39.

6.9K 780 26
                                    

^^Happy Reading!!!^^
Jan lupa tingalin jejakkkkk
.

.

.
❄❄❄

Dengan cepat seseorang itu berjalan ke arah mereka, menarik tangan Grace agar berdiri lalu berucap dengan tegas, "Pulang!"


Keduanya tersentak. Menoleh ke pelaku yang ternyata adalah Nathan, menatap mereka dingin.

Tanpa memperdulikan tatapan terkejut dari mereka, pemuda itu segera mengenggam erat tangan Grace dan membawanya keluar.

"Eh tunggu dulu, gue masih mau ngomong sama Grace." Raka mencegah, berusaha mensejajarkan langkahnya dengan Nathan dan Grace.

Karena kesal, Nathan menatap sinis ke arah Raka. "Bacot!"

Ke-sinis-an Nathan membuat Raka menghentikan langkahnya. Lagipula, Grace juga sudah mengisyaratkan lewat tatapan mata bahwa dirinya baik-baik saja.

Hingga sebelum mencapai pintu mereka melihat Anggun yang sedang menyapu.

"Tan, Saya izin pulang ya." Nathan berdiri di hadapan Anggun, kemudian mencium tangannya, diikuti Grace.

Tatapan Anggun beralih ke Grace. "Eh? Grace juga mau pulang? Cepet banget?"

"Iya Tan, dia ada urusan sama Saya." Bukan Grace yang menjawab, melainkan Nathan dengan senyum tipisnya.

"Ya sudah. Hati-hati di jalan ya ...."

Setelah mengangguk, Nathan segera membawa Grace ke mobil.

Oh iya Anggun tidak menanyakan perihal sekolah Grace karena gadis itu sudah berganti pakaian sebelum sampai di sana. Gadis itu juga tidak membawa tas berhubung hari ini hanya mengambil raport.

Ok back.

Suasana dalam mobil masih saja hening. Aura yang dikeluarkan Nathan mampu membuat bulu kuduk Grace berdiri. Tatapan tajam serta raut dinginnya sudah jelas menunjukkan bahwa is sedang marah.

"Kenapa pipi lo?" Sekian lama diam, Nathan memilih membuka suara. Masih dengan raut dinginnya.

Grace gelagapan, kalau dia memberi tahu pasti Nathan akan marah karena ia tak menelfonnya saat diserang tadi pagi.

Tapi kalau bohong, Nathan juga akan marah karena dirinya tak jujur. Sehingga gadis itu memilih untuk tetap diam.

Nathan menepikan mobilnya. Tepat di tempat penyerangan Grace tadi pagi. "Kenapa diam?"

Keadaan yang sepi ditambah Nathan yang menatapnya penuh selidik membuat dadanya berdegup kencang. Hanya menunduk yang ia lakukan

Gadis itu memberanikan diri menatap Nathan. "Gue rasa lo udah tau. Jadi buat apa gue jawab?"

"Artinya lo nggak mau jujur?"

Grace bingung sendiri menjelaskannya. "B-bukan gitu ...."

"Udah ada Raka jadi gue nggak penting? Gue dibuang?"

Pertanyaan Nathan mampu membuat Grace meringis. Hatinya tertohok. Sungguh, bukan itu maksudnya.

"Nggak usah ngaco! Lo tetep penting bagi gue. Jaga kata-kata lo ta-"

"Bohong! Kalo gue penting bagi lo, lo bakal telfon gue bukan malah Raka."

Kening gadis itu berkerut. Tambah bingung saat Nathan menyodorkan video dalam ponselnya. Seketika ia membelalak kaget.

TheRealSadGirl! (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang