Lamera duduk di bangku halte. Memijit keningnya yang pening memikirkan banyak hal. Pertama, ia pikir Lami dan Laras hanya berteman dekat biasa. Namun ternyata mereka sangat dekat sampai-sampai Bu Muti mengetahuinya. Lami sering menceritakan Laras ke Bu Muti dan Laras tahu soal Lami yang merupakan anak panti asuhan. Bahkan katanya dulu Laras sering diajak Lami ke panti asuhan.
Masalahnya. Kenapa hubungan mereka jadi sekacau ini? Kenapa Laras menjauhi Lami dan berbalik menjadi musuhnya? Apa karena berebut cowok? Tidak. Untuk yang satu itu Lamera akan mengelaknya. Tidak mungkin mereka musuhan cuma karena satu cowok. Sepertinya ada rahasia yang lebih besar diantara mereka.
Yang kedua adalah soal Ibunya Lami. Jadi selama ini Lami mencari tahu soal ibu kandungnya. Kalau emang ia sebegitu inginnya mencari tahu soal Ibunya. Kenapa ia harus bunuh diri? Apa Lami sudah menyerah soal Ibunya? Atau ia sudah mengetahui sesuatu soal Ibunya yang membuat ia ingin bunuh diri?
Banyak sekali rahasia tentang Lami yang tidak diketahui Lamera. Berhubung saat ini dirinya adalah Lami. Maka mau tidak mau ia harus mengungkap rahasia yang disimpan Lami. Agar Lamera mengerti penderitaan apa yang dialami Lami, anak remaja yang baru berusia belasan tahun.
Lamera menghela napas berat. "Gua harus cari tau dari mana, ya?" Kepala Lamera mendongak ke atas, menatap langit yang mulai gelap.
Tinn.....tinnn....tinnn...
Bunyi klakson yang cukup nyaring membangunkan Lamera dari lamunan. Lamera meluruskan kepalanya. Mobil Fortuner hitam terparkir di depannya. Semula Lamera cuma menatap datar mobil itu. Sama sekali tidak mengenal siapa pemiliknya. Namun begitu kaca mobil turun perlahan kening Lamera mengerut, memastikan ia tidak salah lihat.
"Kenapa cuma diem? Sini masuk!" Teriak Akthar yang tidak keluar dari mobil.
Lamera berdiri, mendatangi mobil milik Akthar. Tidak langsung masuk. Ia lebih memilih berdiri di depan pintu mobil.
"Lo ngapain di sini?" Tanya Lamera.
"Harusnya gua yang nanya."
"Gua habis dari panti asuhan."
Jawaban Lamera membuat Akthar merapatkan bibirnya. Seperti....tidak enak hati. "Naik." Titahnya datar.
"Bareng lo baliknya?"
"Iya, mumpung gua lagi baik." Jawab Akthar.
"Oke. Aji mumpung biar ngirit ongkos." Lamera tersenyum lebar. Langsung masuk ke dalam mobil.
Lamera tersentak saat tiba-tiba saja Akthar mendekati dirinya dengan tatapan intens. Begitu mendadak sampai Lamera tidak menyiapkan diri dan sekarang lupa caranya bernapas.
"L-lo ngapain dekat-dekat?" Lamera was-was. Matanya melotot menyelidik.
"Pasangin safebelt."
Lamera langsung mendorong wajah Akthar sampai membuatnya keki. "Gua bisa sendiri. Tangan gua masih utuh." Lamera cepat-cepat memasang safebelt. Meluruskan pandangan tak mau menatap Akthar.
Akthar berdecak. Ekspresinya jadi bete. "Ngapain ke panti?" Tanya Akthar mengalihkan topik.
"Ketemu anak-anak dan Bu Muti. Udah lama juga gua nggak main ke panti." Akthar cuma mengangguk, sesekali melirik Lamera.
"Lo udah makan? Mau makan dulu?"
Lamera langsung menoleh, menatap Akthar dengan mata melotot dan bibir terbuka. "Thar, gua merinding kampret! Lo nggak kesurupan, kan? Masalahnya gua cuma kepikiran doa makan doang ini, lupa sama doa lainnya saking takutnya." Lamera menghentakkan bahu sembari menggeleng.
Akthar berdecak. "Gua baik salah." Sungutnya kesal.
"Yah, lagi lo kayak orang kesurupan. Beda banget." Lamera merapatkan wajahnya ke kaca mobil. "Di luar nggak ada tanah longsor, kan? Nggak ada bencana, kan?"
"Jadi maksud lo kalo gua baik pasti bakal ada bencana gitu?" Sewot Akthar.
"Aneh aja. Sikap lo berubah-ubah kayak bunglon. Kayak karakter sebelah."
"Siapa? Alskara?"
"Iya, lo kayak Alskara. Sikap lo berubah-ubah. Ngasih harapan tanpa kepastian. Gua mah kasian sama Hauri. Kalo gua jadi Hauri udah gua santet tuh Alskara. Biar ingusnya keluar paku."
"Palingan lo juga sama kayak Hauri. Gampang ditarik-ulur. Bucin." Akthar melirik Lamera sekilas.
"Yaah, pokoknya gua gedek sama cowok yang plin-plan tanpa kepastian kayak Alskara! Banyak juga tuh yang benci sama dia. Banyak yang julid sama dia. Kasihan gua." Lamera tertawa puas.
"Setiap orang pasti punya alasannya masing-masing."
"Tetap aja gua kesal sama Alskara."
"Heh, kok malah jadi ngomongin karakter sebelah sih lo?"
"Yaa, maaf jiwa julid gua kambuh." Lamera memukul pelan bibirnya. "Kalo nggak julid, tenggorokan gua suka gatel." Lamera menggaruk lehernya.
Akthar tersenyum. "Gua nggak kayak Alskara. Gua cuma ke satu cewek aja."
"Oh Kira?"
Akthar mengernyit bingung. "Kenapa jadi Kira?"
"Karena banyak gosip yang beredar tentang kalian." Lamera duduk menyerong ke samping menghadap Akthar. "Menurut gua lo cocok sama Kira. Lo ganteng dan Kira cantik. Serasi." Lamera tersenyum lebar.
Akthar jadi kesal mendapat dukungan dari Lamera soal hubungannya dengan Kira. Ia menghela napas. "Kalo gua sama lo?"
"Hm? Kenapa?"
"Cocok nggak?" Akthar menatap Lamera dengan tatapan yang sulit diartikan. Kemudian memamerkan smirk.
Lamera menutup mulutnya. Wajahnya pucat pasi. Ia menoleh kiri-kanan mencari sesuatu sebelum hal memalukan akan terjadi.
"Lo kenapa?" Tanya Akthar penasaran.
"Mau muntah."
Gimana chapter ini?Jangan diambil hati ya karena nyindir karakter sebelah. Soalnya di sini emang lapak julid dan lawak. Sarkasnya keras wkwkwk
Mana mana shipper ezhar?
Ada yang menunggu dinar?
Mana shipper akthar?
Siapa shipper reyza?
Terimakasih❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Back to School (TAMAT dan SUDAH TERBIT)
Ficção Adolescente*SUDAH TERBIT, TERSEDIA DI GRAMEDIA ATAU TOKO BUKU ONLINE* (FOLLOW SEBELUM MEMBACA. TINGGALKAN JEJAK KOMEN DAN VOTE) *Mulai 6 oktober 2020 *Selesai 17 juli 2021 Rank 1 in #youth tgl 15/11-2020 Rank 1 in #bar-bar tgl 25/11-2020 Rank 1 in #lucu tgl 19...