BAB 44

1K 125 27
                                    

Helene telah menemukan Liam Argent. Satu-satunya pria yang ia cinta dalam hidupnya. Ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini untuk berkurung diri di dalam kamarnya dan menangis karena pria itu telah melupakanya. Helene telah bertekad dalam hatinya bahwa ia tidak akan pernah menyerah sampai ia berhasil membuat Liam kembali kepadanya.

Helene sudah menyiapkan semuanya. Ia telah menghiasi dirinya dengan pakaian sangat seksi berwarna merah. Memakai lipstik berwarna merah senada dan juga rambutnya yang digerai sempurna. Dulu, Liam tidak akan pernah berpaling darinya kalau Helene sudah berpakaian seperti ini. Bahkan telepon dari orang tuanya pun tidak akan diangkat pria itu.

Helene melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul sebelas malam. Liam seharusnya sudah pulang dan ia seharusnya sudah mencium pria itu ketika pria itu menginjakkan kakinya di apartemen pria itu sendiri. Namun Liam tetap tidak kunjung datang hingga waktu menunjukkan pukul dua pagi dini hari. Helene yang tadinya hampir tertidur karena menunggu kedatangan pria itu langsung ikut tersadar ketika mendengar pintu apartemen terbuka.

Helene duduk di ranjang Liam menunggu Liam masuk dan menatap dirinya. Ia mengatur rambutnya kembali dan memangku kakinya. Ketika pintu terbuka, Liam nampak masuk dengan langkah sempoyongan miring kiri dan kanan. Helene melihat pria itu melepaskan kancing kamejanya dari paling bawah hingga atas.

Helene menahan dirinya untuk tidak langsung bangkit dan memeluk tubuh yang sangat dirindukannya. Helene harus membuat Liam menatapnya terlebih dahulu. Ketika Liam menekan tombol lampu dan ruangan sepenuhnya telah terang, pria itu memundurkan langkahnya ketika dia menatap Helene yang sedang menggunakan lingerie merah darah di atas ranjangnya.

"Kamu..." Liam menajamkan matanya dan menggelengkan kepalanya, mencoba untuk sadar dari dirinya yang sudah setengah mabuk.

"Helene Allard?!" Liam berseru ketika menyadari kehadiran wanita itu.

"Apa yang anda lakukan di apartemen saya pada pukul dua dini hari?! Bagaimana anda bisa masuk ke dalam sini dan--" Liam meneguk salivanya ketika melihat tubuh seksi Helene yang dibalut oleh pakaian minim bahan itu.

"...berpakaian tidak layak seperti ini?"

Helene tetap diam tidak menanggapi walaupun setiap kalimat yang dikeluarkan Liam sangat menyakiti hatinya. Perempuan itu hanya berdiri pelan - pelan dan melangkah dengan sangat anggun.

"Lima keinginan aku yang kamu langgar hari ini..." ucap Helene seraya berjalan perlahan mendekati Liam yang mematung.

"Yang pertama, kamu membentak aku." Helene menyunggingkan senyum dan menjentikkan jarinya ke kameja Liam. Membantu pria itu untuk melepaskan kamejanya.

"Yang kedua, kamu memaki aku." Helene mendekatkan dirinya dan mengecup dada telanjang Liam. Ia melemparkan kameja Liam sembarang dan mengunci pandangan mereka berdua.

"Yang ketiga, kamu tidak mencium aku hari ini. Keempat, kamu tidak mengatakan kamu mencintai aku. Dan yang kelima..." Helene berjinjit dan menggigit daun telinga Liam.

"Kamu lupa mencium dahi aku karena aku benar-benar sangat marah saat ini," lanjut Helene dengan suara rendah. Ia memundurkan kepalanya dan menatap Liam yang tidak bertindak apapun selain diam dan mendengarkan.

"Merah di tubuh aku... itu adalah kelemahan kamu kan, Liam?" Helene tersenyum menang.

"Setiap kissmark yang kamu berikan ditubuh aku dan setiap kali aku memakai baju berwarna merah... kamu pasti akan melakukan apapun itu untuk menyentuh aku."

"..."

Liam tidak bersuara namun jakunnya naik turun melihat lekuk tubuh Helene yang begitu indah. Karena biar bagaimana pun, Liam tetap seorang pria.

CHOOSE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang