53.

8.4K 787 15
                                    

^^Happy Reading!!!^^
Jan lupa tinggalin jekakkkk
.

.

.
❄❄❄

Semenjak kedatangan Grace ke rumah orangtuanya dan meminta maaf, Rey sudah tidak menjalin hubungan dengan gadis manapun. Begitu juga dengan Jingga. Ia menjaga jarak dengan Rendro.

Sampai ... video pelecehan Grace tersebar. Video itu diedit sedemikian rupa hingga menampakkan kejadian yang berbanding terbalik dengan faktanya.

Rara. Gadis itu masih memiliki dendam pada Grace. Oleh sebab itu, ia mendekati Rey dengan alibi membantu perusahaan.

Tentu saja Grace tak akan tinggal diam. Ia akan menghancurkan Rara malam ini juga.

"Chel, lo yakin mau ikut? Biar gue sama Raka aja ya?" Nathan membujuk ketika mereka menuju mobil untuk ke lokasi Rara. Sedangkan Raka sudah berangkat duluan untuk mengurus sesuatu.

Gadis itu diam tak menjawab membuat Nathan menghela nafas. Beberapa langkah lagi akan memasuki mobil, tapi Grace menghentikan langkahnya diikuti Nathan yang memandangnya kebingungan.

"Kenap--"

Grep!

Pemuda itu mengerjapkan mata saat Grace memeluknya dengan erat. Walaupun bingung, ia tetap tersenyum kecil dan membalas pelukan sahabatnya.

"Maaf," lirih Grace sembari memejamkan mata. Dagunya ia taruh pada bahu Nathan.

Nathan juga memejamkan matanya. Menikmati pelukan pertama kali yang sahabatnya berikan. "Harusnya gue yang minta maaf. Gue gagal jaga lo. Gue ceroboh. Maafin gue, Chel. Lo boleh marah, lo boleh hajar gue. Tapi, gue mohon jangan diem seolah-olah lo nggak papa. Itu ... buat gue sakit.

Jangan benci gue juga. Gue nggak sanggup. Gue udah bilang kan kalo lo sebagian dari hidup gue. Gue janji bakal--"

"Nggak perlu janji," potong Grace. "Gue percaya sama lo."

Pemuda itu tersenyum. "Makasih. Setelah ini semua selesai, gue bakal nikahin lo. Nggak usah mikirin Raka, nggak usah mikirin Vita. Yang terpenting sekarang itu ... kita."

Grace menggeleng disela pelukannya. "Nggak perlu. Lo ada buat gue sebagai sahabat aja udah lebih dari cukup."

Keduanya terdiam beberapa saat. Memilih menikmati pelukan yang entah kapan akan berakhir.

"Nath?"

"Ya?"

"Makasih udah selalu ada buat gue. Makasih udah mau jadi penyemangat gue. Makasih udah selalu nemenin gue. Makasih udah mau nerima gue apa adanya. Makasih udah jadi sahabat gue. Lo sama Gina adalah hidup gue. Kebahagiaan kalian adalah kebahagiaan gue."

Mengernyitkan dahi tanda tak paham, perasaan Nathan tiba-tiba menjadi tak karuan hanya karena kalimat Grace. "Lo ngomon apasih Chel?"

Ketika Nathan hendak melepas pelukan, Grace menahannya.

"Gue selalu berterimakasih sama Tuhan karena udah ngirim kalian di kehidupan gue. Tanpa lo, gue nggak bakal sampe di titik ini. Jangan pernah salahin diri lo atas apa yang terjadi sama gue. Itu udah kehendak-Nya. Sekali lagi makasih ya?"

Gadis itu melepaskan pelukan kemudian tersenyum manis. Mengusap dan mengusak pelan pucuk rambut Nathan lalu memasuki mobil yang dibalas kernyitan tak paham dari Nathan.

Entahlah, Nathan merasa aneh dengan sikap Grace yang satu ini. Sebelumnya, Grace tak pernah seperti ini. Tapi, dirinya mencoba untuk selalu postif thinking.

Ia juga ikut memasuki mobil. Sedikit melirik Grace yang kembali menampilkan raut datar. "Chel ... lo lagi pms?" tanyanya guna menghalau pikiran buruk yang muncul.

Grace menoleh, menganggukkan kepala setelah itu kembali menatap luar jendela. Lagi-lagi Nathan hanya bisa menghela nafas.

❄❄❄

Kini mereka telah tiba di suatu taman yang lumayan jauh dari perkotaan. Jam menunjukkan pukul 07.00 malam. Keadaan taman terlihat sangat sepi karena perintah Nathan untuk mengosongkannya beberapa saat. Hal itu ia lakukan agar rencana mereka berjalan dengan lancar.

Pemuda itu menghampiri Raka yang sedang memantau dua orang yang berada tak jauh di depannya. "Udah siap semua?"

Mendengar itu, Raka menoleh dan mendapati Nathan serta Grace. Dirinya mengangguk dengan yakin.

"Langsung aja." Grace menginterupsi.

Raka menarik nafas beberapa kali sebelum melangkah menghampiri mereka. Grace dibuat terkekeh kecil karenanya. Padahal hanya rencana biasa, namun pemuda itu sampai menarik nafas beberapa kali seperti orang gugup.

Melangkah maju dengan wajah kalem, Raka berhenti di hadapan Rey dan Rara dengan raut pura-pura terkejut. "Loh, Rara?"

Rara mendongak, menatap Raka dengan sebelah alis terangkat.

"Kamu ngapain di sini malem-malem?" Atensi Raka beralih pada Rey. "Sama Om-Om lagi? Kamu nggak ngapa-ngapain kan sayang?"

Mendengar kata 'sayang' Rey langsung  berdiri. "Sayang?" beonya.

Raka mengangguk disertai senyum sumringahnya. "Iya Om. Dia tunangan Saya."

Gadis itu melebarkan matanya. Ikut berdiri dan menatap tajam Raka. "Tunangan mata lo!"

"Kamu kenapa sih sayang? Aku tau kamu marah sama aku karena kemarin aku nolak jalan-jalan. Tapi jangan gini juga dong," balas Raka dengan wajah memelas.

Mengepalkan tangan dengan wajah emosi, Rara menjawab, "Nggak usah drama lo ya!"

"Drama apasih Ra?" Mata Raka melihat tangan Rara yang mengepal. "Loh? Cincin tunangan kita mana?"

Tak memperdulikan ucapan nyeleneh Raka, atensinya tertuju pada Rey yang daritadi memandangnya datar. "Jangan dengerin dia Om!"

Gadis itu membujuk Rey dengan wajah memohon. Bisa gagal rencananya jika Rey sampai percaya omongan Raka.

"Kalo nggak percaya Om liat deh tasnya, siapa tau cincin itu Rara taruh di tas." Raka menyela ketika Rara ingin angkat bicara.

Tak mengatakan apapun, Rey mengambil tas slempang Rara kemudian menggeledah isinya. Damn! Dia menemukan sebuah cincin, mirip dengan yang Raka pakai.

Dengan tatapan tajam dia berucap, "Saya menolak bantuan kamu. Saya tidak sudi dibantu gadis pembohong seperti kamu!" Setelah mengatakan itu, Rey berlalu. Meninggalkan Rara yang menatap benci pada Raka.

Sedangkan Raka hanya menampilkan wajah santai. Nathan dan Grace datang. Dan sekarang Rara mengerti bahwa ini adalah rencana mereka.

Bagaimana bisa Rara tau Rey adalah Papa Grace?

Hemm. Ingat saat Grace sedang di taman dekat rumahnya dan bertemu dengan Nathan tapi ia acuhkan? Yap! Saat itu Rara melihatnya. Dan rasa bencinya makin besar pada Grace.

Ok back.

"Sorry ...." Raka melepas cincin yang ia pakai. "Gue cuma akting."

Tatapan tajam Rara berikan pada mereka bertiga.

"Seru kejutan dari gue?" tanya Grace dengan tangan bersidekap.

Rara tersenyum miring. Tangannya mengambil sesuatu dari balik punggung.

"Kejutan dari gue lebih seru," balasnya sambil ... menodongkan sebuah pistol.

---







"Lo ... adalah hadiah terindah yang Tuhan kasih buat gue."

GracelliaLN~TRSG!







Siap ke bab selanjutnya??

TheRealSadGirl! (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang