BAB 34

814 109 17
                                    

Aiden dan Helene baru saja pulang dari rumah sakit setelah perdebatan panjang mereka di depan dokter Jared. Dokter Jared menyarankan agar Aiden tetap di rumah sakit sampai ia pulih agar penyembuhannya bisa lebih cepat dan Helene menyetujuinya. Tetapi Aiden membantah dan memaksa untuk tetap pulang dan meminum obat saja sudah cukup.

"Kamu harus mendengarkan dokter Jared jika ingin cepat sembuh, Aiden. Aku tidak mengerti dengan jalan pikiran kamu." Helene berbicara kepada Aiden yang keras kepala sedang duduk di kursi belakang bersama dirinya. "Katakan kepada Aiden, Margaret. Kalau pria ini sangat keras kepala."

Margaret yang sedang mengemudi melihat Aiden dan Helene dari kaca mobil dan tersenyum, "Tuan Aiden sangat keras kepala."

"Margaret, saya menggaji kamu bukan untuk menuruti perkataan istri saya." Aiden yang merasa tidak enak badan menjawab dengan lemah dan menyandarkan kepalanya di paha Helene.

"Tetapi tuan Aiden juga biasanya langsung sembuh dengan cepat hanya dengan meminum obat dari resep dokter," kata Margaret melanjutkan kalimatnya. Membuat Aiden terkekeh kecil dan menambahkan, "See, Len? Aku bisa sembuh hanya dengan meminum obat dari dokter. Kamu saja yang terlalu terpengaruhi dengan dokter itu."

"Berapa banyak kamu menggaji Margaret, Aiden?"

Aiden kembali tertawa begitu juga dengan Margaret. "Kamu tidak bisa mengambil Margaret, Len. Dia bekerja untuk aku." Aiden memindahkan tangan Helene di kepalanya dan ia merasakan Helene mengelus lembut disana.

Helene tidak mendengarkan perkataan Aiden dan memilih berbicara kepada Margaret. "Well, Margaret, aku baru saja teringat kalau ternyata kamu sering membicarakan aku kepada Aiden tanpa sepengetahuan aku. Kamu seharusnya tidak melakukan itu."

Mobil sudah memasuki halaman rumah mereka dan Margaret menjawab, "Itu.. saya melakukan itu karena tuan Aiden yang menggaji saya."

Kali ini Aiden terkikik geli dengan lemas mendengar jawaban Margaret. "Ingatkan aku untuk menaikkan upah kamu, Margaret. Kamu bekerja sangat baik."

Helene mengernyitkan alisnya tidak suka dan ia memindahkan kepala Aiden yang sedang pria itu sandarkan di pahanya. "Aku adalah istri Aiden, Margaret. Kamu juga bekerja untuk aku."

Aiden tersenyum dan pria itu menatap Helene dari bawah. "Kamu adalah apa, Len?" Ia ingin mendengar sekali lagi kalimat Helene yang tadi.

Helene menatapnya dari atas dan menjawab, "Aku adalah istri kamu, Aiden Martin. Katakan kepada Margaret kalau dia juga harus bekerja untuk aku karena aku adalah istri dari orang yang menggajinya."

Aiden makin tersenyum dan kembali bertanya kepada Helene karena ia begitu bahagia mendengarnya. "Katakan sekali lagi, Len. Kamu adalah apa?"

"Aku adalah istri kamu, Aiden Martin." Helene menjawabnya lagi dan mobil sudah berhenti di depan rumah mereka. Margaret kemudian angkat bicara, "Kita sudah sampai, tuan Aiden."

"Margaret mulai sekarang kamu harus mengikuti apapun perkataan istri saya dan tidak membela saya lagi," kata Aiden kepada Margaret sebelum wanita paruh baya itu membuka pintu mobil. Ia melihat Helene tersenyum dan kemudian ia melanjutkan, "Hanya jika Helene mengatakan kalau dia adalah istri saya."

Raut wajah Helene berubah kesal dan ia melihat wajah Aiden yang pucat dibawahnya. "Ikuti apapun kemauan istri saya, Margaret. Ikuti apapun itu hanya jika dia mengatakan kalau dia adalah istri aku."

Aiden menyadari satu hal yang tidak bisa ia tarik kembali hari ini. Aiden tidak bisa menarik lagi perasaanya kepada Helene Allard karena ia sangat menyukai ketika Helene mengatakan bahwa ia adalah istri Aiden Martin.

*

Besok harinya, Aiden memastikan bahwa dirinya sudah sembuh dan ia melihat Helene yang sedang menyiapkan makanan bersama Margaret di dapur. Ia menyapa Helene dan Margaret kemudian duduk di meja makan untuk meminum kopi hitam yang sudah ada di atas meja. "Aku tidak akan sempat sarapan pagi ini. Gina menelepon aku tadi jam tujuh bahwa ada meeting pada pukul tujuh tiga puluh."

Helene menatapnya, "Kamu baru saja sembuh dan sekarang kamu tidak akan ikut sarapan. Berikan ponsel kamu, aku akan berbicara dengan sekretaris kamu." Ia mengulurkan tangannya kepada Aiden menunggu pria itu memberika handphone kepadanya. Tetapi yang dilakukan Aiden adalah ia meraih tangan Helene dan menciumnya. "Calla-lily aku sedang khawatir ya?"

"Aiden aku tidak bercanda."

Aiden menghabiskan kopinya dan mulai mengikat dasinya yang masih melingkar di lehernya. "I told you, Len. Aku sangat sibuk karena ada proyek baru dan beberapa persetujuan lain yang harus aku handle." Aiden berdiri dan ia merapikan kameja sendiri setelah selesai mengikat dasinya.

Helene terlihat cemberut membuat Aiden tersenyum. Akhir-akhir ini Helene lebih menunjukkan banyak ekspresi dan Aiden sangat menyukainya. "Don't worry, Calla-lily aku. I'm fine now."

Akhirnya Helene membuang napas dengan terpaksa dan mendekati Aiden. "Dasi kamu miring, Aiden," katanya kepada pria itu dan melepaskan dasi Aiden untuk ia ikatkan kembali.

Aiden menyipitkan matanya lalu ia menahan pergelangan tangan Helene yang sudah selesai mengikat dasinya. "Darimana kamu belajar mengikat dasi, Len?"

"..."

"..."

Aiden Martin merutuki dirinya sendiri saat ia menyadari bahwa ia telah melakukan kesalahan pagi ini. Ia mengingatkan Helene tentang Liam Argent dan itu membuatnya sangat menyesali apa yang baru saja ia lakukan. Helene pasti tidak akan berbicara kepadanya, memasak untuknya, berdebat atau bahkan menciumnya lagi.

"Len," panggil Aiden ketika ia melihat Helene tidak bergeming sama sekali. Mata perempuan itu hanya menatap dasinya dan tidak melakukan apapun selama beberapa detik. Aiden kemudian melihat Margaret yang berdiri dari tadi di belakang Helene berbicara tanpa bersuara.

"Saya akan meninggalkan kalian berdua," kata Margaret kepadanya dan Aiden mengangguk. Ia masih memegang pergelangan tangan Helene dan tidak beberapa lama kemudian Helene menatapnya dan tersenyum.

"Aku memutuskan untuk membawa makanan untuk kamu siang nanti. Bagaimana?"

Aiden tidak percaya mendengar tanggapan Helene dan ia kembali mendengar Helene berbicara, "Apa aku harus membuat janji dulu dengan Gina untuk bertemu dengan kamu?"

Aiden merasa khawatir tentang apa yang sedang dipikirkan Helene. Apa Helene marah kepadanya? Mengapa ia hanya tersenyum dan tidak menjawab pertanyaan? Aiden menunduk untuk mencium Helene karena ingin melihat reaksi perempuan itu.

"Good morning, Aiden Martin," kata Helene kepadanya dan tersenyum setelah ia menciumnya.

Apa Helene sudah melupakan Liam Argent? Aiden bertanya dengan kesal kepada dirinya sendiri karena ia sangat tidak mengerti apa yang terjadi kepada Helene. "Len, are you okay?"

"..."

Helene tidak menjawab dan Aiden menangkap manik mata Helene yang mulai berkaca-kaca. "Aku belajar mengikat dasi untuk Liam, Aiden. Aku belajar agar aku bisa mengikat dasinya setelah kita menikah dan seterusnya."

"..."

"But here i am, mengikat dasi kamu. Suami aku sekarang."

Aiden tidak menemukan kata-kata untuk menjawab Helene Allard. Ia merasa sangat brengsek karena sudah melakukan ini terhadapnya. Helene sudah memberanikan diri untuk menghadapi masa lalunya, tetapi ia pria yang sangat brengsek karena menempatkan Helene diposisi ini.

"Maafkan aku, Len," kata Aiden kepadanya dan Helene tersenyum. "Like you said before, Aiden. Liam tidak ada disini dan aku tidak bisa mengikat dasi Liam karena dia tidak ada."

Aiden akan menghukum dirinya sendiri karena apa yang telah ia lakukan kepada Helene Allard. "Len..."

"It's fine, Aiden. Like i said, aku akan mencobanya dengan kamu. Menjadi istri kamu dan melupakan masa lalu aku."

TBC

***

Note : Ramaikan cerita ini ya teman-teman biar semakin banyak dibaca ^_^
Jika kalian menemukan kesalahan kata/ typo, tolong ditandai ya.

Love by, Ann

CHOOSE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang