tangannya, menjauhkan tangannya dari Dinar.

Tawa Dinar langsung pecah. "Kan katanya lo manis. Jadi gua mau cobain. Gua juga manis." Dinar memajukan pipinya ke depan wajah Lamera. "Mau coba cium?" Ia tunjuk pipinya sambil memejamkan matanya.

"Ogah! Sono lo! Sono lo!" Lamera mendorong Dinar agar menjauh darinya. Kalau dekat-dekat Dinar lebih lama bahaya untuk kesehatan lambungnya. Bisa muntah nanti Lamera.

Back to School (TAMAT dan SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang