BAB 59

330 23 1
                                    

"Tidak."

"Aku tidak peduli."

"I said no!" 

"Aku sudah setuju untuk menjadi tutor Alex, Aiden. You cannot change my mind."

Mereka berdua telah berdebat panjang lebar selama tiga puluh menit setelah Helene menutup panggilan itu. Aiden mengambil ponselnya dan bertanya apa yang ia lakukan. Ketika Helene menjelaskan semuanya, pria itu terdiam sesaat sebelum memberi jawaban tegas bahwa Helene tidak boleh menerima tawaran itu.

"Listen to me, Helene," ucap Aiden.

"No. You." Helene menunjuk dada pria itu dan melanjutkan, "Should listen to me." 

Aiden kehilangan kata-katanya dan membuang napasnya dengan gusar. Ia melepaskan kacamatanya kemudian memijat pangkal hidungnya. Helene Allard adalah wanita yang sangat keras kepala. "Why are you doing this to me, Len?"

"Why are you doing this to me, Aiden?" Helene menanyakan hal yang sama kepada pria itu. 

"He's gonna break your heart."

"I'm already broken."

Aiden menarik napasnya ketika mendengar perkataan wanita itu. Lagipula kenapa Liam menghubunginya lagi? Aiden memaki dirinya sendiri karena tidak memblokir nomor pria itu. 

"Len," panggil pria itu. 

"Hmm..."

"Kamu sedang hamil dan membutuhkan istirahat yang cukup. Aku akan menelepon Liam dan memberitahu bahwa kamu tidak bisa."

Helene tertawa mendengar penjelasan Aiden yang menurutnya sangat keterlaluan. "Aku tidak membutuhkan izin kamu."

Ia adalah wanita yang sangat keras kepala. Membuat Aiden gusar dan marah karena ia tidak tahu lagi bagaimana caranya untuk memberitahukan kepada wanita itu bahwa menerima tawaran Liam hanya akan menyakiti dirinya sendiri. "Aku hanya tidak mau ingatan kamu menyakiti kamu. That's it."

Helene tertawa sinis dan mengangkat alisnya. "Who cares, Aiden?" 

"I! I care about you!" Aiden membentak dirinya membuat Helene terkejut. Ia menarik napasnya untuk menormalkan emosinya sendiri dan melihat  Helene tertawa. "You. You told me so many times about how care you are. But look at this, Aiden--" Helene menunjuk dirinya sendiri. "You hurting me again and again and again! Our relationship is full of lies!" 

"..."

"I'm tired to be a fucking puppy between you, Liam, and Davinna! I'm going to find out the truth and you're not gonna stop me."

"..."

"Don't you dare to stop me, Aiden. I don't wanna more lies."

Untuk pertama kalinya Aiden melihat wanita itu meluapkan emosinya. Tawa kencang yang perlahan menjadi sebuah isak tangis. Ia mendekati Helene dan memegang tangan wanita itu. "Okay. No more lies."

Helene menatapnya. Dengan iris biru safirnya yang berembun, Helene  menggigit bibirnya. Jangan menangis, Helene. Jangan menangis. Ucapnya meguatkan dirinya sendiri.

"Aku, Liam, dan Davinna. We're friends since junior highschool. Liam... sakit. Ia sakit parah sehingga harus dirawat inap. Ketika ia meninggalkan Paris dan bertemu dengan kamu, Liam melakukannya karena diagnosis Dokter bahwa ia tidak bisa hidup lebih lama. Liam harus pulang pergi London dan Paris untuk pengobatannya seperti janjinya kepada kita, aku dan Davinna. Aku dan Davinna kita sudah bersama sejak lama dan akan menikah,  tetapi kedua orang tua Davinna tidak menyukai aku karena aku tidak punya apa-apa."

"..."

Aiden menarik napasnya melihat Helene yang menyeka air matanya. Menguatkan dirinya sendiri untuk tidak menangis. Ia kemudian melanjutkan, "Liam berjanji akan memberikan sahamnya kepada aku, agar Davinna dan aku bisa bersama. He's the richest and he can do everything, Len. Tapi ia mempunyai dendam terhadap keluarganya."

"..."

"Ia meminta aku untuk melindungi kamu dengan menikahi kamu. Liam bercerita tentang latarbelakang bagaimana keluarga kamu--"

"Stop..." Helene tidak kuat mendengar penjelasan Aiden karena air matanya terus saja turun. Ia menutup mulutnya sendiri. "Liam akan bertunangan dengan Davinna karena itu adalah syarat dari ayahnya agar ia bisa menjadi pewaris tunggal keluarga Argent."

Tidak ada wanita lain, Len. Aku hanya mencintai kamu.

"Stop..." Helene menutup telinganya dan kedua matanya ketika bayangan dirinya dan Liam terbesit. 

"Seharusnya semua akan selesai dalam kurun waktu satu tahun." 

"..."

Aku hanya pergi sebentar untuk membantu ayah aku. 

Marry me.

"Stop it!" Ia memejamkan kedua matanya dan terisak tangisnya. Tetapi Aiden terus melanjutkan, "Tidak pernah ada kecelakaan pesawat, Len. Liam tidak naik pesawat itu. Aku menjemputnya setelah kamu pergi."

Wait for me to come home

"Aiden you're hurting me please stop..." 

"I don't wanna lie to you again, Len. I'm telling you the truth." Aiden meraih tangan wanita itu yang langsung ditepisnya. "Oh tuhan..." Helene bergumam. Dadanya sesak. Sakit sekali. Ya tuhan... apa ini? Kenapa mereka melakukan ini kepadanya? Kenapa Liam dengan tega melakukan ini kepadanya?

I love you always and forever, Helene Allard.

"Len," Aiden memanggil dengan khawatir ketika Helene kesulitan bernapas. "Baby, Len, Helene!" Aiden berseru melihat Helene berusaha menarik napas. Ia memegang wajah Helene yang mendongak ke atas untuk mencari udara  sebelum kehilangan kesadaranya. "Len--" ia dengan sigap memencet tombol darurat dan tidak lama kemudian Dokter Timothy datang bersama dengan suster. 

"Ia kesulitan bernapas dan--please help her." Aiden berbicara kepada Dokter Timothy dan Dokter Timothy mengangguk. "I'm telling her about her memories and that might be trigger her--i don't know...please safe her."

TBC

Note : hii hii!! so how is it so far? tell me your thoughts about this part on comment below! Oh ya, jangan lupa buat vote dan share! I'll try my best to keep updates! thank you! xoxo


Love by, Ann

CHOOSE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang