BAB 46

774 94 14
                                    

Satu tahun kemudian...

Liam Argent : I want you.

Liam Argent : Now.

Liam Argent : Here.

Liam Argent : In my arms.

Helene tertawa kecil melihat pesan yang baru saja ia dapatkan sekitar tiga detik yang lalu. Awalnya Helene ingin mengabaikannya, namun karena pria itu terus mengirimkannya pesan, Helene tidak bisa fokus dengan bacaannya.

Liam Argent : Come to bed.

Liam Argent : NOW.

Helene kembali tertawa dan secepanya menutup bukunya dan menaruhnya di rak. Ia kemudian melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar mereka. Liam terlihat sedang berbaring dengan mata terpejam dan tubuh yang tidak bisa diam untuk bergerak kesana kemari di atas ranjang.

"What's wrong?" Helene mendekat dan duduk di pinggiran tempat tidur. Mengelus punggung telanjang Liam dengan lembut dan bergabung untuk tidur bersamanya.

"I miss you." Liam bergumam masih dengan mata terpejam. Memeluk Helene dengan erat ke dalam pelukannya. Mengecup puncak kepala Helene dengan sayang.

"Don't you dare to walk away from me..." gumam Liam lagi. Melingkarkan kakinya di pinggang Helene. Membuat wanita itu tertawa dan menyadari jika pria ini sedang bermimpi.

"You're dreaming, Liam..."

"I need you in my life..." Liam bergumam lebih rendah, bahkan Helene hampir tidak bisa mendengarnya.

"Jangan pergi dari aku," bisiknya di atas pucuk kepala Helene.

"I never do that."

"Tetap cinta sama aku."

"Always."

Ketika Liam membuka matanya untuk melihat ke dalam mata Helene, pria itu kembali berbisik. "Remember that I love you." Liam menundukkan kepalanya dan menarik tengkuk Helene mendekat. Mencium wanita itu dengan penuh perasaan. Membelai bibirnya dengan lidahnya dan menggoda bagian dalam mulut Helene.

"I will never forget you, Liam."

Helene Allard terbangun ketika sebuah tangan melingkari perutnya serta hembusan napas hangat menerpa tengkuknya. Jantungnya berdegub dengan kencang dan bibirnya menggumam pelan nama Liam.

Ya. Liam. Pria yang baru saja ia mimpikan.

"Aiden," panggil Helene membangunkan suaminya. 

Mimpi itu terasa sangat nyata dan perasaanya seolah ditarik untuk merasakan kesedihan yang tidak ia mengerti. Helene Allard sama sekali tidak mengerti alasan mengapa ia memimpikan pria bernama Liam Argent. Ia tidak pernah mengenal pria bernama Liam Argent. Maka dari itu, ia membalikkan tubuhnya dan memanggil kembali nama suaminya, "Aiden..."

"Hmm..."

Suara serak Aiden membuat Helene tersenyum sesaat sebelum kembali memanggil, "Aiden."

"Come here, babe. Let's sleep."

Masih dengan suara mengantuk dan mata yang terpejam Aiden Martin menarik istrinya mendekat untuk ia dekap. "Aku tadi mimpi.." Helene mulai bercerita di dada bidang Aiden. 

"Sshh, hug me..." 

Helene melakukan apa yang Aiden perintahkan tetapi tetap melanjutkan, "Mimpinya sangat aneh."

"Hmm?" tanya Aiden.

Helene Allard tersenyum mendengar respon suaminya yang sangat lucu itu. "Di mimpi itu aku seperti sedang jatuh cinta.."

CHOOSE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang