BAB 47

528 68 6
                                    

Aiden Martin menatap penuh amarah kepada Davinna Kinsey ketika ia melihat wanita itu berdiri di depan pintu Unit Gawat Darurat. Wanita itu memohon kepadanya dengan mata berkaca-kaca, berusaha menjelaskan. "Aiden, please. Dengarkan aku terlebih dahulu."

"Shut the fuck up, Davinna Kinsey."

Davinna menggigit bibir bawahnya dengan tangis yang berusaha ditahannya. "Please, beri aku  kesempatan sebelum kamu menyimpulkan semuanya."

"Menyingkir dari tempat kamu berdiri." Aiden mengeraskan rahangnya menahan dirinya untuk tidak menarik tangan Davinna menjauh dari pintu itu. Helene, wanita yang ia cintai ada di dalam sana...

"Tidak. Tidak sebelum kamu mendengarkan aku." Davinna berlutut dan memelas. Ia menangis dan ia sangat menyesali apa yang telah ia lakukan.

"Davinna Kinsey, aku tidak perduli satu katapun dari kamu. Wanita yang aku cinta ada di dalam sana dan kamu menghalangi jalan aku."

"Please, Aiden."

Aiden menarik rambutnya ke belakang dan memegang pangkal hidungnya. Cukup. Aiden tidak peduli mendengar tangisan Davinna dan ia mengangkat tubuh Davinna ke samping agar ia bisa masuk. 

"Aiden!" panggil Davinna dengan keras dan lantang. 

"..."

Ketika Aiden sama sekali tidak menoleh, Davinna berteriak kepadanya. "Tiga tahun yang lalu aku hamil, Aiden!"

Seperti disambar petir, Aiden menghentikan langkahnya. Membeku mendengar perkataan Davinna yang membuatnya sangat terkejut. Hamil?

"..."

"Aku adalah orang yang membuat rencana ini agar kamu tidak tahu kalau aku sedang hamil pada saat itu." Davinna Kinsey terisak tangis ketika ia mencoba menjelaskan kepadanya. "Aku memberi tahu Liam dan memaksanya melakukan semua ini karena aku tahu bahwa kamu tidak akan memaafkan aku kalau saja kamu tahu aku hamil, Aiden."

Aiden Martin mengepalkan tangannya hingga buku jarinya memutih. Davinna Kinsey membuatnya sangat marah. Davinna Kinsey mengkhinati dirinya. "Brengsek," umpat Aiden sebelum menoleh untuk menatap Davinna.

"Kamu anggap aku sebagai apa saat itu sehingga Liam menjadi yang pertama?" Aiden bertanya dengan sinis dan menoleh.

 "Who's the man, Vin?" tanya Aiden dengan tegas.

Davinna Kinsey menangis dan ia mendekati Aiden untuk memeluk pria itu. Tetapi Aiden sama sekali tidak membalasnya. Rahangnya mengeras dan ia menuntut jawaban. Ia membutuhkan jawaban. Namun Davinna terus menangis membuatnya sangat muak. "Is it Liam, Vin? You were carrying his child this whole time?"

"..." 

Hanya ada tangisan. Aiden tidak mendapatkan jawabannya dan ia menjauhkan tubuh Davinna agar ia bisa menatap wajah wanita itu yang sekarang sudah memerah karena terus menangis. 

"The answer, Vin." Aiden tidak tahu mengapa ia merasakan matanya memanas. 

Ketika Davinna menatapnya, Aiden sangat berharap agar Davinna Kinsey tidak mengatakan bahwa Liam adalah pria itu. Davinna menggigir bibir bawahnya dan membuka mulutnya, "Kamu tidak mengerti, Aiden. Liam hanya mencoba membantu aku untuk--"

"Fuck," maki Aiden sembari menarik rambutnya ke belakang.

"Aiden kamu harus mendengarkan aku dulu."

"Mendengarkan kamu? Enough, Vin. I'm done with you. I'm done believing you."

Davinna Kinsey berbicara, "Liam dan aku tidak pernah melakukannya, Aiden. Kamu tahu seberapa besar rasa cintanya kepada Helene, right? He loves her, Aiden."

CHOOSE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang