BAB 14

2.1K 133 8
                                    

Setiap sebulan sekali Liam memiliki kegiatan rutin dimana pria itu akan pergi selama satu hari penuh dan pulang sangat larut. Seperti yang terjadi hari ini. Hari ini Liam tiba pada pukul dua dini hari dan pria itu menemukan tubuh Helene yang sedang terlelap di sofa di dalam kamarnya.

Liam tersenyum dan mendekatkan tubuhnya. Mengangkat tubuh kecil Helene dan perempuan itu menggeliat di dalam pelukannya. "Kamu sudah pulang?" gumam Helene. Perempuan itu menempelkan wajahnya ke dada Liam dan menghirup aroma tubuh itu.

"Iya, sayang," balas Liam. Menunduk dan memgecup puncak kepala Helene sebelum menurunkan Helene di atas ranjang mereka.

"Kamu dari mana sih?"

Liam terkekeh dan ikut berbaring disamping Helene setelah melepaskan kaos dan celananya. "Tidur ya Len, sudah malam."

"Kamu darimana?" Helene mengulangnya dan matanya kini sudah terbuka lebar.

"Kamu perlu tidur."

"Liam, ini pukul dua dini hari dan aku sudah cukup tidur. Yang aku butuhkan sekarang adalah jawaban kamu."

"Len, baby, aku sangat lelah dan aku ingin tidur sementara kamu memeluk aku."

"Liam!" Helene melepaskan rangkulan Liam ketika pria itu hendak membawanya ke dalam pelukannya.

"Are we going to have this conversation sekarang, Len?"

Helene tahu Liam lelah tapi dia benci ketika Liam selalu menghindari pertanyaannya disetiap kali Helene bertanya. "Yes, Liam. We are going to have this conversation."

"I'm tired. I need to sleep and i need you to hug me, Len. Just sleep baby dan kita akan membicarakan mengenai hal ini besok."

"This is tomorrow, Liam. Kamu selalu menghindari pertanyaan aku." Helene memperhatikan dan melihat sikap Liam yang selalu seperti ini disetiap bulan. Pergi dari pagi dan pulang pada pagi dini hari.

"Helene--"

Helene mengerutkan keningnya ketika dia melihat hidung Liam mengeluarkan darah. "Liam, kamu mimisan," potong Helene dengan cepat dan bangkit untuk duduk.

"Duduk dan angkat kepala kamu ke atas. Aku akan mengambil tisu sebentar," kata Helene dengan khawatir. Dia segera berdiri dan mengambil tisu sekaligus air putih.

"Kamu kenapa?" Helene membersihkan darah yang keluar dengan lancar dari hidung Liam dengan hati-hati dan penuh kepanikan. "Kenapa bisa sampai mimisan?" Darah itu tidak berhenti untuk turun dan tisu yang Helene punya sudah akan habis.

"Darah kamu banyak sekali, Liam. God Liam, ada apa sebenarnya?" Helene kembali bertanya dengam khawatir dan tangannya bergetar. Dia takut melihat darah tetapi dia lebih takut melihat Liam kenapa-napa.

"Suhu badan kamu sangat panas. God, ini salah aku--aku memaksa kamu, Oh tuhan kenapa darah kamu tidak berhenti keluar?"

"Liam kamu pucat. Ya tuhan, ini salah aku. Ini semua salah aku--"

"Helene, jangan panik. Aku baik-baik saja--"

"No! No, you are not dan ini karena aku."  Helene secepatnya melepas gaun tidurnya dan menggantinya untuk menyumbat hidung Liam sebentar.

Liam tertawa kecil. Pria itu tersenyum sampai matanya menyipit. Liam terlihat santai sekali dengan kondisi hidung mengeluarkan darah dan wajah yang begitu pucat. "Sekarang kamu khawatir. Padahal tadi marah-marah."

"Liam!"

"I'm fine Helene. Just hug me and we're going to sleep."

"Kamu tidak baik-baik saja."

"Len, baby..."

"Kita harus ke dokter, Liam. Badan kamu panas."

"Peluk aku, Len. Peluk aku dan semuanya akan baik-baik saja. Aku lelah untuk bergerak banyak. Yang aku ingin sekarang adalah tidur disamping kamu dan kamu memeluk aku," Liam menjeda dan menyadari bahwa kini Helene hanya mengenakan bra dan celana dalamnya.

"Sekarang aku jadi tidak yakin jika kita hanya akan berpelukan," sambung Liam dan pria itu kembali tertawa.

"Kamu mimisan sangat banyak dan yang kamu lakukan adalah tertawa?"

"Yes, and i'm going to do this." Liam menarik Helene mendekat dan dia mencium bibir Helene.

"Liammm darah kamu ada di bibir aku!"

Liam tertawa sekali lagi dan menarik tubuh itu untuk duduk di atasnya. Liam menatapnya dengan intens sementara tangannya membersihkan sisa darah dari hidungnya.

"Kiss me, Len."

"Liam--"

"Cium aku dan aku akan baik-baik saja. Peluk aku dan aku akan baik-baik saja. Len, kamu adalah obat aku sekarang.
Kita akan membicarakan ini besok karena aku sangat ingin tidur dipelukan kamu saat ini."

TBC

_____

Note: terimakasih sudah mau membaca cerita ini. Jangan lupa vote, komen, dan share ceritaku ya.

CHOOSE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang