Hanya ada dua nomor telepon yang tidak pernah di simpan Aiden Martin di ponselnya tapi pria itu sangat mengingatnya dan ada dua alasan yang membuatnya memutuskan untuk tidak menyimpannya.
Helene seharusnya tahu bahwa ketika Aiden mengatakan bahwa pria itu mencintainya, itu adalah kebenarannya. Satu setengah tahun Aiden mengekang rasanya tapi sejak malam itu, Aiden tidak bisa menahannya lagi ketika perhatian sekecil itu mampu membuatnya mengatakan apa yang dipikirkannya.
Aku mencintai kamu, Aiden. Tidak sabar untuk bertemu dengan kamu.
Aiden menghapus pesan itu dan tidak membalasnya. Kepalanya pening memikirkan perasaannya yang penuh dengan keraguan dan kebingungan. Tatapannya beralih pada istrinya yang kini sedang terlelap dalam tidurnya. Cantik. Ya, Helene begitu cantik dalam tidurnya dan Aiden tidak bisa membantah hal itu. Pria itu menunduk dan mengecup puncak kepala Helene agak lama dengan penuh kelembutan.
"Jangan cium aku, Aiden."
Aiden tersenyum mendengar suara Helene memprotes. Dia kemudian memberi jarak antara mereka berdua dan menatap iris biru safir itu. "Kenapa Helene?"
"..."
Aiden mengangkat alisnya ketika Helene tidak menjawabnya. Tidak tahu apa yang sedang dipikirkan perempuan di depannya.
"Aku cium lagi boleh?"
"..."
Lagi-lagi Helene hanya diam dan membiarkan Aiden melakukannya untuk yang kedua kali. Lebih lama dari yang pertama. Entah kenapa Helene malah memikirkan perkataan Zaya kemarin--pegawai toko di tempat dia membeli dasi Aiden.
"Kita tidak punya hubungan kan Aiden?"
Aiden tidak suka dengan pertanyaan Helene yang sudah jelas-jelas tidak masuk akal. Pria itu menunduk sekali lagi untuk mencium pipi Helene dan berkata, "Kamu istri aku, Helene."
Helene membuka matanya dan langsung bertatapan dengan Aiden Martin. "Tapi aku tidak cinta kamu."
*
Aiden memasuki gedung pencakar langit tempat dimana ia bekerja diikuti oleh beberapa pengawal pribadinya.
"Selamat pagi, Pak."
Seseorang memberinya salam yang kebetulan berpapasan dengannya sebelum memasuki lift. Aiden membalasnya dengan senyum ramahnya dan memasuki lift kemudian menekan lantai teratas dimana dirinya berkerja.
"Good morning, Mr. Martin. Anda memiliki tamu yang sedang menunggu di dalam ruangan anda," kata Gina--sekretarisnya, ketika dia berjalan melewati meja perempuan berumur dua puluh sembilan tahun itu.
Aiden melihat jam tangannya sebelum melihat ke arah Gina yang sedang berdiri menunggu dirinya untuk memasuki ruangan. Dia datang sepuluh menit lebih awal dari jam biasa ia datang.
"Tamu?" Aiden bertanya dengan mengernyitkan keningnya
Gina berdehem untuk membersihkan tenggorokannya dan menjawab pertanyaan bosnya itu. "Yes, Mr. Martin. Anda mempunyai janji temu dengan--"
"Apa kamu sudah memberitahukan kepadaku mengenai hal ini sebelumnya?" Aiden memotong ucapan sekretarisnya dengan dingin.
Dia tidak menyukai jika ada seseorang yang masuk ke dalam ruangannya tanpa kehadirinnya terlebih dahulu. Pria itu yakin jika dia sudah pernah mengatakannya kepada Gina mengenai hal ini sebelumnya.
"Kata orang itu a-aku tidak perlu--" Gina gelagapan dalam ucapannya dan Aiden kembali memotongnya
"Katakan kepadaku. Who do you work for?" Aiden bertanya dengan tatapan tajamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHOOSE YOU
RomanceKetika suatu alasan terungkap, Helene Allard harus memilih antara suaminya atau kekasihnya yang telah menghilang selama dua tahun.