BAB 55

143 16 0
                                    

Ketika ia kehilangan keseimbangannya dan jatuh ke dalam kolam renang, Helene merasakan udara diparu-parunya mulai menipis dan pandangannya memudar. Dinginnya air menusuk setiap inci tubuhnya yang tenggelam, menariknya lebih dalam ke dasar kolam.

"Aku tidak bisa berenang." Helene memegang kuat kaos Liam Argent dan bersembunyi dibalik badan pria itu. "It's okay, Len." Liam menarik tangannya perlahan sehingga ia bisa menatap iris biru safir itu. "I'm here and you're gonna be okay."

Helene tetap menggeleng. "Aku pernah tenggelam dan aku tidak menyukainya."

Liam menarik Helene perlahan sampai Wanita itu menginjak batas bibir pantai. Menyentuh dinginnya air laut yang menerpa kakinya. Helene terlihat ragu namun Liam terus menariknya sampai air laut kini sudah berada dipusarnya. "It's cold," kata Helene kepadanya.

"Do you like it?"

Helene mengangguk. Ia dapat merasakan lembutnya pasir ditelapak kakinya. Tubuhnya yang perlahan bergerak mengikuti ombak. Ia takut tetapi ketika ia menatap Liam yang berdiri di depannya dan memegang tubuhnya, ia merasa aman.

"Teach me." Helene menatapnya dan menyentuh wajah Liam. "Teach me how to swim."

Liam menaikan alisnya untuk menggoda Helene. Ia meletakan tangannya di perut Wanita itu dan memeluknya dari belakang. "It's not for free, princess."

Helene menoleh ke belakang agar ia dapat melihat ekspresi menyebalkan pria itu. Ia tahu Liam pasti memikirkan sesuatu yang—yang apa, Len? Ia menggelengkan kepalanya untuk mengusir bayangan itu dari kepalanya. Air masuk semakin banyak dari dalam mulutnya dan Helene kehilangan kesadarannya.

Aiden Martin melompat ke dalam kolam secepat kilat ketika ia mendengar teriakan Helene. Realita menampar kesadarannya ketika ia membawa Helene ke tepi kolam dan tubuh Wanita itu yang kedinginan. Aiden membuat dua kesalahan fatal malam ini dan ia meyadarinya. Yang pertama, ia menjadi pria yang sangat brengsek dan kedua ia membahayakan nyawa istrinya sendiri.

Aiden Martin memberikan napas buatan ketika Helene tidak kunjung sadar. Bibirnya yang membiru dan wajah pucatnya membuat Aiden bergetar ketakutan. Bagaimana jika terjadi sesuatu, brengksek?! Aiden merutuki dirinya sendiri.

"I'm sorry, Len. I'm so sorry," lirih Aiden sembari memompa dada Helene dan kembali memberikannya napas buatan. "Please... oh God..." Aiden terus melakukan hal yang sama berulang kali sampai Helene terbatuk-batuk mengeluarkan air dari paru-parunya.

"Oh god!" seru Aiden.

"I'm sorry, Len---I'm drunk and—" Aiden sadar bahwa ia tidak punya alasan untuk menjadi brengsek malam ini, karena dia memang brengsek. "I'm sorry."

"..."

"I didn't mean to hurt you, Len." Aiden mendekat untuk menyentuh tangannya. Namun Helene menepisnya dan memuntahkan air yang masih tersisa di paru-parunya. Ia merasakan pening yang amat sangat membuatnya tidak nyaman. Beberapa bayangan muncul di kepalanya membuatnya bingung mana kenyataan yang sesungguhnya.

"Baby, please..." Aiden kembali mencoba meraih tangannya ketika Helene memaksakan dirinya berdiri dan menjauhi pria itu. "Len, please..."

"..."

Helene Allard tidak bisa menafsirkan bagaimana perasaannya saat ini selain rasa pusing yang membuatnya mual. Ia menulikan pendengarannya. "Leave me alone, Aiden." Tubuhnya bergetar hebat ketika angin malam menerpa tubuhnya yang basah.

Aiden tidak mendengarkan Wanita itu dan bergegas menghalangi jalan Helene. "Please..."

Helene memajukan tubuhnya dan kini mereka berdua saling menatap satu sama lain. Aiden yang menatap lurus ke dalam iris biru safirnya dan Helene yang menatapnya. Ada dua nama yang sangat mengganggunya dan ia menahan dirinya untuk tidak meledak dihadapan pria itu.

...

...

"Kenapa kita tidak datang, Aiden?"

"..."

"Dari awal kita tiba di Bali aku terus bertanya kenapa kita tidak datang?"

"..."

"Davinna Kinsey dan Liam Argent, mereka siapa?"

Aiden tidak bisa menjawab dan Helene sudah menebaknya. "Kamu tidak bisa menjawabnya," lirih Helene dengan bibir bergetar kedinginan.

"Bukan seperti itu—" ucapan Aiden terputus ketika Helene memotongnya, "Lalu seperti apa, Aiden Martin?" Helene memeluk tubuhnya sendiri karena ia sangat kedinginan dan Aiden menghalangi jalannya.

"You're making me so confused until I couldn't understand what the heck is happening here. You said you love, you told me to restart our life and runaway with you and I did it!" Helene meraih kerah pria itu membuat Aiden harus menunduk untuk menatapnya. "You said we're just some fucking strangers trapped in this fucking marriage but at the mean time you hold my hand, you hug me, you touch me and you said that u love me!"

Helene Allard merasakan matanya mulai memanas ketika ia menatap mata pria itu. "Do you love me, hate me, want me? I don't understand." bibirnya membiru dan wajahnya pucat dengan pipi yang memerah.

"I love you, Len."

"Then why are hurting me?!"

Aiden Martin dapat merasakan deruh napas Helene yang menerpa wajahnya. Ia bisa melihat wajah istrinya yang memerah menahan dirinya sendiri untuk tidak menangis. "Len..."

"Please don't cry." Aiden menyetuh pipi Helene dan menghapus air matanya. Dingin. tubuh wanita itu begitu dingin ketika ia menyentuhnya. Aiden segera memeluk istrinya dan Helene makin terhanyut dalam tangisnya. Membalas pelukan pria itu. "Please don't make confused."

"I won't." Aiden mengecup pucuk kepala istrinya dengan tubuh yang bergetar. Apa yang telah kamu lakukan, brengsek? Aiden kembali merutuki dirinya. Pun ketika tubuh Helene terasa lebih berat, Aiden menunduk untuk menatap wajah Helene. "Len..."

"I'm so cold," ucap Helene. Ia sangat kedinginan sehingga ia bisa merasakan tubuhnya yang melemah karena hal itu. Ia mendongakkan kepalanya untuk dapat menatap Aiden dan kembali berucap dengan lirih, "I'm so cold, Aiden."

"I'm so cold and i need you to hug me..."

Tatapannya perlahan memudar dan tubuhnya luruh ke dalam dekapan Aiden sebelum wanita itu benar-benar kehilangan kesadarannya. "...Liam"


TBC

CHOOSE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang