Siap spam komen sampai 3K untuk percepat next?
Selamat membaca ❤️
_____________________________
Lamera menatap sinis Mila yang berdiri di depannya. Mila sedang membacakan persentasi dengan gaya sok pintar. Segala pakai kaca mata. Sudah begitu suaranya dibuat sok imut. Lamera yang dengar jadi pengen lempar kursi. Namun demi kelompok bersama, Lamera dan Mila sedang gencatan senjata.
Jiana berdiri di samping Mila menunggu giliran persentasi. Sedangkan Risa berdiri di samping Lamera, bersiap-siap menanti sesi tanya jawab yang tentu saja nanti akan merepotkan.
"Bentar, bentar." Bu Ani menghentikan persentasi. Membuat Mila langsung berhenti bicara.
"Kenapa, Bu?" Tanya Mila bingung.
Bukan cuma Mila. Semua murid juga bingung tiba-tiba Bu Ani menghentikan persentasi. Apakah kelompok Mila melakukan kesalahan? Atau ada sesuatu yang tidak pantas dipersentasikan?
"Dari tadi saya penasaran." Bu Ani menggantung perkataannya. "Kamu. Lami, kenapa pake kaca mata hitam di kelas?" Bu Ani menghadap Lamera yang sedang duduk di bangku guru, berhadapan dengan laptop.
"Oh, itu matanya kemasukan paku payung, Bu." Hawab asal Mila.
Lamera langsung melemparnya pulpen. "Berisik lo!" Sewotnya. "Kampret." Gumamnya pelan agar tidak didengar Bu Ani.
"Sakit.....bego." Mila mengecilkan suaranya saat bilang bego.
"Biar mencegah iritasi pada mata saya, Bu. Kan sinar laptop nggak baik buat mata." Ujar Lamera membela diri.
"Kamu kan nggak disuruh baca. Cuma disuruh pencet next doang." Kata Bu Ani.
"Itu Mila aja pakai kaca mata gak apa-apa, Bu." Lamera menunjuk Mila.
"Gua minus.....bego." Pokoknya pas bagian mau mengumpat kasar suara Mila dikecilkan.
"Oh, katarak?" Lamera tertawa meledek, membuat Mila melototinya. "Saya juga baca kok, Bu. Jadi kalo seandainya kelewat sama Mile---Mila, Bu, bisa saya bilangin ke Milanya." Lidahnya hampir saja asal nyebut Mila. Takutnya nanti kalau salah sebut bisa ditegor Bu Ani.
Mila mendekati Lamera. Menekan meja guru dengan kedua tangannya. "Gua nggak butuh koreksi dari lo. Mata gua masih bisa lihat!" Pekik Mila emosi.
"Masa?" Lamera tidak percaya. "Ini berapa?" Lamera membentuk dua jari yang dijauhi dari pandangan Mila.
"Gua minus." Mila tersenyum terpaksa. "Bukan buta." Katanya menahan emosi.
Lihat? Dua musuh bebuyutan memang tidak bisa disatukan, tidak bisa berdamai. Entah Mila duluan yang mulai atau Lamera duluan. Intinya mereka berdua terus mencari cara dan alasan untuk bertengkar, saling menghina.
"Tapi kok tampang lo kayak orang buta?" Tanya Lamera meledek.
"Sadar diri, ya! Yang pakai kaca mata hitam di dalam kelas siapa?" Sewot Mila.
"Lo juga pakai kaca mata!"
"Tapi nggak hitam!"
"Lam, kalo lo ngalah nanti gua beliin es teh manis Mang Uyat."
"Oke, ayo kita lanjut persentasi." Lamera menjawab langsung dan cepat rayuan Jiana.
Ya, Lamera mau mengalah dari Mila hanya demi segelas plastik es teh manis Mang Uyat.
Bu Ani yang semula hanya diam memperhatikan keributan, menghela napas lelah. "Yaudah, persentasi bisa dilanjutkan."
Persentasi pun dilanjutkan. Mila mulai menjelaskan persentasi lagi dengan gaya sok pintar dan sok cantiknya yang membuat mata Lamera ternodai serta terasa perih. Kemudian dilanjutkan oleh Jiana yang persentasi. Nah, kalau Jiana yang persentasi Lamera merasa tentram. Rasa ingin menghujat tidak ada sama sekali.
"Sekarang sesi tanya jawab. Yang ingin bertanya bisa mengangkat tangan, nanti dicatet sama Risa." Ujar Bu Ani.
Persentasi dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Semua anggota kelompok berdiri menunggu ada yang bertanya.
Lamera berdiri di belakang Bu Ani yang menunggu pertanyaan murid di kelasnya. Ia sudah memegang kertas HVS bertuliskan,
YANG NANYA GUA SUMPAHIN IDUNGNYA KELUAR PAKU!!
Bukan cuma Lamera saja yang melakukan pemaksaan tersebut. Mila, Jiana dan Risa juga ikutan.
YANG NANYA GUA SANTET
YANG NANYA, JOMBLO ABADI
YANG NANYA GUA SUMPAHIN BISULAN
Bagaimana pun, sesering apapun mereka bertengkar. Pada akhirnya mereka adalah kelompok. Jadi harus kompak dan kerja sama. Demi melancarkan persentasi kelompok, mereka mengancam lewat kertas HVS.
Murid-murid di kelas saling bertatap muka sampai menahan tawa. Antara takut dan mau ketawa melihat kekompakan mereka berempat. Bu Ani sampai bingung melihat gelagat aneh murid-muridnya. Apalagi tidak ada satu pun murid yang mau bertanya. Karena penasaran, Bu Ani menoleh ke belakang. Cepat-cepat keempat siswi yang persentasi itu mengumpetkan kertas HVS di belakang punggung.
"Ada apa? Nggak ada yang mau nanya?" Tanya Bu Ani.
"Mungkin udah jelas dan nggak ada yang perlu ditanyain kali, Bu." Kata Mila.
"Iya, Bu." Timpal Lamera.
"Iya." Jiana ikutan bicara.
Risa cuma bagian mengangguk. Sebenarnya ia tidak keberatan ada yang bertanya. Hanya saja ketiga anggota kelompoknya yang lain tidak suka yang namanya ribet atau kelamaan.
"Yaudah, persentasi selesai. Kelompok selanjutnya maju." Putus Bu Ani.
#Lami muka doang imut, kelakuan astagfirullah
Gimana chapter ini?
Spoiler : next chapter lami dibaperin 3 most wanted😂
Mana mana shipper ezhar?
Ada yang menunggu dinar?
Mana shipper akthar?
Siapa shipper reyza?
Spam komen sampai 3K lebih yukk✌️
Terimakasih❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Back to School (TAMAT dan SUDAH TERBIT)
Teen Fiction*SUDAH TERBIT, TERSEDIA DI GRAMEDIA ATAU TOKO BUKU ONLINE* (FOLLOW SEBELUM MEMBACA. TINGGALKAN JEJAK KOMEN DAN VOTE) *Mulai 6 oktober 2020 *Selesai 17 juli 2021 Rank 1 in #youth tgl 15/11-2020 Rank 1 in #bar-bar tgl 25/11-2020 Rank 1 in #lucu tgl 19...