41.

7.2K 804 27
                                    

^^Happy Reading!!!^^
Jan lups tinggalin jejakkkk
.

.

.
❄❄❄


"Penyerangan itu ditujukan buat gue. Jadi ...." ucapnya menggantung. Menarik nafas pelan sebelum melanjutkan. "Sebaiknya lo berdua jauh-jauh dulu sama gue."

Kedua pemuda itu melebarkan matanya terkejut. Sepertinya kepala gadis di depannya ini telah terbentur sesuatu hingga membuatnya sampa tidak waras.

"Lo--"

"Untuk sementara," potongnya saat Nathan ingin protes.

"Nggak bisa gitu dong!" sentak Raka tak terima.

"Lo gila!" Nathan bangkit dari duduknya. "Lo bener-bener nggak waras."

Grace menghela nafas. Ia sebenarnya juga tak mau seperti ini. Tapi menurutnya, inilah yang terbaik. Jika mereka jauh dari Grace, maka penyerangan itu akan lebih berfokus pada dirinya.

"Terserah kalian mau bilang apa. Intinya kita jaga jarak dulu."

"Lo nggak bisa gitu Chel. Kita hadapi sama-sama," pinta Nathan.

Raka pun membenarkan ucapan pemuda itu. "Iya Grace. Sama kayak lo nggak mau kita kenapa-napa, kita juga nggak mau lo kenapa-napa."

Gadis itu masih diam. Mencerna ucapan mereka. Sampai ... pandangannya jatuh pada tangan Nathan yang diperban.

Rasa bersalah kembali muncul di benaknya. Rasa sakit ketika melihat orang terdekatnya terluka.

Dengan tegas ia menggeleng. "Keputusan gue udah bulat."

Setelah mengatakan hal tersebut,  Grace pergi dari sana meningglkan Nathan dan Raka yang masih tak terima akan pernyataannya tadi.

Gadis itu memutuskan pergi ke Rumah Sakit, untuk mengobati lukanya serta memeriksa kepalanya yang terus berdenyut akhir-akhir ini.

❄❄❄

Hari semakin berlalu. Tak terasa, sudah 2 minggu sejak keputusannya untuk jaga jarak dengan Nathan dan Raka. Sepertinya Grace memang serius ingin melakukannya. Terbukti, sejak hari itu sikapnya bertambah dingin terutama pada Nathan dan Raka.

Dia menghindar. Bersikap seolah tak peduli, membuat Nathan maupun Raka uring-uringan.

Kebetulan juga sekarang masa libur panjang setelah pengambilan raport kemarin membuat Grace hanya lebih sering diam mendekam di rumahnya. Memantau perkembangan orang yang menyerangnya pun juga dia lakukan dari rumah.

Nathan dan Raka sering mengunjunginya, namun dia sama sekali tak keluar dari kamar.

Beginiliah posisinya, menelungkupkan kepala pada bsntal. Merenungkan sesuatu yang bahkan sebelumnya tak pernah terpikirkan olehnya.

Dirinya kehabisan kata-kata untuk mengungkapkan perasaannya kali ini. Sampai ... suara ponsel berdering mengalihkan atensinya.

Beralih ke posisi duduk , Grace mengernyit ketika mendapati nomor yang tidak ia simpan, Grace segera mengangkatnya.

"Halo?" Suaranya terdengar parau.

"Kak El?"

Grace tersentak. Suara ini ... suara yang sangat ia rindukan.

"Gina ...."

"Kakak kenapa nggak pulang-pulang?" Terdengar nada kesal dari seberang telfon. "Gina kangen tau, kakak sibuk banget ya?"

TheRealSadGirl! (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang