Satu minggu kemudian, tidak ada yang membicarakan ciuman mereka di dalam mobil waktu itu. Helene maupun Aiden tidak ada yang membahas apapun yang terjadi dan Helene lebih menutupi dirinya sendiri.
Helene tidak akan pernah membuka suaranya terlebih dahulu sebelum Aiden melakukannya. Ia tidak akan menatap Aiden sebelum Aiden melakukannya. Hal yang paling membuat Aiden bingung adalah Helene tidak pernah membahas tentang Liam Argent semenjak mereka pulang dari Manchester.
"Apa kamu lapar?" Aiden bertanya kepada istrinya pada pukul dua dini hari. Ia terbangun karena Helene tidak bisa berhenti bergerak di atas ranjang mereka.
"Tidak. Apa aku membuat kamu terbangun?"
Aiden menatap punggung Helene yang terbalut gaun tidur berwarna hitam dan pria itu menelan ludah. Semenjak pulang dari Manchester Helene tidak bisa tertidur malam dan Aiden selalu terbangun karena gerakan Helene.
"Tidak, aku hanya lapar."
"Oh."
Punggung Helene begitu mulus dan kulit putihnya bersinar ketika remang rembulan mengenainya. Aiden tidak bisa berhenti menatap punggung Helene dan ia tidak bisa memeluknya. Tidak semenjak kejadian di mobil waktu itu.
"Bagaimana dengan makaroni, kamu mau?"
"..."
Helene segera bangun dari tidurnya dan tanpa memberikan jawaban, perempuan itu sudah menuju ke dapur disusul oleh Aiden. "Berapa lama kamu bisa membuatnya?"
"Aku sangat lapar," tambah Helene lagi.
Aiden tersenyum, "Katanya kamu tidak lapar." Ia memperbaiki kacamatanya dan mengeluarkan makaroni dari dalam kulkas.
Ketika selesai membuatnya, Helene menatapnya dari atas sampai bawah dan Aiden harus memperbaiki kacamatanya sekali lagi. Gaun tidur itu terlalu pendek dan Aiden dapat melihat setengah paha Helene.
"Aku baru saja menyadari jika kamu tidak memakai atasan." Ia dapat melihat perut kotak-kotak Aiden dan lengan kekar pria itu.
"Apa kamu tidak kedinginan?"
Aiden tidak bisa mendengarkan Helene ketika sesuatu dari dada Helene terlihat menyembul. Ia menelan salivanya dan menunduk menaruh makaroni untuk mereka berdua di atas meja. "Aku rasa kita harus makan sekarang karena nanti makanannya akan dingin."
"Aiden, kamu tidak menjawab pertanyaan aku."
Aiden menarik napasnya susah payah lalu melihat istrinya yang kini sedang berdiri tepat dihadapannya. Wangi vanilla dari rambut Helene menguar dan Aiden makin kesulitan menahan dirinya. "Tidak, Helene. Disini sangat panas," jawabnya.
Ia dapat melihat kerutan di dahi Helene karena mendengar jawabannya. "Apa kamu yakin? Diluar sedang turun salju dan kamu merasa panas?"
Ia mengangguk dan Helene mengangkat bahunya sendiri. "Aneh," kata Helene kepada Aiden lalu ia duduk dan mulai memakan makaroninya.
Helene makan dengan tergesa karena ia sangat lapar dan masakan Aiden sangat enak. Tidak butuh waktu lama Helene sudah menghabiskan makaroninya. "Apa kamu tidak akan memakan makanan kamu?"
Aiden yang sejak tadi menatap Helene makan, tergagap dan terlihat kebingungan. "Ap-apa?"
"Itu," kata Helene sambil menunjuk ke piring pria itu. "Apa kamu tidak akan memakannya?"
Makaroni di piring Aiden sama sekali belum disentuh pria itu. Itu karena Helene terlihat sangat cantik dan Aiden tidak bisa memikirkan hal lain selain apa yang ada dibalik gaun tidur itu. "Kamu mau?"
KAMU SEDANG MEMBACA
CHOOSE YOU
RomanceKetika suatu alasan terungkap, Helene Allard harus memilih antara suaminya atau kekasihnya yang telah menghilang selama dua tahun.