BAB 33

830 104 9
                                    

Malam ini Aiden tidak akan berhenti untuk mencium Helene karena perempuan itu terus saja membuatnya tidak bisa menghindari setiap perubahan kecil yang terjadi padanya. Ia menatap Helene yang berdiri tanpa sehelai kain yang menutupi dirinya. Aiden melepaskan kacamatanya dan meletakannya di atas meja. Ia meraih pinggang Helene yang begitu mulus untuk menempel kepadanya.

"I'll take the risk, Len." Aiden berbisik dan ia mencium leher Helene dengan lembut. Ia menggerakkan tangannya dari pinggang Helene kemudian naik untuk menyentuh payudara-nya. "This," kata Aiden kemudian meremasnya. "Aku sangat ingin menyentuhnya."

Aiden mendengar Helene mengerang ketika ia mulai lebih menurunkan ciumannya untuk mencecap puting Helene yang mengeras. Aiden bernapas tidak teratur dan ia merasakan Helene menarik rambutnya ke belakang. Membuat Aiden mendongak dan secepatnya mencium bibir Helene dengan tergesa. "Aiden..."

Aiden menggigit bibir bawah Helene kemudian mengisapnya sebelum pria itu berbisik rendah, "So delicious, Len."

"Aiden..." Helene mendesah dan Aiden sibuk mencari ikat pinggangnya tanpa melepas bibir mereka berdua yang saling berpaut.

"I addicted to your lips, Len." Aiden kembali meremas payudara Helene dan ia mendengar Helene mengerang sekali lagi. Aiden begitu puas setiap kali ia mendengar Helene mengerang atau mendesahkan namanya.

"God, Aiden...."

"I can't stop kissing you," kata Aiden kepadanya. Pria itu mengumpat ketika ia kesulitan mencari cara untuk melepas ikat pinggangnya sendiri. Helene tertawa saat ciuman mereka terlepas dan ia menatap Aiden yang terengah-engah.

Pipi Aiden memerah dan Helene memegangnya. Aiden sudah akan kembali menciumnya jika Helene tidak menahannya. "Aiden, badan kamu panas."

Aiden tidak peduli karena ia sangat menginginkan Helene Allard di atas ranjangnya saat ini juga. Miliknya sudah mengeras dan ia membutuhkan Helene untuk itu. Ia bisa merasakan jika tubuhnya menggigil tapi ia ingin terus melanjutkan apa yang Helene mulai.

"I said i'll take the risk, Len." Ia mencium Helene dan mendorongnya sampai Helene terjatuh di atas ranjang mereka. Aiden kali ini membuka kancing kamejanya sendiri dan tatapannya tertuju pada Helene Allard yang sedang telanjang dibawahnya.

"Aiden, kamu demam." Helene mencoba bangkit agar Aiden berhenti. Tetapi pria itu mengurungnya dengan kedua kakinya membuat Helene tidak bisa bergerak.

Ketika Aiden melempar kamejanya sembarang, ia bisa merasakan tubuhnya menggigil karena udara yang begitu dingin. Ia menatap sayu Helene yang terlentang telanjang dibawahnya sebelum jatuh dan menindih tubuh Helene.

"Let me touch you, Len," gumam Aiden pelan karena mulai tidak sadarkan diri. Ia bernapas diceruk leher Helene dan menciumnya. Ia tersenyum dan menambahkan sebelum benar-benar kehilangan kesadarannya. "Let me take care of you."

*

Pagi itu Helene Allard bertanya kepada Margaret tentang rasa dari hasil masakannya pagi ini. Ia sudah bangun sejak jam lima pagi hanya untuk membuat Banger and Mash.

"Apakah enak?"

"Yes, Nyonya Helene. It tastes delicious," jawab Margaret ketika selesai mencicipi satu sendok Banger and Mash yang dimasak Helene untuk mereka bertiga.

Pipi Helene memerah mendengar jawaban Margaret. Ia teringat dengan perkataan Aiden tadi malam ketika pria itu....

"Selamat pagi tuan Aiden." Margaret menyapa Aiden yang baru saja keluar dari kamar dengan pakaian lengkap. Pria itu memakai kameja biru tua dengan dasi yang belum diikat melingkar di lehernya.

"Good morning, Margaret," jawab Aiden dan pria itu menatap Helene yang masih mengenakan celemeknya.
Helene segera mendekati pria itu dan menyentuh dahinya, "Aiden, badan kamu masih panas."

"Good morning, Len." Aiden tersenyum dan mencium pipi Helene. Ia melihat arlojinya yang menunjukkan pukul tujuh pagi kemudian duduk untuk memakan makanannya. Ia mulai memasukkan Banger and Mash buatan Helene ke dalam mulutnya dan berkata, "Hmm, ini enak. Apa kamu yang membuatnya, Margaret?"

Helene menyipitkan matanya mendengar pertanyaan Aiden. Apa pria itu tidak melihat dirinya yang sedang memakai celemek? Helene bersikap tidak peduli dan ia menarik piring pria itu agar Aiden tidak dapat memakannya. "Aiden kamu masih demam dan kamu harus beristirahat di kamar."

"Like i said last night, Helene Allard. Aku punya meeting penting jam delapan pagi dan aku akan terlambat jika kamu tidak mengembalikan makanan aku sekarang." Ia mengambil lagi makanannya dan memakannya dengan lahap.

"Margaret, berapa lama kamu mengikuti kelas memasak? Banger and Mash-nya enak sekali."

Margaret melihat Helene dengan rasa tidak enak karena Aiden yang salah paham, "Bukan seperti itu, Tuan Aiden. Tadi pagi--"

"Aiden kamu masih demam dan kamu tidak akan bekerja hari ini." Helene memotong perkataan Margaret dan tersenyum kemudian menggeleng. Ia menyuruh Margaret meninggalkan mereka berdua agar ia bisa memarahi Aiden Martin.

"Sekretaris aku akan sangat sibuk mengatur jadwal aku lagi jika aku tidak bekerja hari ini."

"Aku baru saja selesai berbicara dengan sekretaris kamu kalau kamu sedang sakit dan tidak bisa bekerja hari ini. Ia mengerti dan berharap agar kamu segera sembuh. Jadi, Aiden Martin, aku akan membawa kamu ke dokter hari ini." Helene berbicara sangat panjang tetapi Aiden tidak memperdulikan hal yang lain selain Helene yang baru saja berbicara dengan sekretarisnya. Aiden tidak akan panik jika saja ia sudah membuka blokir nomor Davinna di handphone-nya.

"Kamu berbicara dengan sekretaris aku?" Aiden bertanya untuk memastikan dan Helene mengangguk.
"Iya dan dia mengerti. Katanya dia bisa menunda rapat kamu dan kamu bisa beristirahat serta tidak mengkhawatirkan pekerjaan kamu di kantor."

"Kamu berbicara dengan sekretaris aku?" Aiden harus memastikan jika ia tidak salah dengar sebelum sesuatu yang buruk akan merusak semuanya. Ia sampai harus berhenti memakan makanannya untuk memastikan hal itu.

Helene mengernyitkan keningnya dan mengangguk lagi. "Iya, sekretaris kamu. Gina Lyn adalah sekretaris kamu, right? Ia memberitahu namanya ketika aku memperkenalkan diri aku."

Aiden kembali bertanya, "Jadi kamu berbicara dengan Gina Lyn?"

"Kamu sudah bertanya sebanyak empat kali tentang sekretaris kamu, Aiden. Dan, iya. Aku berbicara dengan sekretaris kamu yang bernama Gina Lyn."

Aiden menarik napas dan mengangguk mengerti, "Fine. Aku tidak akan ke kantor kalau begitu," kata Aiden kepadanya dan kembali melanjutkan makannya yang sempat tertunda. Helene menatapnya dengan bingung dan bertanya, "Kamu tidak akan ke kantor karena sekretaris kamu yang bernama Gina Lyn?"

Aiden tertawa mendengar pertanyaan Helene yang tidak masuk akal. "Apa kamu sedang cemburu?"

Helene menatap tidak percaya kepada Aiden yang kini sedang menatapnya dengan senyum lebar. "I'm just asking, Aiden Martin. Teman tidak boleh cemburu."

Helene menjawab pertanyaan Aiden kepadanya dan pria itu mendekatinya. Ia berbisik di telinga Helene, "Teman tidak membuka handuknya di depan temannya, Len."

Helene terdiam dan ia menggigit bibirnya. Pipinya memerah dan Aiden menciumnya, "Aku tidak jadi ke kantor karena kamu, Helene Allard. Calla-Lily aku sedang khawatir jadi aku harus menurutinya." Aiden menghabiskan makanannya dan menatap Helene yang membisu.

Aiden tersenyum kepadanya kemudian meminum air putih yang ada di gelasnya. Satu hal yang tidak Helene ketahui adalah sejak awal Aiden Martin sudah menggodanya.
"Banger and Mash buatan kamu sangat enak, Len."

TBC

***

Note : Hmm Helene yang sudah mulai khawatir dan Aiden yang....

Dukung cerita ini dengan cara vote dan komen ya! Biar saya juga bisa lebih cepat publish-nya hahahaha.

Love by, Ann

CHOOSE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang