Baru pertama kali masuk sudah mendapat sial. Istirahat bukannya pergi ke kantin, Lamera justru sibuk membersihkan meja yang dicoret-coret entah oleh siapa. Sumpah yang nulis jahat banget. Ini termasuk bullying verbal. Apa kejadian seperti ini sering dialami oleh Lami? Apakah Lami mengalami bullying di sekolah? Apakah itu alasan Lami memilih bunuh diri?
Lamera benar-benar tidak habis pikir kalau SMA bisa semenakutkan ini. Beda sekali dengan suasana SMA-nya dulu. Dulu di SMA semua orang menyukainya, banyak cowok-cowok yang jatuh cinta dengannya. Memang ada beberapa murid yang dijauhi. Namun tidak sampai diperlakukan sejahat ini.
Lamera menghela napas begitu mejanya sudah lebih bersih dari sebelumnya. Ia memperhatikan murid yang berlalu-lalang keluar kelas. Kalau diperhatikan lagi. Tidak ada satu pun murid di kelas ini yang perduli dengan apa yang terjadi padanya. Tidak ada yang basa-basi bertanya tentang apa yang menimpanya. Juga tidak ada yang mengajaknya bicara. Apa ia dijauhi satu kelas?
"Kalian mau ke kantin, ya?" Lamera berdiri. Mencegat beberapa siswi yang hendak keluar kelas.
"Iya, terus kenapa?" saut salah satunya tidak santai. Tidak senang diajak bicara oleh Lamera.
"Boleh bareng nggak?" tanya Lamera tersenyum.
"Ngapain gua bareng sama lo? Yang ada gua nanti jadi korban bullying."
"Sadar diri deh lo! Siapa yang mau ke kantin bareng cewek murahan kayak lo!"
"Sok akrab banget!"
Lamera mengerutkan kening. Tidak menyangka akan mendapatkan gelombang penolakan sekeras ini. "Murahan? Apa maksud lo cewek murahan?" tanyanya tidak terima.
"Semua orang di sekolah ini tau kalo lo pergi ke hotel sama om-om!"
Sumpah, Lamera tidak tahu harus menjawab apa. Mau mengelak tidak bisa. Bukan karena takut. Melainkan ia sendiri tidak tahu kehidupan Lami sebelumnya seperti apa. Bisa saja yang dikatakan siswi di depannya benar kalau ia main om-om.
"Minggir!" tubuh Lamera terdorong ke belakang ketika salah satu siswi menyenggolnya cukup kencang.
Lamera bukannya takut. Apalagi mereka cuma anak kecil bermulut pedas. Rasanya Lamera ingin menjambak mulut mereka. Namun Lamera tidak bisa. Ia harus tahu cerita lengkap tentang kehidupan Lami sebelumnya baru bisa menentukan apa yang harus ia lakukan.
"Lami! Lo dipanggil ke belakang gedung." seorang siswi yang tidak dikenal Lamera berdiri di ujung pintu.
Lamera memang tidak mengenal murid-murid di sekolahnya. Namun siswi yang berbicara dengannya ini bukan siswi dari kelasnya. Kenapa siswi dari kelas sebelah bisa mengenalnya, ya? Firasat Lamera tidak enak. Pasti ada yang mau macam-macam kepadanya.
"Cepat! Lama banget sih lo cupu!" pekik siswi itu.
Wah, ini benar pasti ada yang berniat jahat padanya. Lamera tidak akan takut. Maaf saja, ia bukan Lami. Mungkin Lami akan diam jika dijahati. Namun Lamera Charlotte paling tidak terima dengan penindasan dalam bentuk apapun.
"Iya." Lamera mau pura-pura. Menurut pergi ke belakang sekolah dengan wajah polos. Padahal dalam hati Lamera sudah menyiapkan rencana pertahanan diri. Ia tidak akan membiarkan dirinya dibully.
Setibanya Lamera di belakang sekolah, ia terdiam dengan kening mengernyit. Kosong. Tidak ada siapapun di belakang sekolah. Hanya ada dirinya sendiri. Apa ia dikerjai? Buat apa disuruh ke sini kalau tidak ada orang?
"Anak jaman sekarang suka banget ngebully, ya?" Lamera menggaruk pipinya. Mau melangkah pergi dari belakang sekolah.
Byurrr!!!
Air tiba-tiba saja jatuh dari atas mengenai dirinya cukup telak hingga basah kuyup. Lamera termenung di tempatnya. Kaget, marah dan kesal. Rasanya mau berubah jadi kanibal yang makan orang. Ia mendongak ke atas. Sekilas ia melihat seseorang di salah satu jendela kelas sebelum akhirnya menghilang dan jendelanya di tutup pakai hordeng.
"Aaarrghhhh! Ngeselin banget sih!!! Kampret! Kampret! Kampret!!" Lamera menghentak-hentakan kaki. Menendang udara. Ia benar-benar kesal. Mereka sudah keterlaluan.
🍂🍂🍂
Lamera tidak melapor ke guru BK. Ia tahu betul nasib apa yang akan menimpanya jika menjadi pengaduan. Ia juga tidak balik ke kelas. Tidak mungkin balik ke kelas dengan keadaan basah kuyup, yang ada nanti ia dijadikan bahan tertawaan. Jadi tempat tercocok untuk dirinya yang basah kuyup ini adalah taman sekolah dekat air mancur.
Matahari seterik ini dipergunakan Lamera sebaik mungkin untuk mengeringkan seragam sekolahnya. Dia duduk di bawah bertumpu pada karung bersih agar roknya tidak kotor. Berjemur memang sangat nikmat. Apalagi kalau ditemani oleh sprite. Sayangnya tidak ada sprite. Lamera tidak sempat beli.
"Eksotis lama-lama kulit gua." katanya, memperhatikan tangannya. Bajunya sudah sedikit mengering.
"Dasar bocah sialan! Suka banget ngerjain orang tua! Awas aja gua bales!" gerutunya.
"Tenang Lami. Gua pastiin mereka yang bully lo bakal nyesal!" Lamera tersenyum jahat.
"Aargghh gila panas banget! Kapan keringnya sih ini baju? Gua mau ngadem!" Lamera jadi kesal sendiri. Meniup bajunya, maksudnya biar cepat kering.
Sebuah bola plastik terbang menerjang belakang punggung Lamera cukup kencang sampai membuatnya merintih kesakitan. Lamera menoleh ke belakang. Tidak ada siapapun. Tadi disiram air. Sekarang digebok pakai bola plastik. Benar-benar anak kecil kurang ajar!
"Bocah kampret!" pekiknya emosi.
Lamera sudah sangat geram. Ia berdiri. Lalu menginjak-nginjak bola plastik sampai gepeng. "Kampret! Sukurin lo! Mati lo! Mati lo! Jadi setan gepeng sekalian! Sukanya ngebully orang!!" Lamera tersenyum puas melihat bola plastik sudah gepeng.
"Heh, heh! Kok bola gua dirusakin?" seorang cowok berlari ke arah Lamera. Terkejut melihat bolanya yang sudah habis dibantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Back to School (TAMAT dan SUDAH TERBIT)
Jugendliteratur*SUDAH TERBIT, TERSEDIA DI GRAMEDIA ATAU TOKO BUKU ONLINE* (FOLLOW SEBELUM MEMBACA. TINGGALKAN JEJAK KOMEN DAN VOTE) *Mulai 6 oktober 2020 *Selesai 17 juli 2021 Rank 1 in #youth tgl 15/11-2020 Rank 1 in #bar-bar tgl 25/11-2020 Rank 1 in #lucu tgl 19...