BAB 49

281 45 9
                                    

Liam Argent baru saja keluar dari ruang rapat bersama member boards Argent Corp. diikuti oleh serketarisnya Andre. "Nicho Sinclair—menghubungi Bapak lima belas menit yang lalu, mengatakan bahwa Mr. Gabriel Argent meminta bapak untuk menemuinya hari ini.  He says something about your seat it's about to be replace by Mr. Fabient Argent if you're  not willing to do as a plan." Andre menjelaskan tanpa mengerti sama sekali apa yang dimaksud Direktur utama Argent Co. kepada Liam. "Saya bertanya kepada Nicho apa yang ia maksudkan tetapi serketaris Mr. Gabriel tidak mengatakan apapun lebih lanjut."

Liam mendengus. Ia berhenti melangkah membuat Andre tanpa sadar menabrak tubuh kekarnya. "My apologize, Sir. Hmm—apa saya perlu menanyakannya lebih jelas, Pak?"

Ketika Liam tidak menjawab, Andre khawatir jika ia telah membuat kesalahan. Maka dari itu ia harus bertanya sekali lagi untuk memastikan bahwa ia tidak akan dipecat. "Apa bapak mengerti apa yang dikatakan Nicho—pengacara Mr. Gabriel Argent?"

"You're doing good, Andre. No need to follow this up. I can take it from here and thank you."

Fabient Argent—adik tirinya. Tidak akan pernah mendapatkan apa yang ia dan Wanita iblis itu inginkan. Setelah membuat ibunya bunuh diri, kini mereka akan merebut apa yang seharusnya menjadi miliknya? Sialan. "Cancel my next meeting. I meet him in one hour."

Andre mengangguk—lega bahwa ia tidak akan dipecat dan sebelum ia kembali berbicara, Liam mendahuluinya. "Have a good day." Liam Argent meninggalkan Andre dan segera masuk ke dalam mobil miliknya. Ia rela melakukan apapun untuk membalas mereka, Fabient dan Silvi. Dua orang munafik yang hanya memanfaatkan harta ayahnya dan bodohnya Gabriel Argent tertipu akan muslihat mereka.

"Mama? Apa yang membuat anda berpikir bahwa saya akan memanggil anda dengan sebutan 'Mama', Silvi?"

"Liam Argent." Gabriel—ayahnya menegurnya dari ujung meja makan.

"Maybe because she legally married with your father?" Fabient—menambahkan suaranya ketika mereka berempat sedang menikmati makan malam di kediaman Argent yang berada di tengah kota Paris.

Liam mengepalkan tangannya hingga buku jarinya memutih. Ia menjatuhkan garpunya dan menatap adik tirinya dengan tatapan membunuh, Ia mendengus sebelum berbicara. "You mean, your sucker mother? A legally Gold digger wife that after my father's money?"

Kali ini suara garpu terjatuh berasal dari meja Fabient. "Ayah apa kamu mendengar apa yang ia katakan mengenai Mama?"

"Oh shut the fucked up. It is true, isn't it Silvi?" Liam menatap tajam ke arah Fabient dan melanjutkan, "Killer. Don't you embarrassed, Silvi? You killed my mother and now you after my father. Such a shame there's a woman like you.  It disguse me everytime i see you and your son arouns this house. Why don't you go, Silvi? You are just like a parasite to my family."

"Dad!" Fabient berseru menahan amarahnya.

"You have enough to say, Liam Argent. Now finish your dinner and—" Gabriel dengan tegas berbicara kepada Liam tetapi Liam membalasnya, "Don't worry. This bullshits already makes me full. Good night."

Silvi yang sejak tadi tidak mengatakan apapun kini membuka suaranya sebelum Liam berdiri dari duduknya. "Gabriel, have you told him that Liam's seat will be replace to Fabient, Darling? I'm pretty sure you don't tell him about it yet."

Nada itu. Nada bicara wanita ular itu mengusiknya. Ia menatap Silvi—Wanita iblis itu. Liam sangat yakin jika wanits itu yang menghasut ayahnya untuk melakukannya. "Silvi, this is not supposed to be discuss at dinner."

"Why? Tell me the Almighty Gabriel Argent, how good does she seduce you until you turn your back to your son?" Liam menatap Ayahnya dengan marah.

"Liam Argent!" Gabriel membanting meja makan dan menatap anaknya dengan marah. "Don't you dare to talk to me like that!"

"Or what?" Liam menantang Ayahnya.

Fabient berbisik dan memastikan hanya ia dan Silvi yang bisa mendengarnya. "This would be good, Mom. You're doing great."

"Sure it is. Watch and wait. This family is already broken," ucap Silvi menatap anaknya dengan tersenyum menang.

"Semua yang telah Papa tulis atas nama kamu—Tanah, perusahaan, warisan, and everything that beyond your name would be given to Fabient."

"Wow, bravo!" Liam berdiri dari duduknya dan menepuk tangannya berulang kali. "Look at you father. I don't even know you anymore."

Gabriel Argent yang belum selesai berbicara melanjutkan, "If you're not marry with Davinna Kinsey very soon, i give you my words to you that you will have nothing. Now go. I let you to choose."

Dua tahun lebih ia mengorbankan bahagianya—cinta pertamanya dan Liam tidak akan membuat hal itu menjadi sia-sia. Ia akan merebut apa yang seharusnya menjadi miliknya, termasuk Helene. "I need to talk to you, Vin." Liam mengirim pesan kepada Davinna dan tiba di penthouse Wanita itu kurang dari dua puluh menit.

"Hi," ucap Davinna. Ia hanya memakai piyama tidurnya dan terlihat sangat berantakan. "Look at you, have you eat Davinna?" Liam masuk ke penthouse Wanita itu seolah-olah ia telah tinggal disana dalam waktu yang lama. "I'm on diet, don't worry." tentu saja Liam Argent tidak mendengarkan perkataan wanita itu karena ia tahu bahwa Davinna sedang berbohong dan mulai membuat toast untuknya. "Peanut?" tanyanya sambal menatap Davinna.

"I'm not hungry, Liam."

"Wajah pucat kamu mengatakan hal yang sebaliknya." Ia melanjutkan, "So peanut it is."

Davinna menghembuskan napasnya dan duduk di depan TV yang tidak menyala. "Apa yang ingin kamu bicarakan Liam? I screw up. The whole plan fucked up." Ia menangis. Davinna Kinsey menangis dan ia dapat melihatnya. Mata sembab dan pipinya yang memerah menjelaskan semuanya.
"Stop blaming yourself," ucap Liam. Ia mendekat dan menggenggan Wanita yang sudah bersamanya semenjak kecil itu dengan erat. Mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja.

"I lost him, Liam. Aiden... tidak akan pernah mau melihat aku lagi. This is wrong since the first time. I regret all of our plan—our stupid plan." Davinna menjeda dan melanjutkan, "Execpt Alex, He's my son and i—fuck, I'm the bad guy here." Davinna Kembali menangis dan memukul kepalanya sendiri. Ia tidak menginginkan semua ini terjadi. Ia hanya ingin Liam membantunya menyembunyikan kehamilannya dari Aiden karena jika pria itu tahu siapa ayah dari anaknya.....

"Hey, stop." Liam menahan tangannya untuk memukul dirinya sendiri, "Vin, no—don't hurt yourself." Ia membawa Davinna Kinsey ke dalam pelukannya dan menenangkannya. "It's not your fault. Alex—it's a smart kid and we both love him very much. Don't we?" Liam berbicara di atas kepala Davinna dan ia dapat merasakan hembusan napas Wanita itu di lehernya. "We do."

...

...

Ketika Davinna Kinsey mendongakkan kepalanya, ia menemukan Liam Argent—sahabatnya menatapnya, "I think we should marry, Vin." Davinna untuk seperkian detik tertegun sebelum pada akhirnya menyadari bahwa ini adalah alasan mengapa sahabatnya—Liam ingin menemuinya. "Will you marry me, Davinna Kinsey?"

TBC

Note : jadinya kalian team siapa nih?

Love by, Ann

CHOOSE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang