16

34 2 0
                                    

Berbalut dress brokat off shoulder, dengan anting mutiara yang tercapit di telinganya dan rambut panjang yang bergelombang. Serta paduan heels berwarna peach yang selaras dengan warna bajunya. Membuat Kiara tampak memukau.

Tidak pernah gagal, memang. Apapun itu jika menempel di tubuhnya selalu sempurna. Meski tinggi badannya tidak semampai, tapi akan menjadi selalu pas jika itu Kiara.

Padahal pengantin ada di atas pelaminan, tapi yang baru datang itu menyita perhatian. Kecantikannya sungguh membuat mata bersilauan.

Sebenarnya, dari Kiara turun mobil, perempuan itu sudah membuat semua mata tertuju padanya. Baik perempuan apalagi laki laki. Yang tua atau yang muda. Apalagi bocil bocil para keponakannya Reno. Ada sekitar 5 orang yang sudah menghampiri Kiara dan menggiringnya memasuki area hajatan.

"Aduh, si cantik baru dateng. Udah di tunggu dari kemaren kemaren. Kemana aja sih?" Bibinya Reno yang menyambut kedatangan Kiara.

Ya, akhirnya dia datang ke acara pernikahan Reni dengan mandiri. Betul betul sendiri karena Silva yang Kiara ajak untuk menemaninya tidak bisa ikut karena punya acara keluarga.

Kiara cipika cipiki sama para Bibi. Begitu pun beberapa sepupu. Sampai seseorang menghampiri dan langsung memeluk haru dirinya.

Emak.

Dia lah orang yang menjadi alasan Kiara susah lepas dengan Reno.

"Mantu Emak apa kabar? Emak kangen bangat."

Mantu gak tuh sebutannya. Anak Emak cuma dua, Reni dan Reno. Mantu satunya sedang mejeng di pelaminan. Suami Teh Reni. Nah yang ini, Bakal calon mantu. Entah jadi atau tidak, yang Emak elus sayang wajah Kiara.

Dia terharu. Pun Rindu. Bahkan Emak sampai menitikan air mata. Membasahi wajah bermake up-nya.

"Aku baik kok, Mak. Emak sehat?"

Emak mengangguk haru. Dia ajak masuk Kiara ke dalam rumahnya. Sudah seperti tamu istimewa saja.

Sekarang, Kiara sudah duduk lesehan di karpet yang di gelar di ruang tengah rumah. Berbagai macam kue basah tersaji. Pun Kiara di sajikan makanan utama. Ada semur ayam, gado gado, sup ayam, lengkap dengan lalapan, sambal dan kerupuk. Ya begitulah sajian hajatan orang kampung.

Kiara sudah terbiasa kok. Karena sebelumnya juga Kiara pernah menghadiri pernikahan saudara saudara Reno yang lain.

"Ayo Neng di makan." Begitu kata Emak setelah dia duduk di sisi Kiara.

Maka tanpa ragu Kiara santap sajiannya. Sambil mendengarkan Emak berkata, "Emak kangen bangat sama Neng Kiara. Emak kira, Neng gak bakalan dateng kesini lagi."

Di telannya suapan Kiara. Dia sedot air mineral dari kemasan sebelum berkata, "Aku juga kangen sama Emak, Bapak, Teh Reni. Makanya aku dateng. Aku juga kan pengen lihat Teh Reni jadi pengantin."

"Iya, anak gadis Emak udah ada yang punya. Nanti Reni di bawa pindah sama suami. Emak sendiri deh." Ceritanya.

"Emang Teh Reni gak tinggal di sini?"

"Mau di bawa ke Jogja katanya."

Oh iya, suaminya Teh Reni memang orang Jogja. Kiara pernah dengar itu dari Reno.

"Makanya, Neng Kiara sering sering main kesini ya besok. Temenin Emak. Nanti emak bikinin piscok goreng kesukaannya Neng."

Mau jawab apa Kiara? Gak bisa jawab apa apa. Dia cuma mengulum senyumnya. Dalam hati dia bersedih. Ingin rasanya mengiyakan. Tapi Kiara rasa itu tidak mungkin.

"Ceu aya tamu."

Oh iya. Sebagai tuan rumah dan yang punya hajat, Emak harus menyambut para tamu undangan. Jadi dia tidak bisa menemani Kiara yang sedang santap. Emak pamit undur diri, meninggalkan Kiara yang di temani saudara dan tamu yang lain.

*** WHEN I'M WITH U ***Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang