"Truth or dare... Come on!" Liam terus saja membujuknya agar memainkan permainan yang sangat tidak ingin ia mainkan itu.
"Aku janji truth or dare yang ini akan sangat berbeda dari biasanya." Liam menarik tangannya agar Helene bisa berjalan beriringan dengannya tanpa jarak yang luas.
"No, no, no..." Helene tertawa dan tetap saja menolak. "I know you, aku bahkan yakin jika dare dari kamu akan lebih parah."
"Dalam waktu kurang dari empat jam kamu sudah mengenal aku? Wow, sangat mengesankan!" Liam berpura-pura tersanjung dengan perkataan Helene barusan. Dan wanita itu kembali tertawa seraya memukul punggungnya.
"Please, at least, hanya ini hadiah yang bisa aku berikan di hari ulang tahun kamu, right?" Liam membujuk lagi.
Setelah pertemuan mereka di perpustakan itu, Liam dengan cepat bisa membuatnya nyaman dan tanpa sadar menceritakan sedikit tentang dirinya kepada pria itu, seperti bahwa hari ini adalah ulang tahunnya yang ke delapan belas tahun.
"Fine." Helene tersenyum dan memandang Liam. Ketika mereka berhenti untuk mengambil tempat duduk karena terlalu jauh berjalan, Liam menyeringai.
"You know what? Lebih baik jangan main truth. Main dare saja, ok?" Liam mengusulkan lagi dan Helene mengerutkan keninganya.
"Why?"
"Hari spesial kamu akan berakhir dalam waktu tiga jam lagi. So, lebih baik kita mengisinya dengan sesuatu yang menyenangkan," kata Liam kepadanya. Dia menarik tangan Helene agar berdiri dan mengajaknya untuk berjalan kembali.
"Siapa lebih dulu?" Helene bertanya. Gadis itu tidak dapat menduga, bahwa pria yang menjengkelkan juga kadang bisa menjadi menyenangkan.
"Karena hari ini ulang tahun kamu, jadi, you first." Liam membungkukkan badannya ala-ala menghormarti seorang ratu.
"Fine." Helene melihat sekitarnya. Dia tidak tahu tantangan apa yang harus diberikan karena ini pertama kalinya dia memainkan permainan ini. Matanya masih mengelilingi sekitar untuk mencari tantangan yang tepat kepada orang yang nekat.
"Twerk in front of them," ujar Helene yang langsung mendapat ekspresi terkejut dari Liam. Pria itu menganga dan matanya membulat sebelum tawa keras keluar dari mulutnya.
"You kidding me!" seru Liam tak percaya. Di depan mereka terlihat sedang ada beberapa kerumunan yang sedang melihat aksi sulap seseorang, dan Helene menyuruhnya untuk melakukan hal gila itu?
"Kamu mendengarnya dengan jelas. Oh, don't forget, turunkan celanamu setengah."
"What the--" Liam makin tidak percaya mendengar itu. Dia sempat berpikir bahwa gadis yang ada di depannya ini sudah gila.
"No." tolak Liam seraya mundur dan tertawa.
"It's a dare, Liam. Do it." Helene ikut tertawa dan menarik tangan Liam untuk mendekati beberapa kerumunan itu. "Do it now," ucap Helene.
"Fine. Tunggu pembalasanku." Liam memberengut dengan bibir yang terus mengeluarkan tawa. Dia mendekat ke arah Helene dan mengecup pipi gadis itu dengan spontan. Helene seketika itu juga terdiam lama menyadari apa yang baru saja dilakukan Liam kepadanya.
Namun pria itu seperti terlihat santai seolah mereka telah melakukan hal itu sejak lama. Dia bahkan langsung mendekati kerumunan itu dan menurunkan celanannya setengah paha dan melakukan twerk seperti yang diperintahkan Helene.
Beberapa tawa dan makian serta kamera terlihat mengarah kepadanya. Bahkan mereka tidak lagi melihat pertunjukan sulap itu melainkan memusatkan perhatian mereka kepada seorang pria yang sedang menggoyangkan bokongnya dengan begitu ahli di depan mereka.
"HAHAHAH..." Helene yang berhasil mengontrol dirinya kini tertawa geli melihat Liam melakukannya dengan baik. Bahkan setelah goyangannya berakhir, orang-orang itu malah menepuk tangannya atas aksi gila dan nekat itu.
"Puas?" Liam mendekat ke arahnya sambil menaikan celanannya ke atas kembali. Untung saja hari ini dia menggunakan boxer hitam yang bisa menutupi bokong seksinya itu.
"Sangat," balas Helene tersenyum puas.
"Giliranku, right?" Liam mendekat ke arahnya dan menggenggam tangannya. Menautkan jemarinya dengan jemari Helene. Membuat jantung Helene seketika berdetak lebih cepat dari biasanya.
"Ayo jalan bersamaku," kata Liam kepadanya.
"Itu tantangannya?" Helene bertanya saat Liam mulai berjalan di depan emperan-emperan toko.
"Tentu saja tidak. Aku harus memikirkan ide lebih gila dari apa yang barusan kamu lakukan tadi." Ketika Liam berhenti di salah satu toko, pria itu menariknya untuk masuk ke dalamnya.
"No, no, no..." Helene menganga luar biasa dan mencoba untuk melepaskan pegangan pria itu dari tangannya, mencoba untuk melarikan diri. Sialan. Liam membawa ke tempat pembuat tatto.
"Buat tatto nama aku di salah satu bagian tubuh kamu. Itu tantangannya." Liam menyeringai penuh kemenangan.
"That's crazy!" Helene berucap tidak percaya.
"Liam Argent. Buat tatto nama Liam Argent di tubuh kamu," jelas Liam lagi.
TBC
_______
Note: jangan lupa vote dan komen sebanyak-banyaknya.
Love by, Ann.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHOOSE YOU
RomanceKetika suatu alasan terungkap, Helene Allard harus memilih antara suaminya atau kekasihnya yang telah menghilang selama dua tahun.