51.

7.9K 776 27
                                    

^^Happy Reading!!!^^
Jan lupa tinggalin jejakkkk
.

.

.
❄❄❄

"Grace mana?" tanya Nathan pada Raka ketika dirinya sampai di kamar rawat Grace. Melihat gadis itu tak ada di kamarnya, membuat Nathan menautkan alis bingung.

Raka yang sedang memainkan ponsel menjawab tanpa menoleh, "Kamar mandi."

Tak lama kemudian, Grace keluar dari kamar mandi. Menatap datar ketika mendapati Nathan yang tengah tersenyum padanya. Sedikit mengernyit melihat luka di sudut bibir Nathan.

Pemuda itu mendekati Grace. "Gue tadi tanya Dokter, katanya lo udah boleh pulang sekarang."

Gadis itu tak menjawab, memilih berjalan menuju samping brankar untuk membereskan barang-barangnya.

Raka yang tengah fokus bermain ponsel mendongak. "Mau gue anterin?"

"Dia sama gue," potong Nathan seraya ikut membereskan barang-barang Grace.

Membuat Raka menatapnya malas. Tangannya terulur untuk menyentuh rambut gadis itu, tapi segera ditepis Nathan. "Nggak usah modus."

Grace tak meladeni pertikaian mereka. Dirinya ingin segera pulang, berkumpul bersama keluarganya. Ia membutuhkan ketenangan saat ini.

"Lo nggak boleh pulang dulu." Kalimat Nathan membuatnya menoleh dengan tatapan tajam. "Kita ke Markas. Biar gue selesein ini semua, baru lo bisa pulang ke rumah orangtua lo," lanjutnya lembut.

Raka hendak angkat bicara. Tapi panggilan dari ponsel membuatnya sedikit mengumpat.

Beberapa saat setelah menerima panggilan, Raka menghela nafas. "Grace, Bunda nyariin gue. Gue ... pulang duluan ya?" ucapnya lesu.

Gadis itu hanya mengangguk singkat.

Kini, tersisalah Nathan dan Grace. Nathan sedari tadi melirik Grace yang hanya memasang wajah datar. Tak berniat mengajaknya bicara.

"Lo udah makan?" tanyanya basa basi. Grace mengangguk sekali sebagai jawaban.

Pemuda itu mengulum bibirnya. Ragu ingin membicarakannya dengan Grace. "Emm ... nanti malem, gue sama Ayah Bunda ke rumah orangtua lo."

Gadis itu melirik dengan sebelah alis terangat. "Gue nggak mau nikah."

Nathan tersenyum tipis. "Tapi gue mau."

Berdecak ketika mendengar jawaban Nathan, Grace menjawab, "Percuma, kalo cuma karena rasa bersalah."

Jawabannya membuat Nathan tertegun. Ia menatap sendu gadis di dedepanya. "Bertahun-tahun kita barengan, lo pikir nggak ada rasa di hati gue?" Alibinya berusaha membuat Grace percaya.

Tapi ... yang ia dapat malah kekehan sinis. "Ada. Tapi nggak lebih dari sahabat."

Tak menanggapi ucapan Grace, Nathan lebih memilih membantunya membereskan barang-barang.

Keputusan Nathan kali ini sudah sangat bulat. Ia akan mencoba untuk mencintai sahabatnya mulai sekarang, dan ... mengubur dalam-dalam cintanya pada Vita.

TheRealSadGirl! (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang