"El.."
Panggilan seseorang berhasil membuat dadanya kembali berdenyut dan matanya memanas.
Sebelum Grace berbalik, ia menormalkan ekspresi wajahnya menjadi datar.
Alis terangkat sebelah merupakan respon yang diberikan olehnya.
"Mama mau ngomong ...." Seseorang yang memanggilnya tadi adalah ibunya -Jingga Ailen-
Grace tetap tak bergeming dari tempatnya membuat ibunya kembali beucap, "Mama sama pap--"
"Saya sibuk." Setelah memotong ucapan ibunya, Grace membawa Gina keluar. Rautnya berubah sendu kala memasuki mobil.
"Kak ... kita mau kemana??"
Grace tertegun mendengar suara adiknya. Ia harusnya menghibur sang adik, bukan malah melamun seperti tadi.
"Eh iya, ke Mall mau? Kan kamu mau beli baju dulu."
Gina berbinar mendegarnya. "Horeee ke Mall. Nanti beli ice cream juga ya kak?"
"Haha iyaa."
❄❄❄
Mereka -Grace dan Gina- tengah berada di Mall dengan menenteng berbagai barang belanjaan. Grace bisa mendapatkan penghasilan karena ia telah berhasil mendirikan berbagai macam gedung silat dari hasil tabungannya dulu.
Mulanya ia hanya bisa mendirikan satu dan itupun sangat sederhana, namun karena banyak yang minat jadilah gedung itu memiliki banyak cabang. Bukan cabang sih, lebih tepatnya gedung lain. Karena Grace mendirikan bukan hanya 1 jenis silat saja.
Ok back to topik.
"Kak, nanti kakak pulang ke rumah mama papa kan?" tanya Gina sembari menjilati ice creamnya. Mereka kini tengah duduk di kursi dekat time zone.
"Engga dek."
Jawaban Grace membuat Gina murung. Bagaimana tidak? Sudah seminggu ini kakaknya tidak pulang dan sekarang malah tidak pulang lagi.
Gina memanyunkan bibirnya, "Ish, kakak mah. Kenapa si gak pulang aja. Gina sendirian tau mainnya."
"Eumm, ka-kak ... kakak banyak tugas. Haha iya, banyak tugas dek," jawabnya kikuk.
"Ish, kapan sih tugas kakak selesai. Perasaan dari dulu gak selesai-selesai deh," kesal Gina.
"Eh tapi tau gak kak. Mama sama papa masih berantem terus tauu, sampe waktu itu Gina kebangun."
Inilah alasannya ia tak mau pulang ke rumah. Ya, keluarganya tidak baik-baik saja. Tapi ... ada alasan lain yang memperkuat ketidak inginannya pulang.
Grace memalingkan wajahnya. "Oohh itu, mereka lagi latian debat dek. Biar menang makanya mereka berantem. Itu juga pura-pura kok."
Gadis kecil itu tampak berfikir. "Tapi serem tau kak. Mukanya kayak beneran marah, Gina jadi takut deh. Gina ikut kak El aja ya?"
"Jangan dong. Nanti kalau mama papa sendiri gimana? Lagian kan mereka debat biar menang ...."
"Menang ego maksudnya," lanjutnya dalam hati sambil tersenyum miris.
"Tapi Gina takut kak.." Gina menunduk melihat kaki-kakinya yang berayun.
"Gini aja. Kalau mereka lagi berantem, eh pura-pura berantem maksudnya, Gina gak boleh keluar kamar. Kunci kamarnya terus tutupin kuping Gina pake apa aja biar gak kedengeran gimana?" Sarannya dengan wajah yang pura-pura semangat.
Gina mengetukkan jarinya ke ke dagu seolah tengah berfikir. "Emm..bagus juga tuh kak. Iyadeh Gina gitu ntar kalo mereka lagi pura-pura berantem."
Melihat sang adik yang begitu antusias membuat dadanya kian sesak. Sampai kapan ia harus berbohong pada adiknya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
TheRealSadGirl! (SELESAI)
Teen FictionSaya akui, part" awal memang sgt membosankan. Maka dari itu, mari baca sampai akhir.. Atau coba saja baca sampai part 7, kalau ttp gasuka bisa d skip. BLURB : Hanya kisah tentang seorang gadis yang dulunya ceria, bawel, care, dan murah senyum menjad...