*** WHEN I'M WITH U ***

12

"Yang .."

"Kamu ngapain kesini?"

Baru juga senyum. Belum juga meluk. Udah di tanya yang gak enak. Jutek bangat lagi mukanya.

"Kok gitu nanyanya."

"Kenapa? Gak boleh?"

Sumpah demi apapun. Azka gak ngerti. Dia salah apa sampe di jutekin begini sama pacar?

"Ya.. boleh." Tapi Azka bingung

"Ya udah jawab."

Ngeblank. Jawab apa ya? Tadi Fisca nanya apaan sih. Kok Azka jadi mendadak dongo gini ya.

"Di jawab Azka Dwi Cahyo. Bukannya bengong."

Ih galak. Tapi, Azka jadi inget. Kalau dia itu, "Mau ketemu kamu lah, Yang."

"Ngapain ketemu aku?"

Dih kok ngapain. Ceweknya Azka ini, lupa ingatan mendadak atau lagi ngetes sih. Azka bingung deh sumpah.

"Yang, tadi siang kan kita janji mau nonton. Tapi mendadak kamu batalin karena katanya lagi sibuk. Aku tunggu kamu sampe malem gini tapi kamu gak ada kabar sama sekali. Chat aku gak di bales, telpon aku juga gak di jawab. Kamu sibuk bangat ya?"

Iya. Tadi siang tuh mereka janjian mau nonton. Kebetulan kalau hari sabtu Fisca yang juga lagi PPL di perusahaan, jam kerjanya cuma setengah hari.

"Bukannya kamu yang sibuk?"

Sibuk dari hongkong. Dari pulang sekolah siang tadi Azka cuma rebahan dan main game seharian. Azka ngegame juga karena gabut. Abisnya Fisca gak ngasih kabar sih.

"Aku sibuk apa sih, Yang. Seharian ini tuh aku nunggu kabar kamu, tau."

Sebab siang tadi tiba tiba Fisca kirim pesan yang isinya: kayaknya kita gak bisa nonton. Aku di pinta atasan buat rekap data kehadiran pegawai. Lain kali aja ya.

Padahal Azka udah siap cus. Tapi dapet kabar begitu, Azka bisa apa.

"Gak usah pegang pegang deh." Yang Fisca tepis tangan Azka dari pundaknya.

Kenapa?

"Mending kamu pulang aja deh."

Loh. Azka mengernyit. Ini pasti ada yang gak beres.

"Sayang. Kamu kenapa?"

Sumpah deh. Azka bingung bangat. Kenapa sikap Fisca berubah drastis gini sih. Mereka gak punya masalah apa apa loh.

"Aku bilang, pulang." Di usir tuh Azka. Fisca sampai tunjuk pintu segala.

"Kamu ngusir aku? Aku salah apa? Kamu kenapa sih?"

"Aku kenapa? Kamu salah apa?"

Yah, di tanya malah balik nanya. Gak heran emang kalau Azka sampe kebingungan cari cara buat dapetin hatinya Fisca. Cewek ini tuh sulit.

Azka hembuskan nafas kasarnya. Lalu berkata, "Yang, kalau aku salah aku minta maaf." Akhirnya Azka yang mengalah. "Tapi jelasin dulu, kenapa kamu ngambek ngambek gak jelas kayak gini ke aku."

Hufth
Kali ini Fisca yang hembuskan nafasnya. Capek.

Dia gak mau ngambek. Tapi, "Cewek mana yang gak ngambek liat pacarnya pelukan sama cewek lain. Kamu pikir kamu bener? Kamu salah! Sok bilang aku sibuk padahal kamu sendiri sibuk sama cewek lain. Udah lah gak usah ngajak aku jalan. Ajak aja tuh cewek baru kamu. Dia lebih cantik, kan. Dia juga lebih.."

Terputus. Bibirnya yang tadi di pakai mengomel di bungkam langsung oleh bibir Azka.

Plak.
Baru juga ngajak silat. Udah di lepas aja. Di tampar juga lagi. Langsung jelas bangat tuh gambar tangan di pipi Azka.

"Brengs.."

"Maaf." Pemutus kata yang hendak Fisca ucapkan.

Azka peluk perempuan itu. Mendekapnya erat tanpa memberi sedikitpun celah untuknya lepas meski Fisca berontak. Sekarang Azka tahu, hal yang membuat Fisca tidak berikan kabar dari siang.

"Maafin aku, Fis. Aku bener bener minta maaf tentang itu."

Dalam dekap Azka, yang tadinya berontak kini pasrah. Fisca jatuhkan air mata. Dia juga pukul dada Azka. Kesal.

Kenapa Azka harus minta maaf? Apa semuanya itu bener?

"Tapi yang kamu lihat itu gak seperti yang kamu pikir."

"Bohong." Lirih Fisca katakan. Duh sakit hatinya.

Di lepas pelukannya oleh Azka. Dia tangkup wajah Fisca. Mengusap air mata yang membasahi pipi chubby sang pacar.

"Aku gak bohong sama kamu. Dia cuma temen PPL aku. Tadi kunci motornya dia tuh masuk jok motor. Aku bantuin dia. Dan kebetulan bangat kunci motor aku cocok sama motornya. Dia kayak gitu mungkin sebagai ucapan terimakasih doang kok, Yang. Itu aja. Gak lebih."

Itu faktanya. Yang tidak Azka lebihkan atau bahkan Azka kurangkan. Azka memang niat untuk membantu.

"Kenapa harus sampe meluk sih?"

"Ya aku gak tahu. Mungkin dia saking senengnya jadi kelepasan meluk aku. Gitu kali."

"Kamu gak bohong, kan?"

"Sumpah, Yang." Sampai Azka angkat tangannya. Dia bersumpah demi apapun yang ada di dunia. "Kamu kalau gak percaya tanya aja sama Galih. Ada Galih juga disana"

Oke. Fisca akan percaya. Karena memang tadi dia lihat Galih dan beberapa cewek disana. Alasan Azka lebih masuk akal memang, daripada sugestinya. Gak mungkin juga kan Azka selingkuh di depan Galih. Apalagi sengaja peluk pelukan di depan banyak orang gitu.

"Bener? Gak bohong?"

"Kamu potong kuping aku deh."

Mana tega Fisca potong telinga lebar pacarnya. Yang bikin Azka beda dari yang lain kan telinganya.

Fisca peluk lelaki besarnya itu. Lalu dia katakan. "Aku sayang bangat sama kamu, Ka. Aku gak mau di tinggalin sama kamu."

Azka balas pelukan Fisca. Tadi siang, dia memang di peluk cewek lain. Tapi satu satunya cewek yang akan dia peluk selain Mamahnya adalah Fisca.

"Apalagi aku. Aku yang paling sayang sama kamu, Fis. Gak bakalan lah aku ninggalin kamu."

Rasa sayang Azka gak pernah berkurang sedikitpun untuk Fisca. Yang ada malah semakin bertambah setiap harinya. Lelaki ini tuh cinta mati sama Fisca. Gak mungkin lah dia pergi ninggalin Fisca gitu aja. Buat Azka itu mustahil.

"Ngomong ngomong, kok kamu tau sih, Yang? Jangan jangan ..."

Iya. Fisca tuh tadi siang gak sibuk. Dia bahkan pulang lebih awal. Dia juga datang ke sekolah niat mau buat surprize untuk pacar. Tapi dia malah di surprize-in balik sama pacar. Bikin sakit hati lagi.

Fisca yang baru turun dari ojek di depan gerbang sekolah langsung kirim pesan pembatalan janji ketika dia melihat Azka yang di peluk oleh cewek. Emang sih Azka gak balik meluk. Tapi tetep aja sakit. Udah gitu ceweknya cantik, lagi.

"Emang bener, banyak yang lebih cantik dari kamu. Tapi buat aku, kamu yang paling cantik. Lagi pula aku maunya sama kamu kok, bukan yang lain."

Karena perjuangan untuk dapetin Fisca itu sulit. Gak akan sebanding jika dia tergoda cewek lain apalagi sampai mengkhianati Fisca.

"Maafin aku ya."

Azka menggeleng. Bukan salah Fisca kok. Jadi dia gak harus minta maaf. Yang terpenting sekarang adalah, "Jadi nonton gak?"

Kali ini Fisca yang menggeleng.

"Loh kenapa?" Mereka udah baikan, kan?

"Aku gak mau nonton sama cowok yang cuma pake kolor doang ke bioskop"

Langsung deh tuh Azka turunkan pandangan. Dia tatap bagian bawahnya. Masih koloran. Malu. Dia langsung tutupin tuh kolor spongebobnya. Pantes aja pas di jalan tadi semeriwing semeriwing gitu.

****