BAB 10

2.4K 148 8
                                    

21. Percaya pada setiap kalimat aku.
22. Jangan dengarkan kata orang lain jika kamu belum menanyakannya langsung kepada aku.
23. Cium dahi aku kalau aku lagi memarahi kamu.
24. Peluk aku kalau aku sedang merajuk.
25. Kalau kamu menginginkan itu, jangan katakan kepada aku. Lakukan secara spontan.
26. Jangan foto bersama perempuan lain selain aku.
27. Jangan lupa memberi kabar kepada keluarga kamu.
28. Jangan berbohong kepada aku.
29. Jangan melirik perempuan lain.
30. Jika aku tidak sedang bersama kamu, ceritakan tentang aku kepada perempuan yang mencoba merayu kamu.

"Keinginan nomor dua puluh lima sangat menarik perhatian aku, Len," bisik Liam di telinga Helene. Dia memeluk tubuh Helene dari belakang ketika cahaya sinar matahari terbenam menyoroti mereka.

Helene tersenyum menatap laut di depannya. Hembusan angin yang menerpa kulit wajahnya membuat Helene memejamkan matanya sejenak, mengabaikan perkataan Liam.

"Kenapa harus spontan?" Liam bertanya lagi. Kali ini pria itu menggigit telinga Helene dari belakang.

"Memangnya kamu tidak mau?" Helene bertanya untuk menggodanya. Dia membalikkan tubuhnya agar bisa berhadapan langsung dan agar dia dapat memeluk tubuh Liam.

"Aku penasaran, Len."

Helene menggeleng dan memilih untuk mengganti topik pembicaraan namun tidak terlalu berbeda jauh dari topik yang mereka bicarakan.

"Tattonya kamu suka?"

Liam menggeram. Demi apapun, dia sangat menyukai letak dimana Helene menaruh namanya di tubuh perempuan itu. Sial, memikirkannya saja sudah membuat dirinya tegang.

"Apa yang membuat kamu berpikir menaruh nama aku disana, Len?" Liam hampir saja memarahi Helene karena menaruh namanya di tempat yang tidak seharusnya. Dia hampir saja memarahi Helene jika saja yang membuat tatto itu laki-laki.

"Liam Argent, karena jika aku menaruh nama kamu di tempat terlihat, kamu tidak akan menjadi penasaran."

"Kita baru pertama kali bertemu, Len. Apa yang membuat kamu yakin untuk menaruhnya disini?" Liam membawa tangannya untuk mengelus perut Helene yang rata dan berhenti di bagian kiri di atas milik gadis itu.

"Aku menganggapnya sebagai hadiah dari kamu. Supaya jika kamu dan aku tidak berakhir bersama, aku tetap akan mengingat kamu."

"Tapi kenapa di bagian sana, Len?" Liam menggeram dalam diam. Sial.

"Agar aku bisa mengingat kalau bibir kamu pernah berada disana."

Liam tertawa kecil mendengar jawaban itu. "Kamu nakal," balas Liam sembari memberi cubitan gemas pada hidung mancung Helene.

"Kamu yang membuat aku nakal, Argent."

"Sebentar lagi mataharinya turun. Cepat katakan keinginan kamu." Liam melihat ke matahari yang detik demi detik sudah makin tenggelam. Dia tidak akan melewatkan waktu berharga bersama Helene untuk satu detik pun.

Helene membalikkan tubuhnya dan melihat ke arah yang sama. Dia memegang tangan Liam yang memeluk tubuhnya.

"Tujuh puluh satu keinginan aku sudah cukup, Liam. Saat ini aku hanya mau kamu."

"Kalau begitu izinkan aku untuk membuat keinginan kali ini ya, Len."

Helene mengangguk dan memejamkan matanya. Menikmati semilir angin yang menerpa tubuhnya. Merasakan hangatnya pelukan Liam di tubuhnya.

"Aku ingin kamu tetap mencintai aku sampai kapan pun, Len."

"Tentu saja, Liam."

"Promise me, Helene."

Helene menyadari keseriusan Liam ketika Liam menyebut nama depannya. Dia membalikkan tubuhnya lagi dan memandang mata biru yang dimiliki Liam.

"Liam, aku mencintai kamu. Aku berjanji akan terus mencintai kamu sampai kapan pun. You have my words," Helene berucap dengan sungguh-sungguh dan berjinjit untuk mencium bibir Liam.

"Apapun yang terjadi?"

"Apapun itu, Liam."

"Janji ya, Len," pinta Liam lagi.

"Always and forever." Helene tersenyum hangat sebelum kembali berjinjit untuk mencium bibir Liam lagi.

"Always and forever," ulang Liam.

TBC

note : terima kasih sudah baca!

Love by, Ann







CHOOSE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang